Amalan Menyambut Bulan Rajab, Syaban dan Ramadhan Perspektif Tarjih

Menjelang bulan Ramadan, umumnya masyarakat mulai melaksanakan berbagai kegiatan sebagai bagian dari persiapan untuk menyambut bulan suci. Berbagai tradisi spiritual masyarakat dilaksanakan untuk mengisi bulan Rajab dan Sya’ban mulai dari ziarah makam leluhur, malam nisfu sya’ban, makan bersama, dan sebagainya.

Menyikapi budaya tersebut, Anggota Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (MTT PWM) DKI Jakarta, Dr. Purwidianto, MA., menjelaskan tiga sikap Islam. Pertama, taqrir yakni mengakui adanya budaya yang diakomodasi oleh Islam.

Kedua, taghyr yakni memodifikasi amal yang tidak sesuai menjadi sesuai, dan ketiga taqbil yakni membatalkan atau menolak tradisi yang tidak bisa diakomodasi oleh Islam. Lebih lanjut Purwidianto menerangkan bahwa bulan Rajab adalah bulan haram atau bulan mulia, sementara bulan Sya’ban adalah persiapan menyambut Ramadhan.

Melihat amalan-amalan sunnah bulan Rajab dan Sya’ban, Purwidianto menegaskan bahwa tidak ada hadis-hadis yang kuat untuk melakukan amalan khusus terkait dengan bulan Rajab dan Sya’ban. Hal itu diperkuat Purwidianto melalui penjelasan hadis sahih dan tidak sahih mengenai amalan-amalan bulan Rajab dan Sya’ban.

Hadis sahih terkait dengan amalan sunnah bulan Sya’ban adalah melaksanakan ibadah puasa, tapi tidak didetailkan pada hari-hari tertentu. Hal itu diperkuat oleh dosen Fakultas Agama Islam (FAI) UMJ Ustadz M. Reza Prima Matondang, ME., menyampaikan perspektif rajaban dalam tarjih.

Reza menerangkan bahwa pada bulan Rajab tidak ada ibadah khusus seperti puasa, sholat, dan sebagainya. “Bulan Rajab adalah bulan yang mulia, maka jika kita ingin memuliakan bulan ini tidak ada masalah. Selama ibadah memiliki dalil yang sahih dari Al-Qur’an dan hadist maka boleh dilakukan, yang dilarang adalah memberikan amalan khusus terhadap bulan Rajab dan Sya’ban,” pungkas Reza.

BACA JUGA:   Aqidah dan Amaliyah Muhammadiyah

Sumber: https://umj.ac.id/kabar-kampus/2024/01/amalan-bulan-rajab-dan-syaban-dalam-perspektif-tarjih/

===
Hadits Dhoif terkait doa menyambut Rajab, Sya’ban dan Ramadhan
Kita sering dengar doa “Allahumma baarik lanaa fii Rajab wa Sya’ban wa ballignaa Ramadhan”, Ya Allah, berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya’ban, serta sampaikanlah kami pada bulan Ramadhan.

Riwayat selengkapnya mengenai do’a tersebut adalah sebagai berikut.

حَدَّثَنَا عَبْد اللَّهِ حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ عُمَرَ عَنْ زَائِدَةَ بْنِ أَبِي الرُّقَادِ عَنْ زِيَادٍ النُّمَيْرِيِّ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَكَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ رَجَبٌ قَالَ اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي رَجَبٍ وَشَعْبَانَ وَبَارِكْ لَنَا فِي رَمَضَانَ وَكَانَ يَقُولُ لَيْلَةُ الْجُمُعَةِ غَرَّاءُ وَيَوْمُهَا أَزْهَرُ

Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah, telah menceritakan kepada kami ‘Ubaidullah bin Umar dari Za`idah bin Abu Ar Ruqad dari Ziyad An Numairi dari Anas bin Malik, ia berkata, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila memasuki bulan Rajab, maka beliau mengatakan,

اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِى رَجَبٍ وَشَعْبَانَ وَبَلِّغْنَا رَمَضَانَ

“Allahumma baarik lanaa fii Rajab wa Sya’ban wa ballignaa Ramadhan”, Ya Allah, berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya’ban, serta sampaikanlah kami pada bulan Ramadhan. Beliau bersabda,”Malam jum’at adalah mulia dan harinya terang benderang.”

Riwayat di atas dikeluarkan oleh Imam Ahmad dalam musnadnya (1/259), Ibnu Suniy dalam ’Amalul Yaum wal Lailah, Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman (3/1399), An Nawawi dalam Al Adzkar (245)

Dalam hadits ini terdapat Zaidah bin Abi Ar Ruqod dan Ziyad An Numiari. Imam Al Bukhari dan Ibnu Hajar Al-Asqolani menilai Zaidah bin Abi Ar-Ruqod sebagai munkarul hadits. Sedangkan Ziyad bin ‘Abdillah An Numari dikatakan oleh Yahya bin Ma’in dan Ibnu Hajar sebagai perawi yang dha’if.

BACA JUGA:   Muhasabah Akhir Tahun dan Menyongsong Tahun Baru untuk Warga Muhammadiyah

Hadits ini dikatakan dho’if (lemah) oleh Ibnu Rajab dalam Lathoif Ma’arif (218), Syaikh Al Albani dalam tahqiq Misykatul Mashobih (1369), dan Syaikh Syu’aib Al Arnauth dalam takhrij Musnad Imam Ahmad.

Hadits ini dinilai dho’if oleh:

  1. Adz Dzahabi dalam Mizanul I’tidal (2/65).
  2. Ibnu Rajab dalam Lathoif Ma’arif (218).
  3. Ibnu Hajar Al Asqolani dalam Tabyinul ‘Ajb (19).
  4. Syu’aib Al Arnauth menilai sanadnya dho’if dalam tahqiq musnad Imam Ahmad (1/259).

Ringkasnya, riwayat yang menyebutkan do’a bulan Rajab tersebut adalah riwayat yang dho’if. Sehingga sikap kita terhadap do’a tersebut adalah tidak menganggapnya sebagai sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Wallahu a’lam. Hanya Allah yang memberi taufik.

Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal
Sumber: https://muslim.or.id/21263-ya-allah-berkahilah-kami-di-bulan-rajab.html

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *