AL-QUR’AN SEBAGAI SUMBER LAHIRNYA PERADABAN

Oleh HA Hasyim Muzadi KETUA PBNU

Wacana seputar kemukjizatan Al-Qur’an bisa dicermati dari berbagai sudut pandang. Pertama, harus dipahami sebagai upaya meyakinkan golongan yang mau mempercayai akan kebenaran Al-Qur’an sebagai wahyu yang diturunkan kepada Muhammad Saw. Pada aspek ini, Allah Swt menantang kaum yang tidak beriman agar membuat ayat yang sebanding atau mirip (secara kualitas) dengan Al-Qur’an. Hal ini bisa dilihat misalnya, dalam Surah Al-Baqarah (2) ayat 23 dan Surah [10] ayat 38. Kemukjizatan Al-Qur’an pada aspek pertama ini lebih ditujukan kepada kelompok di luar umat islam

Kedua, Al-Qur’an harus dipahami sebagai kitab suci yang akan memberi petunjuk dan bimbingan bagi kaum beriman, baik dalam kehidupan di dunia maupun di akhirat. Misalnya dapat dilihat dalam Surah Al-Baqarah [2] ayat 2 dan 97, Surat At Taubah [9] ayat 33, dan Surah An-Nahl [16] ayat 64. Kemukjizatan Al-Quran aspek kedua ini ditujukan pada kelompok kaum beriman.

Ketiga, kemukjizatan Al-Qur’an yang lebih mengarah pada aspek kemodernan, dan tantangan ilmiah di masa depan, termasuk informasi bercorak eskatologis, seperti surga, neraka, alam ghaib dan lainnya. Aspek ketiga ini dipahami sebagai upaya bahwa kitab suci Al-Qur’an membawa beragam yang melebihi pengetahuan umat Islam yang hanya sebatas pada parameter fisik dan keduniaan. Berita tentang penciptaan 7 langit dan bumi, 7 lapis surga dan neraka, adanya hari pembalasan, malaikat, jin, setan, dan lainnya adalah beberapa contoh seputar berita eskatologis yang sangat mustahil ditulis oleh manusia yang memiliki keterbatasan pengetahuan pada alam fisik dan metafisik, Dalam kemukjizatan Al-Qur’an bisa ditujukan pada seluruh komunitas umat manusia tanpa melihat agama, budaya, suku bangsa, dan lainnya.

BACA JUGA:   ChatGPT Al-Islam: https://s.id/alislamgpt/

Di samping itu, kemukjizatan Al-Qur’an harus dilihat secara komprehensif dengan melibatkan peran aktif umat Islam agar terbangun sinergi yang lebih positif dan produktif. Adapun aspek transenden Al-Qur’an harus didukung oleh aspek keduniaan dan penghayatan kemanusiaan. Inilah kira-kira pemahaman dari ayat inna nahnu nazzalnadz-dzikra wa inna lahu lahafizhun (“Sesungguhnya Kami yang menurunkan Al-Qur’an dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya” (QS Al-Hijr [15] ayat 9)

Upaya secara komprehensif dimaksudkan agar Al-Qur’an tidak hanya dipandang sebagai kitab suci yang memiliki kemukjizatan dan hanya dicerna pada batas-batas keyakinan yang bersifat pasif, tetapi kemukjizatan Al-Qur’an harus disertai dengan upaya-upaya produktif dan kreatif dari umat Islam dengan menjadikan Al-Qur’an sebagai sumber inspirasi bagi lahirnya peradaban kemanusiaan yang religius, santun, dan bijak

Kemukjizatan Al Qur’an juga harus dikaitkan dengan peran Al-Qur’an sebagal sumber pencerahan intelektual dan pemberdayaan masyarakat muslim agar menjadi salah satu komunitas umat manusia yang berdaulat, maju dan responsif terhadap tantangan kemajuan zaman

Kejayaan umat islam pernah ditorehkan dengan tinta emas sepanjang lebih dari tujuh abad alamanya, sejak abad ke-7 Masehi di bawah kepemimpinan Nabi Muhammad Saw dan para sahabat, hingga abad pertengahan yang melahirkan banyak ilmuwan muslim. Pencapaian peradaban yang maju dan sukses dalam rentangan masa yang cukup lama itu, adalah karena Al-Qur’an dijadikan sebagai sumber inspirasi bagi lahirnya peradaban kemanusiaan.

Sumber: Ensiklopedia Mukjizat Al-Qur’an dan Hadis Jilid 1 (Kemukjizatan Fakta Sejarah)

Jakarta, November 2009

H.A. Hasyim Muzadi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *