Konsep istiqomah, atau konsistensi dan keteguhan dalam beribadah dan menjalankan perintah Allah, sangat ditekankan dalam Islam dan disebutkan dalam berbagai ayat Al-Qur’an dan hadits.
اَلْإِسْتِقَامَةُ أَفْضَلُ مِنْ اَلْفِ كَرَامَةٍ
Berikut adalah beberapa dalil yang berhubungan dengan istiqomah
# Al-Qur’an:
- Surat Al-Fussilat (41): Ayat 30 :
إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنتُمْ تُوعَدُونَ”
Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, ‘Tuhan kami adalah Allah,’ kemudian mereka beristiqomah, maka tidak ada ketakutan atas mereka, dan mereka tidak akan bersedih hati. Mereka itulah penghuni surga, kekal di dalamnya sebagai balasan dari apa yang mereka kerjakan.
- Surat Al-Ahqaf (46): Ayat 13 :
إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ
Sesungguhnya mereka yang mengatakan, ‘Tuhan kami adalah Allah,’ lalu mereka beristiqomah, tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan mereka tidak akan bersedih.
# Hadits:
حَدَّثَنَا ثَابِتٌ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ:قَرَأَ عَلَيْنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ هَذِهِ الْآيَةَ: {إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا} قَدْ قَالَهَا نَاسٌ ثُمَّ كَفَرَ أَكْثَرُهُمْ، فَمَنْ قَالَهَا حَتَّى يَمُوتَ فَقَدِ اسْتَقَامَ عَلَيْهَا
Telah menceritakan kepada kami Sabit, dari Anas ibnu Malik r.a. yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw. membacakan ayat berikut kepada kami, yaitu firman-Nya: Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, “Tuhan kami ialah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka. (Fushshilat: 30) Sesungguhnya ada segolongan manusia yang telah mengucapkannya, tetapi setelah itu kebanyakan dari mereka kafir. Maka barang siapa yang mengucapkannya dan berpegang teguh kepadanya hingga mati, berarti dia telah meneguhkan pendiriannya pada kalimah tersebut.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا هُشَيْم، حَدَّثَنَا يَعْلَى بْنُ عَطَاءٍ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ سُفْيَانَ الثَّقَفِيِّ، عَنْ أَبِيهِ ؛ أَنَّ رَجُلًا قَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ مُرْنِي بِأَمْرٍ فِي الْإِسْلَامِ لَا أَسْأَلُ عَنْهُ أَحَدًا بَعْدَكَ. قَالَ: “قُلْ آمَنْتُ بِاللَّهِ، ثُمَّ اسْتَقِمْ” قُلْتُ: فَمَا أَتَّقِي؟ فَأَوْمَأَ إِلَى لِسَانِهِ.
Seorang lelaki berkata, “Wahai Rasulullah, perintahkanlah kepadaku suatu perintah dalam Islam, yang kelak aku tidak akan bertanya lagi kepada seorang pun sesudahmu.” Rasulullah Saw. bersabda: Katakanlah, “Tuhanku ialah Allah, ” kemudian teguhkanlah pendirianmu! Lelaki itu bertanya, “Lalu apakah yang harus kupelihara?” Rasulullah Saw. mengisyaratkan ke arah lisannya (yakni menjaga mulut).
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ هَارُونَ، أَخْبَرَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ سَعْدٍ، حَدَّثَنِي ابْنُ شِهَابٍ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ مَاعِزٍ الْغَامِدِيِّ، عَنْ سُفْيَانَ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ الثَّقَفِيِّ قَالَ: قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، حَدِّثْنِي بِأَمْرٍ أَعْتَصِمُ بِهِ. قَالَ: “قُلْ رَبِّيَ اللَّهُ، ثُمَّ اسْتَقِمْ” قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا أَكْثَرَ مَا تَخَافُ عَلَيَّ؟ فَأَخَذَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِطَرَفِ لِسَانِ نَفْسِهِ، ثُمَّ قَالَ: “هَذَا”.
Dari Sufyan ibnu Abdullah As-Saqafi yang menceritakan bahwa ia pernah bertanya, “Wahai Rasulullah, sebutkanlah suatu perkara kepadaku yang kelak akan kujadikan pegangan.” Rasulullah Saw. menjawab: Katakanlah, “Tuhanku ialah Allah, ” kemudian teguhkanlah pendirianmu! Kemudian aku bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah yang engkau sangat khawatirkan terhadap diriku?” Maka Rasulullah Saw. memegang ujung lisannya dan bersabda, “Ini” (yakni jaga lisanmu).
- Dari Abu Amr (dan dikatakan juga Abu Amrah) Sufyan bin Abdullah, ia berkata :
قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ، قُلْ لِي فِي الْإِسْلَامِ قَوْلًا لَا أَسْأَلُ عَنْهُ أَحَدًا غَيْرَكَ، قَالَ: قُلْ آمَنْتُ بِاللَّهِ ثُمَّ اسْتَقِمْ
Aku berkata, ‘Wahai Rasulullah, katakanlah kepadaku dalam Islam suatu perkataan yang tidak perlu aku tanya kepada siapapun setelahmu.’ Beliau bersabda, ‘Katakanlah aku beriman kepada Allah, kemudian beristiqomah.'” (HR. Muslim)
- Hadits tentang Pentingnya Istiqomah :
Rasulullah SAW bersabda,
“قُلْ آمَنتُ بِاللهِ ثُمَّ اسْتَقِمْ
Katakanlah ‘Aku beriman kepada Allah,’ kemudian beristiqomahlah” (HR. Muslim).
Ayat dan hadits ini menekankan pentingnya memelihara keimanan dan ketaatan kepada Allah dengan cara yang konsisten dan tetap. Istiqomah adalah salah satu kunci sukses dalam kehidupan seorang Muslim, baik di dunia maupun di akhirat.
10 Kaidah Istiqomah
- Istiqomah adalah nikmah serta hadiah ilahiyah
وَاللَّهُ يَدْعُو إِلَى دَارِ السَّلامِ وَيَهْدِي مَنْ يَشَاءُ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ (25)
اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ (6)
- Hakekat dari istiqomah adalah menetapi manhaj yang tegak luruh serta jalan Allah yang lurus
Abu Bakar RA. berkata: “Mereka adalah orang-orang yang tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun”.3
Ibnu abbas mengatakan: “Di atas kalimat syahadah (persaksian) laa ilaha ilaa allah”.
- Asal dari istiqomah adalah istiqomahnya hati
قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: “لَا يُؤْمِنُ عَبْدٌ حَتَّى يُؤْمِنَ قَلْبُهُ”. رَوَاهُ أَحْمَدُ فِي مُسْنَدِهِ، حَدِيثٌ حَسَنٌّ، وَحَسَّنَهُ الْأَلْبَانِيُّ فِي الشَّحِيحَةِ، رَقَمَ 2841.
Nabi shalallahu alaihi wa sallam bahwasannya beliau bersabda: “Tidaklah mungkin keimanannya seorang hamba (bisa istiqomah) sampai hatinya beristiqomah”. HR Ahmad dalam musnadnya 13048. di hasankan oleh al-Albani dalam ash-Shahihah 2841.
في الشاهِحَيْن (البخاري ومسلم) عَنْ نُعْمَان بن بَشِيرٍ رضي الله عنهما أَنَّهُ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم يقول: “إِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ، أَلا وَهِي الْقَلْبُ”. رواه البُخَارِيُّ رقم: 52، ومُسلِمٌ رقم: 1599.
Dalam shahihain (Bukhari dan Muslim) di riwayatkan dari Nu’man bin Basyir semoga Allah meridhoi keduanya, dia berkata saya pernah mendengar Nabi shalallahu alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya di dalam jasad ada segumpal daging, jika baik maka akan menjadi baik seluruh anggota badan, dan jika ia rusak maka rusak pula semua anggota badannya, ketahuillah bahwa segumpal daging tersebut adalah hati”. HR Bukhari no: 52, Muslim no: 1599.
- Istiqomah yang dituntut dari seorang hamba adalah bersikap tengah-tengah jika tidak mampu maka lebih dekat dengan
وَقَدْ جَعَلَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَحَدَ هَذَيْنِ الْأَمْرَيْنِ فِي حَدِيثِهِ: “إِنَّ الدِّينَ يُسْرٌ، وَلَنْ يُشَادَّ الدِّينُ أَحَدٌ إِلاَّ غُلِبَهُ، فَسَدِّدُوا وَقَارِبُوا وَأُبْشِرُوا”، رَوَاهُ البُخَارِيُّ، رَقَمَ: 39 وَ 6463.
Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam telah menjadikan satu dari dua perkara ini di dalam sabdanya, “Sesungguhnya agama itu adalah mudah, tidak ada seorang pun yang mempersulit di dalam agama kecuali dia akan terkalahkan, maka dekatkanlah kepada sunah dan beri kabar gembira”. HR Bukhari no: 39, 6463.
Maka yang di tuntut dalam masalah istiqomah adalah sadad dan sadad maknanya yaitu bertepatan dengan sunah.
أَحْرِصُوا عَلَى السُّنَّةِ وَمَنْ جَهِلَهَا فَإِنَّهُ يُرِيدُ بِهَا الْإِتِيَانَ – رواه البخاري (رقم: 6463) ومسلم (رقم: 2816)
Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesuaikanlah (amalan) kalian selalu dengan sunah dan (jika tidak mungkin) maka dekatilah“. HR Bukhari no:6463, Muslim no: 2816.
- Istiqomah itu berkaitan erat dengan perkataan, perbuatan serta niat
قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: “لَنْ يُسْتَقِيمَ إِيمَانُ عَبْدٍ حَتَّى يَسْتَقِيمَ قَلْبُهُ، وَلَنْ يُسْتَقِيمَ قَلْبُهُ حَتَّى يُسْتَقِيمَ لِسَانُهُ”. رَوَاهُ البُخَارِيُّ وَمُسْلِمٌ.
Dari Anas bin Malik semoga Allah meridhoinya bahwasannya Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak akan bisa lurus (istiqomah) imannya seorang hamba sampai hatinya lurus, dan tidak akan bisa lurus hatinya seorang hamba sampai lisannya lurus”Tidaklah istiqomah itu ada kecuali untuk Allah, bersama Allah dan di atas perintah Allah Azza wa Jalla
- Tidak ada istiqomah kecuali hanya untuk Allah, bersama Allah dan berjalan di atas perintah Al
وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ
Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan salat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus. (Al-Bayyinah: 5)
- Bagiamanapun tingkatan istiqomahnya seseorang jangan sampai dia menyandarkan kepada amalannya
Nabi bersabda, “Berusahalah agar (sesuai dengan) sunah, mendekatlah jika (tidak mampu mengerjakan seluruhnya) dan berilah kabar gembira (pada orang lain), sesungguhnya tidak ada seorangpun yang akan masuk surga dengan sebab amalannya“. Maka di katakan kepada Rasulallah: “Tidak pula engkau wahai Rasulallah? Beliau menjawab, “Tidak pula saya, kecuali bahwa Allah telah mengampuni saya dengan ampunanNya dan rahmatNya“. HR Bukhari no: 6467, Muslim no: 2818.
- Buah dari istiqomah di dunia adalah istiqomahnya nanti ketika meniti shiroth pada hari kiamat
- Pencegah dari istiqomah adalah syubhat-syubhat yang menyesatkan atau hawa nafsu yang melalaikan
وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلَا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ ذَلِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ (153)
“Dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalanKu yang lurus, Maka ikutilah Dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalanNya”. QS al-An’am: 153.
- Tasyabbuh/menyerupai dengan orang-orang kafir adalah termasuk hal terbesar yang dapat memalingkan dari istiqomah
وَدَّ كَثِيرٌ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ لَوْ يَرُدُّونَكُمْ مِنْ بَعْدِ إِيمَانِكُمْ كُفَّارًا حَسَدًا مِنْ عِنْدِ أَنْفُسِهِمْ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمُ الْحَقُّ فَاعْفُوا وَاصْفَحُوا حَتَّى يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ إِنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ (109)
“Sebahagian besar ahli kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, karena dengki yang (timbul) dari diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran”. QS al- Baqarah: 109.
Menjaga keistiqomahan dalam ibadah selama bulan suci Ramadhan didukung oleh banyak dalil dalam Al-Qur’an dan Hadits. Berikut adalah beberapa yang relevan dengan penjelasan tersebut:
# Dalil Al-Qur’an:
- Mengenai Puasa Ramadhan :
“شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ فَمَن شَهِدَ مِنكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ…” (البقرة: ١٨٥)
Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu serta pembeda (antara yang hak dengan yang batil). Maka barang siapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, hendaklah ia berpuasa pada bulan itu…” (QS. Al-Baqarah: 185).
- Keutamaan Malam Lailatul Qadar :
“إِنَّا أَنزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ. وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ. لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ.” (القدر: ١-٣)
Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada malam kemuliaan. Dan apakah yang membuatmu mengerti apa malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.” (QS. Al-Qadr: 1-3).
- Pentingnya Sabar dan Shalat :
“وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلَّا عَلَى الْخَاشِعِينَ,” (البقرة: ٤٥)
Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat. Dan sesungguhnya hal itu sungguh berat kecuali bagi orang-orang yang khusyu’,” (QS. Al-Baqarah: 45).
# Dalil Hadits:
- Keutamaan Ramadhan :
“مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِن ذَنْبِهِ.” (رواه البخاري ومسلم)
Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa yang berpuasa Ramadhan karena iman dan mengharap pahala dari Allah, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari dan Muslim).
- Shalat Tarawih :
“مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِن ذَنْبِهِ.” (رواه البخاري ومسلم)
Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa yang mendirikan shalat (tarawih) pada malam bulan Ramadhan karena iman dan mengharapkan pahala, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR. Bukhari dan Muslim).
- Membaca Al-Qur’an :
“مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللَّهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ، وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا، لَا أَقُولُ ‘ألم’ حَرْفٌ، وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ، وَلَامٌ حَرْفٌ، وَمِيمٌ حَرْفٌ.” (رواه الترمذي)
Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa yang membaca satu huruf dari kitab Allah, maka baginya dengan (membaca) itu satu kebaikan, dan satu kebaikan itu dengan sepuluh kali lipatnya. Aku tidak mengatakan ‘الم’ itu satu huruf, akan tetapi Alif satu huruf, Lam satu huruf dan Mim satu huruf.” (HR. Tirmidzi).
- Istiqomah dan Sabar :
“أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ.” (رواه مسلم)
Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda, “Sebaik-baik amal adalah yang diistiqomahkan walaupun sedikit.” (HR. Muslim).
Dari dalil-dalil tersebut, dapat disimpulkan bahwa menjaga keistiqomahan ibadah selama Ramadhan mencakup berpuasa dengan penuh iman, mendirikan shalat tarawih, membaca Al-Qur’an, serta bersabar dan konsisten dalam melakukan amalan-amalan tersebut. Semua amalan ini dianjurkan untuk dilakukan dengan kesungguhan hati dan harapan akan pahala dari Allah SWT.
Menjaga keistiqomahan ibadah selama bulan suci Ramadhan memang bisa menjadi tantangan, namun ada beberapa strategi yang bisa membantu dalam memelihara konsistensi dan semangat ibadah selama bulan penuh berkah ini.
STRATEGI ISTIQOMAH
- Koreksi Niat yang Kuat dan Tulus (تَصْحِيْحُ النِّيَّةِ الْقَوِيَّةِ وَالصَّادِقَةِ): Segala sesuatu bermula dari niat, termasuk dalam menjalankan ibadah Ramadhan. Niatkan di dalam hati untuk menjalankan ibadah Ramadhan dengan sebaik-baiknya sebagai bentuk pengabdian kepada Allah SWT.
- Membuat Jadwal Ibadah (إعْدَادُ جَدْوَلِ الْعِبَادَةِ): Membuat jadwal harian untuk ibadah dan kegiatan keagamaan lainnya dapat membantu Anda tetap terorganisir dan mengoptimalkan waktu selama Ramadhan. Termasuk waktu untuk shalat lima waktu, tarawih, membaca Al-Qur’an, dzikir, dan lain-lain.
- Istirahat yang Cukup (اِسْتِرَاحَةٌ كَافِيَةٌ): Kualitas ibadah Anda sangat dipengaruhi oleh kondisi fisik. Pastikan mendapatkan istirahat yang cukup untuk menjaga energi dan fokus selama beribadah.
- Bergaul dengan Lingkungan yang baik (خَيْرُ الْبِيْعَةِ): Lingkungan yang mendukung dapat memotivasi Anda untuk terus beristiqomah dalam ibadah. Bergaullah dengan komunitas atau kelompok yang juga fokus pada ibadah dan kegiatan positif selama Ramadhan. Lingkungan yang mendukung: ponpes, komunitas kajian, masjid/musholla, dll
- Mengatur Pola Makan dan Tidur (تَنْظِيْمُ الْأَكْلِ وَالنَّوْمِ): Memilih makanan yang sehat dan bergizi saat sahur dan berbuka dapat membantu menjaga stamina Anda sepanjang hari. Mengatur jam tidur, ikuti sunnah nabi dalam mengatur pola tidur.
عَنْ أَبِي بَرْزَةَ الأَسْلَمِيِّ قَالَ: قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، إِنَّ رِكَاعَتَيِ الصَّبَاحِ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا، قَالَ: “تِلْكَ غَفْلَةٌ، تُرْزَقُونَهَا، فَإِذَا كَانَتْ لَا تُرْزَقُونَهَا فَعَلَيْكُمْ بِنَوْمِكُمْ فَإِنَّ فِيْهِ بَرَكَةً، وَإِذَا كَانَ عَلَيْكُمْ بِنَوْمِكُمْ فَصَلُّوا وَأَرْقُوا، فَإِنَّ شَرَّ الطَّوَافَاتِ مَرَضٌ فِي الْجَسَدِ” رَوَاهُ الطَّبَرَانِيُّ وَالْبَزَّارُ وَصَحَّحَهُ الْأَلْبَانِيُّ.
Dari Abu Barzah al-Aslami, ia berkata, “Aku berkata, ‘Wahai Rasulullah, sesungguhnya ruku’ dan sujudku di pagi hari lebih baik bagiku daripada dunia dan seisinya.’ Beliau bersabda, ‘Itu adalah kelalaian yang diberikan kepadamu. Jika kamu tidak diberi kelalaian itu, maka tidurlah, karena dalam tidur terdapat keberkahan. Dan jika kamu tidur, maka shalatlah dan berwudhulah dengan baik, karena sebagian buruknya penyakit berasal dari tidur yang terlalu lama.'” (HR. Ath-Thabrani, Al-Bazzar, dan dishahihkan oleh Al-Albani)
- Memperbanyak Ibadah Sunnah (تَكْثِيرُ الْعِبَادَةِ السُّنَّةِ): Selain ibadah wajib, mencoba untuk memperbanyak ibadah sunnah seperti membaca Al-Qur’an lebih sering, shalat tarawih, shalat tahajjud, dan lain-lain. Pengamalan ibadah sunnah akan memperkuat pelaksanaan ibadah wajib. Pengamalan adab-adab akan menjaga amaliah sunnah.
- Meminta Dukungan Keluarga dan Teman: Berbagi tujuan ibadah Ramadhan Anda dengan keluarga dan teman serta meminta dukungan mereka dapat membantu mempertahankan motivasi.
- Refleksi Diri: Gunakan waktu di bulan Ramadhan untuk refleksi dan muhasabah diri. Evaluasi kemajuan spiritual Anda secara berkala dan tentukan area yang perlu diperbaiki. Ucapan Unar ibnu Khathab:
تَحَاسَّبُوا أَنْفُسَكُمْ قَبْلَ أَنْ تُحَاسَّبُوا، وَزِنُوهَا قَبْلَ أَنْ تُزَانُوا عَلَيْهَا.
- Manfaatkan Teknologi: Gunakan aplikasi dan platform digital yang mendukung ibadah, seperti aplikasi pengingat waktu shalat, aplikasi Al-Qur’an, dan kajian online untuk menambah ilmu dan motivasi.
- Sabar dan Konsisten (صَبْرٌ وَاِسْتِمْرَارٌ): Terakhir, sabar dan konsisten dalam menjalankan ibadah. Akan ada saat-saat sulit, namun dengan kesabaran dan kepercayaan kepada Allah SWT, Anda akan mampu melewatinya.
Ingat, tujuan utama Ramadhan adalah untuk meningkatkan taqwa kepada Allah SWT. Dengan menjalankan ibadah dengan konsisten dan penuh kesadaran, Anda dapat meraih berkah dan kebaikan yang melimpah selama bulan suci ini.
Referensi:
عَشْرُ قَوَاعِدَ فِي الِاسْتِقَامَةِ