SIAPAKAH DZUL QARNAIN?
Raja Dzul Qarnain (sering diterjemahkan sebagai “Pemilik Dua Tanduk”) merupakan sosok yang disebutkan dalam Al-Qur’an, khususnya dalam Surah Al-Kahf (18:83-98). Identitas dan periode kehidupan Dzul Qarnain telah lama menjadi subjek debat dan spekulasi di kalangan sarjana dan penafsir. Berbagai teori mengusulkan bahwa Dzul Qarnain mungkin mengacu pada beberapa tokoh sejarah yang berbeda, termasuk Aleksander Agung, Cyrus Agung dari Persia, atau tokoh legendaris lainnya dari kisah-kisah rakyat.
- Aleksander Agung: Jika Dzul Qarnain diidentifikasikan dengan Aleksander Agung, maka periode kehidupannya adalah dari tahun 356 SM sampai 323 SM. Aleksander adalah seorang raja dari kerajaan kuno Makedonia yang berhasil menaklukkan banyak wilayah, termasuk Persia, Mesir, dan sebagian India.
- Cyrus Agung: Cyrus Agung, pendiri Kekaisaran Persia Achaemenid, hidup sekitar tahun 600 SM hingga 530 SM. Beberapa cendekiawan menganggap Cyrus sebagai kandidat yang mungkin untuk Dzul Qarnain karena reputasinya sebagai penguasa yang adil dan karena ia memang memiliki pengaruh yang signifikan di Timur Tengah, termasuk dalam wilayah yang disebutkan dalam kisah Dzul Qarnain di Al-Qur’an.
Namun, penting untuk diingat bahwa identifikasi ini bersifat spekulatif dan tidak ada konsensus umum di kalangan sarjana mengenai identitas sebenarnya atau periode kehidupan Dzul Qarnain. Interpretasi sejarah tentang tokoh ini bervariasi luas, dan banyak yang memilih untuk memahami kisah Dzul Qarnain dalam konteks simbolik atau spiritual daripada mencoba menentukan identitas historisnya secara spesifik.
===
TAFSIR TAHLILI IBNU KATSIR:
ثُمَّ أَتْبَعَ سَبَبًا (92) حَتَّى إِذَا بَلَغَ بَيْنَ السَّدَّيْنِ وَجَدَ مِنْ دُونِهِمَا قَوْمًا لَا يَكَادُونَ يَفْقَهُونَ قَوْلا (93) قَالُوا يَا ذَا الْقَرْنَيْنِ إِنَّ يَأْجُوجَ وَمَأْجُوجَ مُفْسِدُونَ فِي الأرْضِ فَهَلْ نَجْعَلُ لَكَ خَرْجًا عَلَى أَنْ تَجْعَلَ بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمْ سَدًّا (94) قَالَ مَا مَكَّنِّي فِيهِ رَبِّي خَيْرٌ فَأَعِينُونِي بِقُوَّةٍ أَجْعَلْ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَهُمْ رَدْمًا (95) آتُونِي زُبَرَ الْحَدِيدِ حَتَّى إِذَا سَاوَى بَيْنَ الصَّدَفَيْنِ قَالَ انْفُخُوا حَتَّى إِذَا جَعَلَهُ نَارًا قَالَ آتُونِي أُفْرِغْ عَلَيْهِ قِطْرًا (96)
Kemudian dia menempuh suatu jalan (yang lain lagi). Hingga apabila dia telah sampai di antara dua buah gunung, dia mendapati di hadapan kedua bukit itu suatu kaum yang hampir tidak mengerti pembicaraan. Mereka berkata, “Hai Dzul Qarnain, sesungguhnya Ya-juj dan Ma-juj itu orang-orang yang membuat kerusakan di muka bumi; maka dapatkah kami memberikan suatu upeti kepadamu, supaya kamu membuat dinding (pemisah) antara kami dan mereka?” Dzul Qarnain berkata, “Apa yang telah dikuasakan oleh Tuhanku kepadaku terhadapnya ialah lebih baik, maka tolonglah aku dengan kekuatan (manusia dan alat-alat) agar aku membuatkan dinding antara kalian dan mereka, berilah aku potongan-potongan besi.” Hingga apabila besi itu telah sama rata dengan kedua (puncak) gunung itu, berkatalah Dzul Qarnain, “Tiuplah (api itu). Hingga apabila besi itu sudah menjadi (merah seperti) api, dia pun berkata, “Berilah aku tembaga (yang mendidih) agar kutuangkan ke atas besi panas itu.”
Allah Swt. berfirman menceritakan tentang kisah Dzul Qarnain:
{ثُمَّ أَتْبَعَ سَبَبًا}
kemudian dia menempuh suatu jalan (yang lain lagi). (Al-Kahfi: 92)
Yakni dia menempuh jalan lain dari belahan timur bumi.
{حَتَّى إِذَا بَلَغَ بَيْنَ السَّدَّيْنِ}
Hingga apabila dia telah sampai di antara dua buah gunung. (Al-Kahfi: 93)
As-saddain artinya dua buah bendungan, makna yang dimaksud ialah dua buah gunung yang berdampingan, sedangkan di tengah-tengahnya terdapat celah yang memisahkan di antara keduanya. Dari celah itulah Ya-juj dan Mu-juj memasuki dunia manusia, menyerang negeri Turki serta menimbulkan banyak kerusakan padanya, hewan ternak, dan tanam-tanaman.
Ya-juj dan Ma-juj adalah keturunan Bani Adam, seperti yang disebutkan di dalam hadis kitab Sahihain:
“إِنَّ اللَّهَ تَعَالَى يَقُولُ: يَا آدَمُ. فَيَقُولُ: لَبَّيْكَ وَسَعْدَيْكَ. فَيَقُولُ: ابْعَثْ بَعْثَ النَّارِ. فَيَقُولُ: وَمَا بَعْثُ النَّارِ؟ فَيَقُولُ: مِنْ كُلِّ أَلْفٍ تِسْعُمِائَةٌ وَتِسْعَةٌ وَتِسْعُونَ إِلَى النَّارِ، وَوَاحِدٌ إِلَى الْجَنَّةِ؟ فَحِينَئِذٍ يَشِيبُ الصَّغِيرُ، وَتَضَعُ كُلُّ ذَاتِ حَمْلٍ حَمْلَهَا، فَيُقَالُ: إِنَّ فِيكُمْ أُمَّتَيْنِ، مَا كَانَتَا فِي شَيْءٍ إِلَّا كَثَّرَتَاهُ: يَأْجُوجُ وَمَأْجُوجُ”
Sesungguhnya Allah Swt. berfirman, “Hai Adam!”. Adam menjawab, “Labbaika wasa’daika.”Allah berfirman, “Kirimkanlah rombongan ke neraka!” Adam bertanya, “Berapa orangkah yang dikirimkan ke neraka?”Allah Swt. berfirman, “Dari setiap seribu orang yang sembilan ratus sembilan puluh sembilannya ke neraka, sedangkan yang seorang dikirimkan ke surga.” Maka pada saat itulah anak kecil beruban (karena susah dan tekanan hari itu), dan setiap wanita yang mengandung mendadak melahirkan kandungannya (karena terkejut dengan peristiwa hari kiamat). Allah Swt. berfirman, “Sesungguhnya di antara kalian terdapat dua umat, tidak sekali-kali mereka berada pada sesuatu, melainkan menjadikannya golongan mayoritas, yaitu Ya-juj dan Ma-juj.”
Imam Nawawi rahimahullah telah meriwayatkan di dalam kitab Syarah Muslim-nya dari sebagian orang-orang, bahwa Ya-juj dan Ma-juj diciptakan dari air mani yang dikeluarkan oleh Nabi Adam, kemudian air mani itu bercampur dengan tanah (pasir), maka mereka diciptakan darinya.
Dengan demikian, berarti mereka diciptakan dari Adam saja, tanpa ibu Hawa; pendapat ini garib sekali. Kemudian tidak ada dalil yang menguatkannya, baik ditinjau dari rasio maupun dalil naqli. Tidak boleh dijadikan pegangan dalam hal ini apa yang diriwayatkan dari sebagian dari Ahli Kitab, karena di dalam kitab mereka banyak kisah yang telah dirubah dan dibuat-buat.
Di dalam kitab Musnad Imam Ahmad disebutkan melalui Samurah, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
“وَلَدُ نُوحٌ ثَلَاثَةً: سَامٌ أَبُو الْعَرَبِ، وَحَامٌ أَبُو السُّودَانِ، وَيَافِثُ أَبُو التُّرْكِ”
Nuh melahirkan tiga orang anak, yaitu Sam kakek moyang bangsa Arab, Ham kakek moyang bangsa orang yang berkulit hitam, dan Yafis kakek moyang bangsa Turki.
Sebagian ulama mengatakan bahwa Ya-juj dan Ma-juj berasal dari keturunan Yafis kakek moyangnya bangsa Turki. Disebutkan bahwa sesungguhnya sebutan nama Turki bagi mereka karena mereka ditinggalkan di belakang bendungan tersebut, yakni dikucilkan dari dunia ramai. Sebab pada kenyataannya Ya-juj dan Ma-juj masih serumpun dengan bangsa Turki, hanya saja Ya-juj dan Ma-juj berwatak angkara murka, suka merusak, dan mempunyai keberanian yang luar biasa.
Sehubungan dengan hal ini Ibnu Jarir telah meriwayatkan sebuah asar yang cukup panjang lagi aneh isinya. Di dalamnya disebutkan tentang perjalanan Dzul Qarnain dan pembangunan bendungan yang dilakukannya serta semua kejadian yang dialaminya, di dalamnya terkandung banyak hal yang aneh lagi tidak rasional menyangkut bentuk, sifat, tinggi, dan pendek kaum-kaum yang dijumpainya serta telinga mereka. Ibnu Abu Hatim telah meriwayatkan dari ayahnya sehubungan dengan hal ini hadis-hadis yang garib, tidak sahih sanadnya.
*******************
Firman Allah Swt.:
{وَجَدَ مِنْ دُونِهِمَا قَوْمًا لَا يَكَادُونَ يَفْقَهُونَ قَوْلا}
dia mendapati di hadapan kedua bukit itu suatu kaum yang hampir tidak mengerti pembicaraan. (Al-Kahfi: 93)
karena bahasa mereka asing dan mereka jauh dari keramaian manusia.
{قَالُوا يَا ذَا الْقَرْنَيْنِ إِنَّ يَأْجُوجَ وَمَأْجُوجَ مُفْسِدُونَ فِي الأرْضِ فَهَلْ نَجْعَلُ لَكَ خَرْجًا}
Mereka berkata, “Hai Dzul Qarnain, sesungguhnya Ya-juj dan Ma-juj itu orang-orang yang membuat kerusakan di muka bumi, maka dapatkah kami memberikan sesuatu pembayaran kepadamu (upeti). (Al-Kahfi: 94)
Ibnu Juraij telah meriwayatkan dari Ata, dari Ibnu Abbas, bahwa yang dimaksud dengan kharjan ialah imbalan yang besar. Mereka bermaksud akan menghimpun dana di antara sesama mereka dalam jumlah yang cukup besar untuk diberikan kepada Dzul Qarnain sebagai imbalan jasanya. Maka Dzul Qarnain menjawab dengan nada yang terhormat, menunjukkan pendalaman agamanya yang sempurna, saleh lagi menghendaki kebaikan:
{مَا مَكَّنِّي فِيهِ رَبِّي خَيْرٌ}
Apa yang telah dikuasakan oleh Tuhanku kepadaku terhadapnya adalah lebih baik. (Al-Kahfi: 95)
Yaitu kerajaan dan kekuasaan yang telah dianugerahkan oleh Allah kepadaku lebih baik bagiku daripada harta yang kalian himpunkan. Perihalnya sama dengan perkataan Sulaiman a.s. yang disitir oleh firman-Nya:
{أَتُمِدُّونَنِ بِمَالٍ فَمَا آتَانِيَ اللَّهُ خَيْرٌ مِمَّا آتَاكُمْ بَلْ أَنْتُمْ بِهَدِيَّتِكُمْ تَفْرَحُونَ}
Apakah (patut) kalian menolong aku dengan harta? Maka apa yang diberikan Allah kepadaku lebih baik daripada apa yang diberikanNya kepada kalian. (An-Naml: 36)
Hal yang sama telah dikatakan oleh Dzul Qarnain, yaitu: “Apa yang ada padaku jauh lebih baik daripada apa yang kalian berikan itu, tetapi aku meminta kepada kalian agar membantuku dengan sekuat tenaga melalui jasa kerja kalian dan pengadaan bahan bangunan yang diperlukan.”
{أَجْعَلْ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَهُمْ رَدْمًا * آتُونِي زُبَرَ الْحَدِيدِ}
agar aku membuatkan dinding antara kalian dan mereka, berilah aku potongan-potongan besi. (Al-Kahfi: 95-96)
Az-zubur bentuk jamak dari zabrah, artinya potongan besi. Demikianlah menurut apa yang dikatakan oleh Ibnu Abbas, Mujahid, dan Qatadah, potongan besi itu akan dijadikan sebagai batanya. Menurut suatu riwayat, berat setiap potongan besinya adalah satu kuintal Damaskus atau lebih.
{حَتَّى إِذَا سَاوَى بَيْنَ الصَّدَفَيْنِ}
Hingga apabila besi itu telah sama rata dengan kedua (puncak) gunung itu. (Al-Kahfi: 96)
Yakni setelah potongan-potongan besi itu disusun mulai dari pondasinya, hingga ketinggiannya sama rata dengan puncak kedua bukit seraya menutup celah yang ada di antara keduanya; para ulama berbeda pendapat tentang tinggi dan lebar dinding tersebut, banyak pendapat mengenainya di kalangan mereka.
{قَالَ انْفُخُوا}
berkatalah Dzul Qarnain, “Tiuplah (api itu).” (Al-Kahfi: 96)
Maksudnya, nyalakanlah api untuk membakarnya, hingga manakala dinding besi itu telah menjadi api.
{قَالَ آتُونِي أُفْرِغْ عَلَيْهِ قِطْرًا}
dia pun berkata, “Berilah aku tembaga (yang mendidih) agar kutuangkan ke atas besi panas itu.” (Al-Kahfi: 96)
Ibnu Abbas, Mujahid, Ikrimah, Ad-Dahhak, Qatadah, dan As-Saddi mengatakan bahwa yang dituangkan itu adalah tembaga; sebagian dari mereka menambahkan tembaga yang telah dilebur, dengan berdalilkan firman Allah Swt.:
{وَأَسَلْنَا لَهُ عَيْنَ الْقِطْرِ}
dan Kami alirkan cairan tembaga baginya. (Saba: 12)
Karena itulah maka bendungan ini diserupakan dengan kain burdah yang berlurik (bergaris).
قَالَ ابْنُ جَرِيرٍ: حَدَّثَنَا بِشْرٌ، حَدَّثَنَا يَزِيدُ، حَدَّثَنَا سَعِيدٌ، عَنْ قَتَادَةَ قَالَ: ذُكِرَ لَنَا أَنَّ رَجُلًا قَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، قَدْ رَأَيْتَ سَدَّ يَأْجُوجَ وَمَأْجُوجَ، قَالَ: “انْعَتْهُ لِي” قَالَ: كَالْبُرْدِ الْمُحَبَّرِ، طَرِيقَةٌ سَوْدَاءُ. وَطَرِيقَةٌ حَمْرَاءُ. قَالَ: “قَدْ رَأَيْتُهُ”
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Bisyr ibnu Yazid, telah menceritakan kepada kami Sa’id, dari Qatadah yang mengatakan, “Pernah diceritakan kepada kami (para Tabi’in) bahwa seorang lelaki berkata kepada Rasullullah Saw.; “Wahai Rasulullah Saw., sesungguhnya saya telah melihat bendungan Ya-juj dan Ma-juj.” Nabi Saw. bersabda, “Kalau begitu, gambarkanlah keadaannya kepadaku!”. Lelaki itu berkata, “Dari kejauhan tampak bentuknya seperti kain burdah yang bergaris, yakni garis hitam dan garis merah.” Nabi Saw. bersabda, “Kalau begitu, berarti kamu telah melihatnya.” Hadis ini berpredikat mursal.
Khalifah Al-Wasiq di masa pemerintahannya pernah memerintahkan kepada salah seorang amir (pembantu)nya untuk membuat tim ekspedisi guna melihat bendungan tersebut, lalu bila mereka kembali nanti harus menceritakan kepadanya keadaan bendungan tersebut secara rinci. Tim yang tergabung dalam ekspedisi ini menjelajahi berbagai negeri dan kerajaan, hinga konon akhirnya mereka berhasil menemukan bendungan tersebut dan menyaksikan bangunannya yang terbuat dari besi dan tembaga.
Disebutkan bahwa mereka melihat sebuah pintu besar pada bendungan itu dan gembok yang sangat besar. Mereka sempat pula melihat adanya sisa-sisa batu bata dan pekerjaan di salah satu menaranya, dan bahwa bendungan tersebut dijaga ketat oleh penjaga-penjaga dari kerajaan-kerajaan yang berdekatan dengannya. Dikatakan pula bahwa bendungan tersebut sangat tinggi, bahkan lebih tinggi daripada bukit-bukit yang ada di sekitarnya.
Kemudian tim ekspedisi ini kembali ke negeri mereka. Lama masa perjalanan mereka lebih dari dua tahun; dalam perjalanannya itu mereka menyaksikan berbagai kejadian yang mengerikan dan hal-hal yang aneh.
===
HIKMAH SAINS 1:
Peleburan logam, khususnya dalam konteks menciptakan aloi atau campuran antara besi dan tembaga, membutuhkan pemahaman mendalam tentang sifat kimia dan fisika kedua logam ini. Kedua cara yang Anda sebutkan memiliki perbedaan signifikan dalam prosesnya yang akan berdampak pada hasil akhir, termasuk struktur mikro, sifat mekanik, dan kemungkinan aplikasi dari aloi tersebut. Mari kita bahas kedua cara tersebut dari segi kimia dan fisika:
Cara 1: Besi Batangan Dipanaskan Sampai Membara, Lalu Tuangkan Lelehan Tembaga
a) Sisi Kimia
– Reaksi pada Permukaan: Pemanasan besi hingga membara memungkinkan permukaan besi untuk bereaksi lebih efektif dengan tembaga cair. Proses ini dapat membantu dalam membentuk ikatan antar atom besi dan tembaga, menghasilkan aloi dengan distribusi yang lebih seragam.
– Pengurangan Oksidasi: Pemanasan awal besi dapat mengurangi kadar oksigen di permukaan, yang mengurangi pembentukan oksida logam. Oksida dapat menghambat campuran logam yang seragam dan mengurangi kualitas aloi.
b) Sisi Fisika
– Perluasan Termal: Pemanasan besi memperluas struktur kristalnya, yang dapat memudahkan penetrasi tembaga cair ke dalam celah mikro. Ini meningkatkan peluang pembentukan campuran homogen.
– Kontrol Pendinginan: Proses ini memungkinkan kontrol yang lebih baik atas laju pendinginan, yang kritis dalam menentukan struktur kristal aloi. Pendinginan yang lebih lambat dari temperatur tinggi cenderung menghasilkan kristal yang lebih besar, yang dapat mempengaruhi kekerasan dan kekuatan tarik.
Cara 2: Besi Batangan Biasa Dituangi Lelehan Tembaga
a) Sisi Kimia
– Risiko Oksidasi Lebih Tinggi: Melakukan peleburan tanpa pemanasan awal besi dapat meningkatkan risiko oksidasi pada permukaan besi, yang dapat menghalangi campuran logam yang baik dan mengurangi kualitas aloi.
– Kesulitan dalam Pencampuran: Tanpa pemanasan awal, tembaga cair mungkin tidak akan seefektif mencampur dengan besi, yang dapat menghasilkan aloi dengan distribusi tembaga yang tidak merata.
b) Sisi Fisika
– Kontraksi dan Porositas: Penyusutan yang terjadi ketika tembaga cair mendingin dan mengeras dapat meninggalkan porositas atau celah mikro jika tidak ada ekspansi awal dari pemanasan besi. Ini dapat melemahkan struktur aloi.
– Struktur Mikro: Tanpa pemanasan awal besi, struktur mikro dari aloi yang dihasilkan mungkin tidak seragam. Hal ini dapat berpengaruh pada sifat mekanik seperti kekuatan, kekerasan, dan ketahanan terhadap korosi.
Kesimpulan
- Cara 1 cenderung lebih efektif dalam menghasilkan aloi besi-tembaga dengan sifat kimia dan fisik yang lebih diinginkan. Pemanasan awal besi memudahkan pencampuran logam, mengurangi risiko oksidasi, dan memungkinkan kontrol yang lebih baik atas struktur mikro aloi yang dihasilkan.
- Sementara itu, Cara 2 mungkin lebih mudah dan cepat, tetapi berisiko menghasilkan aloi dengan kualitas yang lebih rendah karena distribusi yang tidak merata dan potensi peningkatan oksidasi.
===
HIKMAH SAINS 2:
Dzul Qornain telah diberi hikmah sains oleh Allah SWT sehingga tidak melakukan kebalikan urutan dalam pengecoran tembok itu, yaitu bukan mengecor batangan tembaga dengan lelehan besi. Mengapa? Carilah hikmah sains 2 ini!!