PELAKSANAAN DAN CARA SHALAT IDUL FITRI – MTT
Diriwayatkan dari Jundub (dilaporkan bahwa) ia berkata: Adalah Nabi saw melakukan shalat Idul Fitri bersama kami ketika matahari setinggi dua penggalah dan Idul Adha ketika matahari setinggi satu penggalah. Hal ini sesuai dengan sunnah Rasulullah saw yang senantiasa mengerjakan shalat Id di lapangan.
Beliau mengerjakan shalat Id di mushallaa, yaitu tanah lapang yang terletak 1000 hasta (200 meter) dari masjidnya pada waktu itu. Beliau tidak pernah mengerjakan shalat Id di masjid, kecuali sekali karena hari hujan.
Diriwayatkan dari Abu Sa‘id al-Khudri bahwa ia berkata: Nabi Muhammad saw selalu keluar pada hari Idul Fitri dan hari Idul Adlha menuju lapangan, lalu hal pertama yang ia lakukan adalah shalat … [HR. [رواه أبو داود وابن ماجه والحاكم، وقال: هذا حديث صحيح الإسناد]. Ia (al-Hakim) mengatakan: Ini adalah hadis sahih sanadnya (Al-Mustadrak, I:295, “Kitab al-‘Idain)]. Artinya: Diriwayatkan dari Ibnu Umar bahwa Rasulullah saw apabila keluar untuk shalat Id memerintahkan agar menancapkan tombak di depannya.
Kemudian ia shalat menghadap kepadanya sementara jamaah berada di belakangnya. Shalat Idul Fitri dan Idul Adlha dilaksanakan dua rakaat, tanpa azan, iqamat, bacaan ash-shalatul jami’ah (الصلاة الجامعة), dan tanpa disertai shalat sunat, baik sebelum maupun sesudahnya, sesuai dengan tuntunan Nabi saw. Artinya: Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwasanya Rasulullah saw pada hari Idul Adlha atau Idul Fitri keluar, lalu shalat dua rakaat, dan tidak mengerjakan shalat apapun sebelum maupun sesudahnya. Artinya: Diriwayatkan dari Jabir ia berkata: Aku menyaksikan shalat bersama rasulullah saw pada suatu hari raya, beliau mulai dengan shalat sebelum khutbah tanpa azan dan qamat.
Takbir dalam shalat Idul Fitri dan Idul Adlha pada rakaat pertama sesudah takbiratul-ihram tujuh kali dan pada rakaat kedua sesudah takbiratul-qiyam (intiqal) lima kali. Diriwayatkan dari ‘Amr Ibnu Syu‘aib, dari ayahnya, dari kakeknya bahwa Nabi saw pada hari Id bertakbir dua belas kali: tujuh kali pada rakaat pertama dan lima kali pada rakaat kedua, dan beliau tidak melakukan shalat sunat apapun sebelum dan sesudahnya.
Diriwayatkan dari Aisyah bahwa Rasulullah saw pada shalat Idul Fitri dan Idul Adha bertakbir tujuh kali dan lima kali selain takbir untuk rukuk. Artinya: Diriwayatkan dari Wa’il Ibnu Hujr al-Hadlrami bahwa ia berkata: Saya melihat Rasulullah saw mengangkat kedua tangannya ketika bertakbir.
Diriwayatkan dari an-Nu‘man Ibnu Basyir bahwa ia berkata: Adalah Rasulullah saw pada shalat dua hari raya dan pada shalat Jumat membaca sabbihisma rabbikal-a‘laa dan hal ataka hadiitsul-ghaasyiyah. Artinya: Diriwayatkan dari ‘Ubaidullah Ibnu ‘Abdillah bahwa Umar Ibnu al-Khattab bertanya kepada Abu Waqid al-Laitsi mengenai apa yang dibaca oleh Rasulullah saw pada shalat Idul Adha dan Idul Fitri, maka ia (Abu Waqid) menjawab: adalah beliau pada shalat dua hari raya membaca qaaf wal-qur’aanil-majiid dan iqtarabatis-saa‘ah wansyaqqal-qamar.
Diriwayatkan dari Abu Sa‘id al-Khudri bahwa ia berkata: Rasulullah saw keluar pada hari raya Idul Fitri dan Idul Adha menuju lapangan tempat shalat, maka hal pertama yang dia lakukan adalah shalat, kemudian manakala selesai beliau berdiri menghadap orang banyak yang tetap duduk dalam saf-saf mereka, lalu Nabi saw menyampaikan nasehat dan pesan-pesan dan perintah kepada mereka; lalu jika beliau hendak memberangkatkan angkatan perang atau hendak memerintahkan sesuatu beliau laksanakan, kemudia lalu beliau pulang. Artinya: Diriwayatkan dari Jabir bahwa ia berkata: Saya menghadiri shalat pada suatu hari raya bersama Rasulullah saw: sebelum khutbah beliau memulai dengan shalat tanpa azan dan tanpa qamat.
Lalu manakala selesai shalat beliau berdiri dengan bersandar kepada Bilal. Artinya: Diriwayatkan dari Sa‘ad al-Mu’adzdzin bahwa ia berkata: Nabi saw bertakbir di sela-sela khutbah, beliau memperbanyak takbir di dalam khutbah dua hari raya.
Diriwayatkan dari Hushain, bahwa Basyir bin Marwan mengangkat kedua tangannya pada khutbah Jumuah di atas mimbar, kemudian dimarahi oleh Amarah Ruwaibah ats-Tsaqafi dan berkata: Rasulullah saw tidak menambah ini, dengan mengisyaratkan jari telunjuknya.
Tata Cara Sholat Idul Fitri Sendiri dan Berjamaah Sesuai Sunnah
Tata cara sholat Idul Fitri disesuaikan dengan pengerjaannya baik secara sendiri maupun berjamaah. Meski dibolehkan untuk mengerjakannya sendiri, sholat Idul Fitri tetap diutamakan berjamaah dalam pengerjaannya sesuai dengan Mazhab Syafi’i. Artinya: “Jenis kedua dari salat sunnah yang ditentukan waktunya adalah shalat yang dianjurkan untuk dilaksanakan secara berjamaah adalah (sholat dua Id, yaitu Idul Fitri dan Idul Adha).
Keterangan tersebut bersandar pada periwayatan hadits dari Ummu Athiyyah yang menceritakan bahwa Rasulullah SAW pernah memerintahkan umatnya untuk mengerjakan sholat Idul Fitri berjamaah.
Termasuk bagi perempuan yang sedang berhalangan untuk menghadiri salat berjamaah di bagian belakang (HR Bukhari, Ibnu Majah, dan Baihaqi). Di Indonesia, pemerintah melalui Kementerian Agama (Kemenag) telah mengeluarkan Surat Edaran (SE) Nomor 08 Tahun 2022.
Berdasarkan hadis riwayat Jabir bin ‘Abdullah, tidak ada azan ketika salat Idulfitri dan juga Iduladha. Kemudian beliau mendatangi para wanita bersama Bilal, lalu memerintah mereka bersedekah. Berdasarkan hadis riwayat Nafi’ dari Ibnu ‘Umar, bahwa Rasulullah saw apabila keluar pada hari Idulfitri, beliau memerintahkan untuk meletakkan tombak di depannya, kemudian beliau salat dan orang-orang berada di belakangnya dan ia melakukan hal tersebut dalam safar.
Tidak ada bacaan-bacaan tertentu yang dituntunkan Nabi saw di sela-sela takbir-takbir tersebut.
Tuntunan Hari Raya Idul Fitri Sesuai Pemahaman Muhammadiyah
Sebagai tamu istimewa yang dulu kita sambut kedatangannya dengan ungkapan mulia, Marhaban Yaa Ramadhan, maka kini dengan hati sedih kita harus ucapkan kata-kata perpisahan Ma’a Assalamah Ila Alliqo. Namun demikian, tak boleh berlarut dalam kesedihan karena Allah telah mempersiapkan moment lain selepas berakhirnya bulan Ramadhan. Lebaran atau hari raya Idul Fitri adalah peristiwa istimewa lainnya yang telah ditetapkan oleh Allah untuk umat Islam pasca bulan Ramadhan. Kata “Id” yang selalu diterjemahkan ke bahasa Indonesia dengan ‘hari raya’ menurut etimologinya berarti al-mausim (musim), disebut demikian karena setiap tahun berulang.
Dari sini pula maka menjadi kurang tepat kalau memaknai Idul Fitri hanya sebagai hari kembali suci (fitroh). Berikut adalah tuntunan Nabi seputar shalat ‘Idul Fitri sesuai dengan yang dipahami oleh Muhammadiyah.
Ketika shalat hendak dilaksanakan, beliau berhenti dari bertakbir.”[HR Ibnu Syaibah] Syaikh Al Albani mengatakan bahwa riwayat ini shahih. Diriwayatkan dari Ibnu Umar bahwa ia apabila pergi ke tanah lapang di pagi hari ‘Id.
Orang yang menghadiri shalat Idul Fitri baik laki-laki maupun perempuan dituntunkan agar berpenampilan rapi, yaitu dengan berhias, memakai pakaian bagus (tidak harus mahal, yang penting rapi dan bersih) dan wangi-wangian sewajarnya. Diriwayatkan dari Anas bin Malik ia berkata: adalah Rasulullah saw tidak pergi ke shalat Idul Fitri sebelum beliau makan beberapa kurma (HR.
Diriwayatkan dari Abdullah bin Buraidah dari ayahnya (yaitu Buraidah bin al-Husaib) ia berkata: Rasulullah saw pada hari Idul Fitri tidak keluar sebelum makan, dan pada hari Idul Adha tidak makan sehingga selesai shalat (HR. Dari Ibnu ‘Umar, beliau mengatakan, artinya: “Dari ‘Ali r.a. (diriwayatkan bahwa) ia berkata: Termasuk sunnah Nabi, pergi ke tempat shalat ‘Id dengan berjalan kaki dan makan sedikit sebelum keluar.” [HR at- Tirmidzi]
Untuk menyerukan dimulai shalat tidak dituntunkan mengumandangkan adzan dan iqomah ataupun bacaan-bacaan lain seperti ashshalatu jami’ah “Aku pernah melaksanakan shalat ‘ied (Idul Fithri dan Idul Adha) bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bukan hanya sekali atau dua kali, ketika itu tidak ada adzan maupun iqomah.”[ HR.
“Dari Abu Sa‘id al-Khudri (diriwayatkan bahwa) ia berkata: Nabi Muhammad saw selalu keluar pada hari Idul Fitri dan hari Idul Adlha menuju lapangan, lalu hal pertama yang ia lakukan adalah shalat …” [HR. Ada riwayat bahwa ‘Umar bin Al Khattab pernah menanyakan pada Waqid Al Laitsiy mengenai surat apa yang dibaca oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika shalat ‘Idul Adha dan ‘Idul Fithri.
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa membaca dalam shalat ‘ied maupun shalat Jum’at “Sabbihisma robbikal a’la” (surat Al A’laa) dan “Hal ataka haditsul ghosiyah” (surat Al Ghosiyah).” An Nu’man bin Basyir mengatakan begitu pula ketika hari ‘ied bertepatan dengan hari Jum’at, beliau membaca kedua surat tersebut di masing-masing shalat. Sehabis shalat, hendaklah dilakukan Khutbah Idul Fitri sebanyak satu kali; dimulai dengan bacaan hamdalah.
“Dari Abu Sa‘id al-Khudri (diriwayatkan bahwa) ia berkata: Rasulullah saw keluar pada hari raya Idul Fitri dan Idul Adlha menuju lapangan tempat shalat, maka hal pertama yang dia lakukan adalah shalat, kemudian manakala selesai beliau berdiri menghadap orang banyak yang tetap duduk dalam saf-saf mereka, lalu Nabi saw menyampaikan nasehat dan pesan-pesan dan perintah kepada mereka; lalu jika beliau hendak memberangkatkan angkatan perang atau hendak memerintahkan sesuatu beliau laksanakan, kemudialalu beliau pulang. “Diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud ra, ia berkata bahwa Rasulullah saw jika memulai khutbah dengan mengucapkan ‘al-hamdulillah’ …”.
“Diriwayatkan dari Abdullah Ibnu Abdullah Ibnu ‘Utbah ia berkata: Merupakan sebuah sunnah Nabi membuka khutbah dengan tujuh takbir secara pelan-pelan dan yang kedua dengan sembilan takbir secara pelan-pelan.” [HR. Disebabkan Abdullah Ibnu Abdullah adalah seorang tabi’in,dan berdasarkan ushulul-hadits ia tidak dapat diterima kalau ia mengatakan ‘sebagai suatu sunnah Nabi’ Demikian dikatakan oleh Asy-Syaukani dalam Nailul-Authar Juz III halaman.
Diriwayatkan dari Khalid bin Ma’dan, ia berkata: “ Aku bertemu dengan Watsilah bin al-Asqo’ pada hari raya, lalu aku berkata “taqabbalallahu minna wa minkum”(mudah-mudahan Allah menerima amal kami dan amal kamu).
Dasar hukum salat ‘Idain dikerjakan di lapangan dua rakaat, sebelum khutbah, tanpa azan dan tanpa iqamat, serta tidak ada salat sunah sebelum maupun sesudahnya, adalah hadis-hadis berikut ini:
Dalil Salat Idul Fitri Lebih Utama di Lapangan
1. Dalil Salat Id di Lapangan
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَخْرُجُ يَوْمَ الْفِطْرِ وَالْأَضْحَى إِلَى الْمُصَلَّى فَأَوَّلُ شَيْءٍ يَبْدَأُ بِهِ الصَّلَاةُ ثُمَّ يَنْصَرِفُ فَيَقُومُ مُقَابِلَ النَّاسِ وَالنَّاسُ جُلُوسٌ عَلَى صُفُوفِهِمْ فَيَعِظُهُمْ وَيُوصِيهِمْ وَيَأْمُرُهُمْ فَإِنْ كَانَ يُرِيدُ أَنْ يَقْطَعَ بَعْثًا قَطَعَهُ أَوْ يَأْمُرَ بِشَيْءٍ أَمَرَ بِهِ ثُمَّ يَنْصَرِفُ. رواه البخاري
Dari abu Saʻid al-Khudri r.a. (diriwayatkan bahwa) ia berkata: Rasulullah saw keluar ke lapangan tempat salat (mushala) pada hari Idulfitri dan Iduladha, lalu hal pertama yang dilakukannya adalah salat, kemudian ia berangkat dan berdiri menghadap jamaah, sementara jamaah tetap duduk pada saf masing-masing, lalu Rasulullah menyampaikan wejangan, pesan, dan beberapa perintah … [HR al-Bukhari].
2. Dalil salat Id tanpa adzan dan iqamah
عَنْ جَابِرِ بْنِ سَمُرَةَ قَالَ صَلَّيْتُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْعِيدَيْنِ غَيْرَ مَرَّةٍ وَلَا مَرَّتَيْنِ بِغَيْرِ أَذَانٍ وَلَا إِقَامَةٍ
Dari Jabir bin Samurah ia berkata; Saya telah menunaikan shalat dua hari raya bersama Rasulullah saw lebih dua kali, yakni (beliau menunaikannya) tanpa adzan dan iqamah (HR Muslim).
3. Dalil dua rakaat salat Id
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَرَجَ يَوْمَ أَضْحَى أَوْ فِطْرٍ فَصَلَّى رَكْعَتَيْنِ لَمْ يُصَلِّ قَبْلَهَا وَلَا بَعْدَهَا
Dari Ibn ‘Abbas (diriwayatkan bahwa) Nabi saw salat Id pada hari Id dua rakaat tanpa melakukan salat lain sebelum dan sesudahnya [HR tujuh ahli hadis, dan lafal di atas adalah lafal al-Bukhari].
Hukum melaksanakan salat Id adalah sunah muakad. Sebab Rasulullah saw tidak pernah meninggalkannya selama sembilan kali Syawal dan Zulhijah setelah disyariatkannya, tetapi juga tidak adanya sanksi hukum atas tidak mengerjakannya.
Tata Cara Salat Idul Fitri di Lapangan
Berikut tata cara salat Idul Fitri di lapangan terbuka:
1. Jika tidak ada halangan, salat Id sebaiknya di lapangan. Berdasarkan hadis riwayat Abu Sa’id al Hudriy: “Bahwa Rasul saw keluar pada hari raya idul fitri dan adha ke al-Mushala (tanah lapang). Hal pertama yang dilakukan adalah salat. Setelah selesai beliau berdiri menghadap para jamaah, sementara mereka duduk bersaf, lalu beliau memberi nasihat, berwasiat dan memerintah mereka. Apabila beliau hendak berhenti, maka berhenti dan bila memerintah sesuatu, maka langsung memerintahkannya, kemudian selesai.” (HR. Bukhari).
2. Salat Idul Fitri dikerjakan tanpa seruan adzan dan iqamat; Berdasarkan hadis riwayat Jabir bin ‘Abdullah: “Tidak ada adzan ketika (salat) Idul Fitri dan juga idul adha. Lalu setelah sesaat aku tanyakan masalah itu. Dia memberitahuku bahwa Jabir bin Abdullah al-Anshari berkata bahwasanya tidak ada adzan untuk salat idul fitri ketika imam datang dan tidak pula ada iqamah, tidak ada seruan apapun dan waktu itu tidak ajakan dan tidak pula iqamah.” (HR. Bukhari).
3. Tidak disyariatkan salat sunah, baik sebelum maupun sesudah salat Idul Fitri. Berdasarkan Hadis riwayat Ibnu Abbas: “Dari Ibnu Abbas, bahwasanya Nabi saw salat dua rekaat pada hari raya idul fitri. Beliau tidak salat sebelumnya dan tidak pula setelahnya. Kemudian beliau mendatangi para wanita bersama Bilal, lalu memerintah mereka bersedekah.” (HR. Bukhari).
4. Hendaklah dipasang sutrah (pembatas) di depan imam salat. Berdasarkan hadis riwayat Nafi’ dari Ibnu ‘Umar: “Bahwa Rasulullah saw apabila keluar pada hari ‘Id, beliau memerintahkan untuk meletakkan tombak di depannya, kemudian beliau salat dan orangorang berada di belakangnya, dan ia melakukan hal tersebut dalam safar (salat shafar).” (HR. Bukhari).
5. Salat Idul Fitri dan Idul Adha dilaksanakan sebanyak 2 rakaat, dengan cara bertakbir tujuh (7) kali pada rakaat pertama dan lima (5) kali takbir pada rakaat kedua. Dan tidak ada bacaanbacaan tertentu yang dituntunkan Nabi saw di sela-sela takbir-takbir tersebut. Berdasarkan hadis riwayat Katsiir bin ‘Abdillah: “Bahwa Nabi saw pada salat dua hari raya bertakbir tujuh kali untuk rekaat pertama sebelum membaca (al-fatihah) dan bertakbir lima kali pada rekaat kedua juga sebelum membacanya.” (HR. Tirmidzi).
6. Imam salat disunnahlan membaca surat al-A’la pada rakaat pertama dan al-Ghasyiyah pada rakaat kedua atau Qaf wal Quranil Majid (surat Qaf) pada rakaat pertama dan Iqtarabatis Saa’ah (al-Qamar) pada rakaat kedua. Berdasarkan hadis riwayat Ibnu ‘Abbas: “Dari Ibnu Abbas, bahwasanya Nabi saw pada salat dua hari raya membaca Sabbihisma Rabbiukal A’la dan Hal Ataku Hadisul Ghasyiyah.” (HR. Ibnu Majah).
7. Sesudah mengerjakan salat, dilanjutkan dengan penyampaian khutbah ‘Id, yang berisikan nasihat dan anjuran berbuat baik, dimulai dengan alhamdulillah. Berdasarkan hadis riwayat Abu Sa’id al Khudriy: “Dari Abu Sa’id al-Hudriyi berkata: Bahwa Rasul saw keluar pada hari raya idul fitri dan adha ke al-Mushala (tanah lapang). Hal pertama yang dilakukan adalah salat. Setelah selesai beliau berdiri menghadap para jamaah, sementara mereka duduk bersaf, lalu beliau memberi nasihat, berwasiat dan memerintah mereka. Apabila beliau hendak berhenti, maka berhenti dan bila memerintah sesuatu, maka langsung memerintahkannya, kemudian selesai.” (HR. Bukhari).
*Kaifiyat Salat Id di atas dikutip dari buku Tuntunan Shalat-shalat Tathawwu’ yang disusun Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Wilayah Muhammadiyah D.I Yogyakarta.