Khutbah Jum’at: Tanda Diterimanya Amal

إِنَّ الْحَمْدَ للهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.

أَمَّا بَعدُ : فَيَا عِبَادَ الله أُوصِيكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللّه, وَتَزَوَّدُوا فَإنَّ خَيرَ الزَّادِ التَّقْوَى, فَقَدْ فَازَ المُؤْمِنُونَ المُتَّقُونَ حَيثُ قَالَ تَعَالَى فِي كِتَابِهِ الكَرِيمِ, أَعُوذُ باللّهِ مِنَ الشَّيطَانِ الرَّجِيمِ يَاأيُّهَا الّذِين ءَامَنُوا اتَّقُوا الله وَقُولُوا قَولًا سَدِيدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اتَّقُواْ اللّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيداً . يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَن يُطِعْ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزاً عَظِيماً.

Jamaah Jumat Rahimahumullah

Pada kesempatan yang bahagia ini saya mengajak kepada diri saya khususnya, dan kepada seluruh jamaah sholat jum’at pada umumnya. Marilah kita tingkatkan nilai ketakwaan kita kepada Yang Maha Kuasa. Yakni, dengan selalu melaksanakan segala perintahNya dan menjauhi segala larangan-Nya.

Jamaah Jumat Rahimahumullah

Setiap mukmin tentu berharap semua amal saleh yang dilakukannya diterima Allah Ta’ala. Amal saleh yang tentu saja diiringi niat sebagai ibadah untuk mendekatkan diri pada Allah Azza wa Jalla, serta amal yang dilandasi keimanan yang benar serta meneladani Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Landasan amal salehnya dibangun di atas ilmu syar’i bukan sekedar aktivitas yang baik menurut persangkaan manusia atau amal yang mementingkan kualitas namun tanpa dalil agama.

Jamaah Jumat Rahimahumullah

Semoga penjelasan-penjelasan dari para imam terkemuka berkaitan dengan tanda diterimanya amal mampu menggugah hasrat kaum muslimin untuk mempersembahkan amal terbaik kepada Allah Ta’ala.

 

Penerimaan atau penolakan sebuah amal-ibadah memang sulit diukur. Manusia–siapapun dia–tidak boleh menjatuhkan putusan atas penerimaan atau penolakan amal seseorang atau dirinya sendiri. Tetapi kita hanya dapat melihat tanda-tanda penerimaan Allah atas amal kita.

Setelah melakukan ketaatan atau ibadah seperti umrah, haji, puasa, shalat, sedekah, dan amal shalih lainnya, kita sering mengulang-ulang perkataan Ali RA:

“Seandainya kita tahu siapa orang yang diterima amalnya, sehingga kita beri ucapan selamat, dan siapa yang tidak diterima amalnya, sehingga kita hibur.”

Setiap melakukan ibadah, kita sering juga mengulang-ulang perkataan Ibnu Mas`ûd RA:

Semoga Allah meridhainya“Wahai orang yang diterima amalnya, selamat. Wahai orang yang ditolak amalnya, semoga Allah mengganti musibah yang menimpamu (dengan yang lain).”

Ali bahkan juga berkata,

“Janganlah kalian memperhatikan sedikitnya amal, tetapi perhatikanlah masalah diterimanya amal itu. Tidakkah kalian mendengar firman Allah (yang artinya): ‘Sesungguhnya Allah hanya menerima dari orang-orang yang bertakwa’. [QS. Al-Mâ’idah: 27].”

 

Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata,

“Sesungguhnya Allah apabila menginginkan kebaikan kepada seorang hamba dijadikan hatinya tak mengingat amal-amal kebaikannya dan dijadikan lisannya tak ingin mengabarkan amalnya kepada manusia. Allah jadikan ia sibuk mengingat dosa-dosanya. Senantiasa dosa itu berada di pelupuk matanya hingga ia masuk surga. Karena tanda amal diterima itu adalah menjadikan hati tak mengingatnya dan lisan tak mengabarkannya.” (Thariqul Hijratain hal. 169-172).

 

Imam Ibnul Qoyyim -rahimahullah-.

BACA JUGA:   KHUTBAH JUM’AT: Sains dalam Pengamalan Syariat Islam

وَعَلَامَةُ قَبُولِ عَمَلِكَ: اِحْتِقَارُهُ وَاسْتِقْلَالُهُ وَصِغَرُهُ فِي قَلْبِكَ حَتَّى إِنَّ الْعَارِفَ لَيَسْتَغْفِرُ اللَّهَ عَقِبَ طَاعَتِهِ وَقَدْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا سَلَّمَ مِنَ الصَّلَاةِ اسْتَغْفَرَ اللَّهَ ثَلَاثًا وَأَمَرَ اللَّهُ عِبَادَهُ بِالْاسْتِغْفَارِ عَقِبَ الْحَجِّ وَمَدَحَهُمْ عَلَى الْاسْتِغْفَارِ عَقِبَ قِيَامِ اللَّيْلِ وَشَرَعَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَقِبَ الطُّهُورِ التَّوْبَةَ وَالْاسْتِغْفَارَ فَمَنْ شَهِدَ وَاجِبَ رَبِّهِ وَمِقْدَارَ عَمَلِهِ وَعَيْبَ نَفْسِهِ: لَمْ يَجِدْ بُدًّا مِنْ اسْتِغْفَارِ رَبِّهِ مِنْهُ وَاحْتِقَارِهِ إِيَّاهُ وَاسْتِصْغَارِهِ

Tanda diterimanya amal shalih anda : saat hati merasa bahwa amal shalih masih hina dan kecil. Sampai orang-orang yang benar-benar mengenal Allah, selalu beristighfar setiap usai melakukan ibadah. Adalah Nabi shallallahu’alaihi wa sallam bila selesai salam dari sholat, beliau beristighfar sebanyak tiga kali. Allah juga telah memerintahkan hamba-hambaNya untuk beristighfar setelah selesai melakukan ibadah haji. Allah juga memuji mereka yang beristighfar setelah melakukan sholat malam. Nabi shallallahu’alaihi wa sallam memerintahkan taubat dan istighfar usai berwudhu.

Salah seorang ulama salaf mengatakan,

مِنْ ثَوَابِ الْحَسَنَةِ الْحَسَنَةُ بَعْدَهَا، وَمِنْ جَزَاءِ السَّيِّئَةِ السَّيِّئَةُ بَعْدَهَا

Diantara ganjaran amal shalih adalah amal shalih setelahnya. Dan diantara ganjaran dosa adalah dosa setelahnya.

Inilah bentuk amal saleh yang pemiliknya tak menyibukkan diri mengeksposnya, entah itu dengan lisannya atau memviralkannya di media sosial. Tanpa kita sebarkan niscaya hati kita akan terjaga untuk lebih ikhlas, karena yang dicari pujian Allah Ta’ala. Justru banyaknya amal membuatnya lebih hati-hati dan bersikap tawadhu karena ia lebih sibuk memikirkan kekurangan dirinya dan dosa-dosanya daripada menghitung amal-amal saleh yang telah dilakukan karena orang yang bangga dengan amal-amal salehnya justru akan meremehkan dosa-dosanya atau bahkan memandang rendah orang yang tidak beramal saleh seperti dirinya. Padahal kita belum tahu pasti apakah amal kita diterima Allah Ta’ala atau tidak. Ini peringatan agar kita tak terpesona dengan kuantitas amal saleh kita. Allah Azza wa Jalla berfirman,

{وَالَّذِينَ يُؤْتُونَ مَا آتَوْا وَقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ أَنَّهُمْ إِلَى رَبِّهِمْ رَاجِعُونَ}

 

Dan orang-orang yang melakukan (kebaikan) yang telah mereka kerjakan dengan hati penuh rasa takut, (karena mereka tahu) bahwa sesungguhnya mereka akan kembali kepada Rabbnya” (Q.S Al-Mukminun: 60)

 

Mereka senantiasa istiqomah beramal saleh, mereka berlomba-lomba dalam kebaikan namun mereka juga takut amal-amal tersebut tidak diterima Allah Ta’ala.

 

Simak pula nasihat imam Ibnu Rajab rahimahullah berkenaan dengan tanda diterimanya amal saleh seorang hamba. Beliau rahimahullah berkata,

“Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla, Dia menerima amal (kebaikan) seorang hamba dia akan memberi taufik kepada hambaNya tersebut untuk beramal saleh setelahnya.

 

Sebagaimana ucapan salah seorang dari mereka (ulama salaf),

“Ganjaran perbuatan baik adalah (taufik dari Allah Azza wa Jalla untuk melakukan) perbuatan baik (setelahnya).” Maka barangsiapa yang mengerjakan amal kebaikan lalu ia mengerjakan amal kebaikan lagi setelahnya, ini merupakan pertanda diterimanya amal kebaikannya yang pertama (oleh Allah Azza wa Jalla). Sebaliknya siapa saja yang mengerjakan amal kebaikan lalu melakukan perbuatan buruk (setelahnya), maka ini merupakan pertanda tertolak dan tidak diterimanya amal kebaikannya tersebut. (Latha’iful Ma’arif hal. 311).

 

 

Syaikh Abdulaziz bin Baz -rahimahullah- merupakan grand mufti kerajaan Saudi Arabia yang karismatik di masanya. Bahkan fatwa-fatwa beliau hingga hari ini masih dijadikan rujukan dalam bahasan-bahasan keagamaan dan kehidupan. Beliau pernah ditanya tentang apa diterimanya amal. Berikut penjelasan beliau:

BACA JUGA:   Majelis Tarjih dan Tajdid PDM Surabaya Serukan Qunut Nazilah demi Keselamatan Palestina

عَلَامَاتُ قَبُولِ الأَعْمَالِ: الِاسْتِقَامَةُ عَلَى الْخَيْرِ، وَالتَّقَدُّمُ فِي الْخَيْرِ، وَالِاجْتِهَادُ فِي الْخَيْرِ، وَالاسْتِمْرَارُ عَلَى الطَّاعَاتِ، وَالْمُسَارَعَةُ إِلَى الطَّاعَاتِ، وَكَثْرَةُ خَيْرِهِ، وَالْحَذَرُ مِنَ السَّيِّئَاتِ، وَالمُصَاحَبَةُ لِلأَخْيَارِ، وَانْشِرَاحُ صَدْرِهِ لِلْخَيْرِ. فَهَذِهِ مِنْ عَلَامَاتِ التَّوْفِيقِ وَالْقَبُولِ، أَنْ تَكُونَ حَالَتُهُ أَحْسَنَ.

“Tanda-tanda penerimaan amal adalah munculnya keteguhan dalam kebaikan, kemajuan/peningkatan dalam kebaikan, usaha keras dalam kebaikan, dan ketekunan dalam ketaatan, serta bersegera dalam ketaatan, bertambahnya kebaikan seseorang, berhati-hati dari perbuatan buruk, bersahabat dengan orang-orang baik, dan hatinya yang terbuka untuk kebaikan. Maka ini adalah tanda-tanda keberhasilan dan penerimaan, bahwa keadaannya menjadi lebih baik.” (sumber: Fatawa Syaikh Ibnu Baz)

 

Syekh Ibnu Athaillah RA menyebut tanda-tanda penerimaan Allah SWT dalam hikmah berikut ini.
مَنْ وَجَدَ ثَمَرَةَ عَمَلِهِ عَاجِلًا فَهُوَ دَلِيلٌ عَلَى وُجُودِ الْقَبُولِ

“Siapa yang memetik buah dari amalnya seketika di dunia, maka itu menunjukkan Allah menerima amalnya.”

Ada sebuah hadis yang menjadi dasar ungkapan di atas. Hadis dari sahabat Abu Hurairah -radhiyallahu’anhu-, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

عَليْكُم بِالصِّدقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِي إِلَى الْبِرِّ، وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِي إِلَى الْجَنَّةِ

“Berbuatlah jujur, karena kejujuran akan mengantarkanmu pada kebaikan, dan kebaikan akan mengantarkanmu kepada surga.” (HR. Muslim)

Syekh Ahmad Zarruq menjelaskan bahwa buah dari amal itu berbentuk kemaslahatan keagamaan dan kemaslahatan duniawi. Ia menyebut secara konkret bahwa buah dari amal itu adalah pertama, kebahagiaan hidup yang diukur dengan perasaan bebas dari kekhawatiran dan kesedihan.

قُلْتُ ثَمَرَةُ الْعَمَلِ مَا يَنْشَأُ عَنْهُ مِنَ الْفَوَائِدِ الدِّينِيَّةِ وَالدُّنْيَوِيَّةِ. وَذَلِكَ يَدُورُ عَلَى ثَلَاثَةٍ: حُصُولُ الْبُشَارَةِ بِزَوَالِ الْخَوْفِ وَالْحُزْنِ

“Menurut saya, buah amal itu adalah faidah keagamaan dan keduniaan apapun yang muncul dari amal tersebut.”

 

Menurut Syekh Ahmad Zarruq Buah dari amal itu hanya terdiri atas tiga bentuk:

Pertama, munculnya kebahagiaan karena sirnanya kekhawatiran dan kesedihan,” (Lihat Syekh Ahmad Zarruq, Syarhul Hikam, As-Syirkatul Qaumiyyah, 2010 M/1431 H, halaman 80).

Syekh Zarruq mengutip Surat Yunus ayat 62-64.

 أَلَا إِنَّ أَوْلِيَاءَ اللَّهِ لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ (62) الَّذِينَ آمَنُوا وَكَانُوا يَتَّقُونَ (63) لَهُمُ الْبُشْرَى فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآخِرَةِ

“Ketahuilah, para wali Allah tidak dihinggapi kekhawatiran dan kesedihan. Mereka yang beriman dan mereka itu bertakwa akan menerima kebahagiaan dalam kehidupan dunia dan akhirat…” (Surat Yunus ayat 62-64).

Kedua, ketenangan hidup yang ditandai dengan keridhaan batin dan sifat qana‘ah atas segala pemberian Allah.

وَالْحَيَاةُ الطَّيِّبَةُ بِالرِّضَا وَالْقَنَاعَةِ

“kehidupan yang baik karena hati penuh ridha dan qana‘ah.” Syekh Zarruq mengutip Surat An-Nahl ayat 97.

 مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً

“Siapa saja beramal saleh laki-laki maupun perempuan sedangkan mereka itu orang beriman, maka kami hidupkan dia dengan kehidupan yang baik,” (Surat An-Nahl ayat 97).

Ketiga, keterbukaan rahasia atas penguasaan alam semesta.

وَظُهُورُ سِرِّ الْخِلَافَةِ بِتَسْخِيرِ الْكَائِنَاتِ وَانْفِعَالِهَا ظَاهِرًا وَبَاطِنً

“Penampakan rahasia kuasa atas penundukan dan pengaruh terhadap alam semesta lahir dan batin.”

Syekh Zarruq mengutip Surat An-Nur ayat 55.

BACA JUGA:   Khutbah Jumat (3 Januari 2025): Mujahadah & Resolusi Awal Tahun 2025

 وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا

“Allah menjanjikan orang-orang beriman di antara kalian dan mereka yang beramal saleh sebuah kekuasaan di bumi sebagaimana Ia menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan Ia teguhkan agama mereka yang Ia ridhai’, serta Ia mengganti ketakutan mereka dengan rasa aman…,” (Surat An-Nur ayat 55).

Dengan kata lain, seseorang memegang kunci untuk mendapat sesuatu yang diinginkannya di dunia. Tetapi selain dari itu semua, kenikmatan dalam menjalankan ibadah itu sendiri sudah merupakan buah dari amal.

وَفِي الْحَدِيثِ الصَّحِيحِ قَوْلُ ذَلِكَ الصَّحَابِيِّ: فَمِنَّا مَنْ أَيْنَعَتْ لَهُ ثَمَرَتُهُ فَهُوَ يُهْدِيَهَا، وَمِنَّا مَنْ مَاتَ لَمْ يَسْتَوْفِ مِنْ أَجْرِهِ شَيْئًا مِنْهُمْ مُصْعَبُ بْنُ عُمَيْرٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ أَجْمَعِينَ. وَمِنْ طَيِّبِ الْحَيَاةِ حَلَاوَةُ الطَّاعَةِ، فَمِنْ ثَمَّ يَصِحُّ كُونُهَا ثَمَرَةً لَا مِنْ حَيْثُ ذَاتُهَا فَتَدَبَّرْ ذَلِكَ، وَبِاللَّهِ التَّوْفِيقُ.

“Dalam hadits shahih seorang sahabat Rasul berkata, ‘Sebagian kami ada yang memiliki ‘buah’ matang, lalu Allah menghadiahkan untuknya. Tetapi sebagian kami ada yang wafat dan belum sempat mencicipi buah dari amalnya, salah satu dari mereka adalah  Mush‘ab bin Umair RA.’ Salah satu bentuk ketenangan hidup adalah merasakan kelezatan aktivitas ibadah. Dari sini kemudian dapat dipahami bahwa kelezatan aktivitas ibadah itu sendiri bisa disebut sebagai bentuk dari buah amal, bukan sekadar aktivitasnya itu sendiri,” (Lihat Syekh Ahmad Zarruq, Syarhul Hikam, As-Syirkatul Qaumiyyah, 2010 M/1431 H, halaman 80-81).

 

بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي القُرآن العَظِيمِ, وَنَفَعَنَا وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيهِ مِنَ الآيَاتِ والذِّكْرِ الحَكِيمِ فَاسْتَغْفِرُوهُ إنَّهُ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ

 

 

KHUTBAH KEDUA

اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا

إنَّ اللهَ وملائكتَهُ يصلُّونَ على النبِيِّ يَا أيُّهَا الذينَ ءامَنوا صَلُّوا عليهِ وسَلّموا تَسْليمًا
اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ

اللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمُسْلِمَاتِ وَالمُؤْمِنِيْنَ وَالمُؤْمِنَاتِ الاَحْيِاءِ مِنْهُمْ وَالاَمْوَاتِ اِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ فيَا قَاضِيَ الحَاجَاتِ

اَللهُمَّ اِنَّا نَسْئَلُكَ سَلاَمَةً فِى الدِّيْنِ وَعَافِيَةً فِى الْجَسَدِ وَزِيَادَةً فِى الْعِلْمِ وَبَرَكَةً فِى الرِّزْقِ وَتَوْبَةً قَبْلَ الْمَوْتِ وَرَحْمَةً عِنْدَ الْمَوْتِ وَمَغْفِرَةً بَعْدَ الْمَوْتِ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِن لَّدُنكَ رَحْمَةً ۚ إِنَّكَ أَنتَ ٱلْوَهَّابُ

رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا

اللَّهُمَّ أَعِزَّالْإِسْلَامَا وَالْمُسلِمِين

وَجْمَعْ كَلِمَةَ الْمُسْلِمِينَ عَلَى الْحَقِّ يَا رَبَّ الْعَلَمِينَ

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ  وَسَلَامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

وَالسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *