Aqidah dan Amaliyah Muhammadiyah

Resmi Fatwa Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah

FATWATARJIH.OR.ID

Tanya Jawab


[1] Bagaimana warga Muhammadiyah memahami sifat tangan bagi Allah, juga sifat-sifat Allah yang lain?

Warga Muhammadiyah mengatakan: Allah memiliki tangan, tetapi tidak sama dengan tangan makhluk.

Ini sebagaimana fatwa Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah:

“Jika dikatakan bahwa Allah mempunyai tangan, maka tangan Allah berbeda dengan tangan manusia atau makhluk lainnya. Jika Dia mempunyai wajah, maka wajah Allah berbeda dengan wajah manusia atau makhluk lainnya, dan seterusnya.”

Link Referensi

[2] Bagaimana warga Muhammadiyah memahami konsep Allah di atas ‘Arsy?

Warga Muhammadiyah mengatakan: Allah bersemayam di atas ‘Arsy, tetapi jangan tanya bagaimana bersemayam-Nya itu, dan Allah dekat dengan hamba-Nya dengan ilmu-Nya.

Sebagaimana fatwa Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah:

“Dalam ayat-ayat tersebut dijelaskan bahwa Allah beristiwa’ atau bersemayam di atas ‘Arsy, dan kita wajib beriman kepada-Nya tanpa perlu bertanya-tanya bagaimana dan dimana. Adapun yang dimaksud dengan qarib (dekat) ialah: bahwa Allah mengetahui segala sesuatu, mendengar perkataan manusia, dan melihat segala macam perbuatannya. Tidak ada hijab antara Allah dan manusia, tiada perantara atau wali yang menyampaikan doa mereka kepada Allah, tiada yang membantu-Nya dalam mengabulkan permohonan manusia kepada-Nya. Allah akan mengabulkan doa manusia tanpa perantara siapapun, karena Allah-lah yang menciptakan mereka, Dia Maha Mengetahui segala apa yang ada dalam hati setiap orang. Demikianlah yang dimaksud dengan “aqrabu ilaihi min hablil warid” (lebih dekat kepadanya daripada urat leher) yang disebutkan dalam surat Qaf (50): 16.”

Maka jelaslah bahwa ayat-ayat tersebut tidak bertentangan antara ayat yang menyatakan bahwa Allah bersemayam di atas ‘Arsy dengan ayat yang menyatakan bahwa Allah SWT sangat dekat dengan kita.

BACA JUGA:   Penjelasan Hadits – “Soomu li-Ru’yatihi.............”

Link Referensi

[3] Bagaimana warga Muhammadiyah memahami ayat-ayat tentang nama-nama dan sifat-sifat Allah?

Warga Muhammadiyah berkata: mengimani dengan menetapkan tanpa ta’thil, tanpa tahrif, tanpa tamtsil, tanpa takyif.

Sebagaimana penjelasan Ketua Majelis Tabligh PP Muhammadiyah, Ustadz Fathurrahman Kamal, Lc. MA:

“Mari kita cermati rumusan kaum Salaf tentang tauhid Asma’ & Shifat berikut ini: ‘Pengakuan dan kesaksian yang tegas tentang Nama-nama Yang Baik dan Sifat-sifat Yang Agung bagi Allah SWT sesuai dengan apa yang diterangkan-Nya dalam Al-Qur’an dan dijelaskan oleh Rasulullah SAW dalam Sunnah, tanpa disertai tamtsil (perumpamaan), tasybih (penyerupaan), ta’thil (penafian), tahrif (penyimpangan), dan takyif (penentuan bentuk atau hakikatnya).’”

Rumusan tersebut berdasarkan firman Allah SWT:

{لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ}

“Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dialah yang Maha Mendengar dan Melihat.” (QS. Asy-Syura: 11)

Batasan makna di atas mengajarkan kita bahwa permasalahan Asma’ & Shifat bersifat informatif murni (khabar), yang berkisar pada dua hal; negasi (nafyu) dan afirmasi (itsbat) dari sisi Allah SWT, serta dapat disikapi oleh penerima pesan (mukhathab) dengan dua sikap pula; membenarkan (tashdiq) atau mendustakan (takdzib). Ini merupakan informasi murni tentang perkara-perkara yang wajib dimiliki oleh Allah SWT dari tauhid dan kesempurnaan sifat, serta segala sesuatu yang mustahil bagi-Nya; syirik, sifat kekurangan, dan penyerupaan-Nya dengan sesuatu yang tercipta (makhluq).

Link Referensi

[4] Bagaimana warga Muhammadiyah memahami bid’ah? Apakah mobil itu bid’ah? Adakah bid’ah hasanah?

Warga Muhammadiyah menjawab: bid’ah hanya meliputi persoalan aqidah dan ibadah mahdhah, dan semua bid’ah sesat.

Sebagaimana fatwa Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah:

“Memahami istilah di atas bahwa bid’ah dibatasi dalam hal agama (akidah dan ibadah), maka dalam pemahaman Muhammadiyah tidak ada bid’ah hasanah, yang ada adalah bahwa setiap bid’ah itu adalah sesat.”

BACA JUGA:   Haedar Nashir Buka Musyawarah Nasional Tarjih ke-32 di Pekalongan

Link Referensi

[5] Bagaimana warga Muhammadiyah dalam berzikir?

Warga Muhammadiyah akan berzikir sendiri-sendiri dengan suara lirih.

Sebagaimana fatwa Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah:

“Menurut Tim Fatwa Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah, cara terbaik adalah kembali kepada praktik yang dilakukan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan ulama Salaf, yaitu secara pelan-pelan dan dilakukan sendiri-sendiri. Hal ini karena doa adalah ibadah, maka jangan dimasukkan rekayasa pikiran dan model-model yang tidak ada tuntunan kaifiyatnya.”

Link Referensi

[6] Apakah warga Muhammadiyah menggunakan hadits ahad sebagai sumber menetapkan aqidah?

Jawab: iya, seperti aqidah tentang azab kubur diyakini oleh warga Muhammadiyah.

Sebagaimana pernyataan Ustadz Cecep Taufiqurrahman, Wakil Sekretaris Lembaga Pengembangan Pesantren Pimpinan Pusat Muhammadiyah terkait buku manhaj tarjih karya Asmuji Abdurrahman. Menurutnya, pandangan pribadi Asmuji Abdurrahman tidaklah menjadi putusan resmi di Majelis Tarjih dan Tajdid. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat penegasan resmi dari Majelis Tarjih yang menyatakan bahwa hanya hadis mutawatir yang digunakan dalam putusan hukum termasuk persoalan akidah.

Faktanya, Himpunan Putusan Tarjih dan Putusan Hukum Majelis Tarjih dan Tajdid Muhammadiyah mencakup penggunaan hadis ahad (baik sahih maupun hasan) sebagai dalil dalam putusan-putusan mereka. Bukti konkret dapat ditemukan dalam Himpunan Putusan Tarjih, khususnya dalam Kitab Iman.

Link Referensi

[7] Apakah warga Muhammadiyah boleh membaca al-Barzanji?

Warga Muhammadiyah tidak boleh membaca al-Barzanji karena ada lafadz-lafadz yang menyimpang dan meracuni keimanan.

Sebagaimana fatwa Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah:

“Menjawab pertanyaan Saudara yang terakhir tentang membaca Kitab Barzanji, sebaiknya menurut kami tidak usah Saudara membacanya, karena di dalamnya (kalau Saudara mengerti bahasa Arab), ada lafadz-lafadz yang menyimpang dan meracuni keimanan.”

BACA JUGA:   Maklumat PP Muhammadiyah1446 H

Link Referensi


Tentang konsep umum dalam memahami nama-nama dan sifat-sifat Allah, kami cantumkan penjelasan Ketua Majelis Tabligh, bukan dari keputusan atau fatwa Majelis Tarjih dan Tajdid. Sementara itu, terkait hadits ahad, realita dalam HPT dan produk Majelis Tarjih selalu menggunakan hadits ahad dalam aqidah sebagaimana dijelaskan oleh Wakil Sekretaris Lembaga Pengembangan Pesantren Pimpinan Pusat Muhammadiyah.

Tulisan ini kami tulis sebagai pertanggungjawaban ilmiah sebagai dai, agar tidak ada yang berbicara tentang Persyarikatan Muhammadiyah dalam hal aqidah tanpa merujuk kepada sumber utama, yaitu keterangan Majelis Tarjih dan Tajdid.

Siapa saja dari tokoh pengurus Muhammadiyah, apalagi warga Muhammadiyah yang berbeda dengan fatwa Majelis Tarjih dan Tajdid maka tidak mewakili Muhammadiyah.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *