Abu Janda dan Sikap Membela Israel: Narasi Kontra Berdasarkan Ajaran Islam
Abu Janda, figur kontroversial asal Indonesia, kembali menjadi sorotan. Kali ini, ia dikenal sebagai pendukung terang-terangan Israel, sikap yang tak hanya memantik polemik di kalangan masyarakat tetapi juga bertentangan dengan prinsip dasar Islam. Di tengah fakta bahwa Israel kerap melakukan tindakan keji seperti penjajahan, pengusiran paksa, hingga pembunuhan terhadap rakyat Palestina, pembelaan semacam ini ibarat menari di atas luka umat Islam.
Islam dengan tegas mengajarkan prinsip “أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ”, yakni bersikap tegas terhadap kekafiran yang memusuhi Islam namun penuh kasih sayang terhadap sesama Muslim. Firman Allah dalam QS. Al-Fath [48]: 29 jelas menggambarkan bagaimana Rasulullah ﷺ dan para sahabatnya menjaga solidaritas umat, sekaligus berani melawan kekuatan zalim yang menindas kaum Muslimin.
Namun, Abu Janda memilih jalur berbeda. Sebagai seorang Muslim, ia justru berdiri di barisan yang membela kekuatan yang secara terang-terangan menzalimi umat Islam di Palestina. Sikap ini tidak hanya menyimpang dari ajaran Islam, tetapi juga mencederai rasa solidaritas terhadap saudara seiman yang menderita di bawah penjajahan.
Bagi umat Islam, pembelaan terhadap Israel yang kerap melakukan tindakan genosida terhadap rakyat Palestina adalah bentuk pengkhianatan terhadap semangat ukhuwah Islamiyah. Sikap ini tak hanya mengabaikan penderitaan saudara seiman, tetapi juga melanggar prinsip keadilan yang menjadi inti ajaran Islam.
Sikap Abu Janda yang membela Israel adalah pengkhianatan terhadap semangat Islam yang menjunjung tinggi keadilan dan kasih sayang kepada sesama Muslim. Sebagai seorang Muslim, tanggung jawab kita adalah melawan kezaliman, bukan menjadi pendukungnya. Mari tegakkan prinsip أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ demi menjaga kemuliaan agama dan martabat umat Islam.
https://x.com/i/status/1878485285652062211
Islam Tidak Membenarkan Pembelaan terhadap Kezaliman
Rasulullah ﷺ bersabda:
“انْصُرْ أَخَاكَ ظَالِمًا أَوْ مَظْلُومًا”
قَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، هَذَا نَنْصُرُهُ مَظْلُومًا، فَكَيْفَ نَنْصُرُهُ ظَالِمًا؟ قَالَ: تَأْخُذُ فَوْقَ يَدَيْهِ”
(رواه البخاري)
“Tolonglah saudaramu, baik ia yang berbuat zalim maupun yang dizalimi.” Mereka bertanya, “Bagaimana cara menolong orang yang zalim?” Rasulullah menjawab, “Cegah dia dari melakukan kezaliman.”
Hadis ini menegaskan bahwa membela pihak yang zalim, baik secara langsung maupun tidak langsung, adalah bentuk penyimpangan. Justru, kewajiban Muslim adalah mencegah siapa pun—termasuk sesama Muslim—dari mendukung kezaliman.
Cara Muslim Bergaul sesama Muslim dan Kepada Non Muslim
Ayat yang Anda rujuk terdapat dalam Surat Al-Fath (48:29):
مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ ۚ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ ۖ
Artinya: “Muhammad adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia bersikap keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka.”
Ayat ini menggambarkan sifat Rasulullah ﷺ dan para sahabatnya yang tegas terhadap orang-orang kafir yang memusuhi Islam, namun penuh kasih sayang di antara sesama Muslim.
Sikap tegas terhadap orang kafir di sini merujuk pada keteguhan dalam mempertahankan prinsip aqidah dan tidak berkompromi dalam hal keimanan.
Namun, ini tidak berarti berbuat zalim atau tidak adil kepada mereka.
Sebaliknya, Islam mengajarkan untuk berbuat baik dan adil kepada non-Muslim yang tidak memerangi umat Islam.
Allah berfirman dalam Surat Al-Mumtahanah (60:8-9):
لَا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَلَمْ يُخْرِجُوكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ أَنْ تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ
Artinya: “Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu karena agama dan tidak mengusirmu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.”
Oleh karena itu, seorang Muslim dianjurkan untuk menunjukkan kasih sayang, kelembutan, dan solidaritas kepada sesama Muslim, serta bersikap adil dan baik kepada non-Muslim yang tidak memusuhi Islam.
Sikap tegas ditujukan kepada mereka yang memusuhi atau mengancam eksistensi Islam dan umatnya.
Cara Bersikap kepada Sesama Muslim dan Tegas terhadap Orang Kafir
Para ulama memberikan nasihat agar umat Islam memahami bagaimana bersikap terhadap sesama muslim dan kepada orang-orang kafir. Hal ini penting agar seorang muslim tidak salah dalam bersikap sesuai ajaran Al-Qur’an dan Sunnah yang telah ditetapkan oleh Allah dan Rasul-Nya.
Dalam sebuah ayat Allah berfirman :
مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ تَرَاهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُونَ فَضْلا مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانًا سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِمْ مِنْ أَثَرِ السُّجُودِ
Allah berfirman dalam Surat Al-Fath (48:29):
“Muhammad itu adalah utusan Allah, dan orang-orang yang bersamanya bersikap tegas terhadap orang-orang kafir, tetapi penuh kasih sayang di antara mereka. Kamu akan melihat mereka rukuk dan sujud, mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya. Tanda-tanda mereka tampak pada wajah mereka dari bekas sujud.”
Ayat ini menjelaskan bagaimana Rasulullah dan para sahabatnya bersikap tegas terhadap orang kafir dan menunjukkan kasih sayang kepada sesama muslim. Menurut tafsir Ibnu Katsir, umat Islam dianjurkan untuk bersikap lembut kepada saudara seiman, seperti seorang ayah terhadap anaknya, tetapi tegas terhadap orang-orang kafir seperti seekor hewan buas terhadap mangsanya. Seorang muslim harus rendah hati kepada sesama muslim, menunjukkan kasih sayang, dan senantiasa tersenyum kepada saudara seiman. Sebaliknya, sikap tegas perlu ditunjukkan kepada orang-orang kafir, khususnya dalam konflik atau perselisihan.
Kasih Sayang kepada Sesama Muslim
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم:
“المسلمُ أخو المسلمِ، لا يظلِمُهُ ولا يُسْلِمُهُ، ومن كانَ في حاجةِ أخيهِ كانَ اللهُ في حاجتِهِ، ومن فرَّجَ عن مسلمٍ كُربةً فرَّجَ اللهُ عنهُ كُربةً من كُرَبِ يومِ القيامةِ، ومن سترَ مسلمًا سترَهُ اللهُ يومَ القيامةِ.”
(رواه البخاري ومسلم)
Rasulullah bersabda:
“Seorang muslim adalah saudara bagi muslim lainnya. Ia tidak boleh menganiaya atau membiarkannya (dalam kesulitan). Barang siapa membantu saudaranya memenuhi kebutuhannya, Allah akan membantu memenuhi kebutuhannya. Barang siapa meringankan beban saudaranya, Allah akan meringankan salah satu beban hidupnya di hari kiamat.” (Muttafaq ‘alaih)
Dalam hadis lain, beliau bersabda:
وفي حديثٍ آخرَ قال رسول الله صلى الله عليه وسلم:
“المؤمنُ للمؤمنِ كالبُنيانِ يَشُدُّ بعضُهُ بعضًا”
(رواه مسلم)
“Seorang mukmin terhadap mukmin lainnya seperti satu bangunan yang bagian-bagiannya saling menguatkan.” (HR Muslim)
Hadis-hadis ini menunjukkan pentingnya solidaritas di antara sesama muslim. Penderitaan seorang muslim, seperti yang dialami saudara-saudara kita di Palestina dan Suriah, seharusnya menjadi kesedihan bersama umat Islam. Kesedihan tersebut perlu diwujudkan dalam bentuk bantuan sesuai kemampuan masing-masing.
Tegas terhadap Orang Kafir
Ketegasan terhadap orang kafir tidak ditujukan kepada individu mereka, tetapi pada tindakan kekafiran itu sendiri. Selama mereka tidak memerangi umat Islam, mereka harus diperlakukan dengan baik. Namun, jika mereka memerangi atau merugikan umat Islam, sikap tegas menjadi keharusan, seperti yang ditunjukkan Rasulullah kepada kaum Yahudi yang memusuhi kaum muslimin.
Allah SWT telah menegaskannya dalam Al-Qur’an surat At-Taubah ayat 73,
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ جَاهِدِ الْكُفَّارَ وَالْمُنَافِقِينَ وَاغْلُظْ عَلَيْهِمْ وَمَأْوَاهُمْ جَهَنَّمُ وَبِئْسَ الْمَصِيرُ
Allah berfirman dalam Surat At-Taubah (9:73):
“Wahai Nabi, berjihadlah melawan orang-orang kafir dan munafik, serta bersikap keraslah terhadap mereka. Tempat mereka adalah neraka Jahannam, dan itulah seburuk-buruk tempat kembali.”
Sikap tegas tidak berarti melakukan kezaliman. Ketegasan juga mencakup konsistensi dalam memegang prinsip agama dan tidak berkompromi terhadap kebijakan atau tindakan yang merusak Islam. Umat Islam wajib memperingatkan para pemimpin zalim yang menodai ajaran Islam.
Allah SWT berfirman,
إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ إِنَّمَا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ قَاتَلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَأَخْرَجُوكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ وَظَاهَرُوا عَلَى إِخْرَاجِكُمْ أَنْ تَوَلَّوْهُمْ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ
Namun, ketegasan ini tidak berarti berbuat zalim atau menganiaya mereka. Ketegasan juga mencakup keteguhan untuk tidak berkompromi dalam masalah prinsip agama. Para pemimpin zalim atau kebijakan yang merusak Islam harus diluruskan.
Allah ﷻ juga berfirman:
إِنَّمَا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ قَاتَلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَأَخْرَجُوكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ وَظَاهَرُوا عَلَى إِخْرَاجِكُمْ أَنْ تَوَلَّوْهُمْ ۚ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ
(QS. Al-Mumtahanah [60]: 9)
“Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu berteman dengan orang-orang yang memerangimu karena agama, mengusirmu dari negerimu, dan membantu orang lain untuk mengusirmu. Dan barang siapa menjadikan mereka teman, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.”
Allah juga berfirman dalam Surat Al-Mumtahanah (60:8-9):
“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil. Allah hanya melarang kamu berteman dengan orang-orang yang memerangi kamu karena agama dan mengusir kamu dari negerimu.”
Nasihat bagi Muslim yang Keliru
Seorang Muslim yang membela pihak zalim atau bertindak berlawanan dengan kepentingan umat harus diingatkan dengan cara yang bijak. Allah ﷻ berfirman:
وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ
(QS. Al-‘Asr [103]: 3)
“Dan mereka saling menasihati dalam kebenaran dan saling menasihati dalam kesabaran.”
Menegur dan mengingatkan Muslim seperti Abu Janda merupakan bagian dari amar ma’ruf nahi munkar, kewajiban setiap Muslim untuk menjaga kehormatan agama dan melindungi umat dari kezaliman. Dalam hal ini, menasihatinya untuk tidak mendukung penjajahan dan tindakan zalim Israel adalah wujud kepedulian terhadap akidah dan ukhuwah Islamiyah.
Sikap membela Israel, yang jelas-jelas melakukan tindakan kezaliman terhadap rakyat Palestina, bertentangan dengan prinsip Islam tentang kasih sayang kepada sesama Muslim dan ketegasan terhadap kekafiran yang memusuhi umat. Tugas umat Islam adalah menentang kezaliman, mendukung saudara seiman yang tertindas, dan mencegah siapa pun, termasuk Muslim, dari terjerumus dalam sikap yang mendukung penjajahan dan ketidakadilan.
Penutup
Seorang muslim harus menunjukkan kasih sayang kepada sesama muslim dan bersikap tegas terhadap kekafiran yang memusuhi Islam. Sikap ini bukan sekadar ajaran, tetapi kewajiban untuk menjaga kemuliaan umat Islam di tengah tantangan zaman.