إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَ مِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِ اللَّهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِىَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ اللّهُمَّ صَلِّ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ
قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي كِتَابِهِ الكَرِيْمِ:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
وَ قَالَ تَعَالَى:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
Amma ba’du …
Ma’asyiral muslimin jama’ah shalat Jumat yang dirahmati oleh Allah Ta’ala,
Pada kesempatan yang sangat berharga ini, marilah kita meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah SWT. Caranya adalah dengan إِمتِثَالُ الأَوَامِرِ وَاجْتِنَابُ النَّوَاهِي (melaksanakan perintah-perintah Allah SWT dan menjauhi segala larangan-larangannya). Ketahuilah! tidak ada bekal yang paling bagus kita bawa dihadapan Allah SWT, kecuali takwa kita kepada Allah SWT.
Jama’ah rahimahumullah,
Shalawat dan salam semoga tercurah kepada junjungan kita, Nabi besar, Nabi agung, Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai panutan dan suri tauladan kita, begitu pula pada keluarga dan sahabatnya serta yang mengikuti beliau dengan baik hingga akhir zaman.
Hadirin sekalian yang dirahmati Allah,
Pada hari ini, marilah kita bersama-sama merenungkan tema penting tentang manfaat sains dalam pengamalan syariat Islam . Sains, sebagai ilmu pengetahuan yang mengkaji fenomena alam, memiliki peran besar dalam membantu umat Islam memahami dan melaksanakan ajaran agama secara lebih baik. Dalam perspektif Islam, sains bukanlah sesuatu yang bertentangan dengan agama, melainkan saling melengkapi untuk mencapai tujuan utama syariat, yaitu kemaslahatan manusia
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:
وَسَخَّرَ لَكُمُ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ دَائِبَيْنِ ۖ وَسَخَّرَ لَكُمُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ
“Dan Dia menundukkan untukmu matahari dan bulan yang terus bergerak, serta malam dan siang.” (QS. Ibrahim [14]: 33)
Ayat ini menunjukkan bahwa Allah telah menciptakan alam semesta dengan hukum-hukum yang dapat dipelajari oleh manusia. Melalui sains, kita dapat memahami tanda-tanda kebesaran Allah dan memanfaatkannya untuk kemaslahatan hidup. Misalnya, teknologi modern seperti GPS, energi terbarukan, dan sistem kesehatan adalah hasil dari penerapan sains yang selaras dengan prinsip-prinsip syariat Islam
Rasulullah SAW juga bersabda:
مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا، سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ
“Barangsiapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim)
Hadits ini menunjukkan betapa pentingnya ilmu pengetahuan, termasuk sains, dalam kehidupan seorang Muslim. Namun, ilmu tersebut harus digunakan sesuai dengan nilai-nilai Islam. Sebagai contoh, teknologi komunikasi dapat digunakan untuk menyebarkan dakwah Islam, tetapi juga harus dihindari dari penyalahgunaan seperti penyebaran hoax atau konten negatif
Oleh karena itu, sains dan teknologi harus menjadi alat untuk mendekatkan diri kepada Allah, bukan menjauhkan kita dari-Nya. Seyyed Hossein Nasr, seorang cendekiawan Muslim, menyatakan bahwa kejayaan umat Islam di masa lalu terjadi karena mereka berhasil menyatukan antara sains dan agama dalam kehidupan sehari-hari.
Mari kita renungkan, apakah sains yang kita pelajari saat ini sudah kita manfaatkan untuk mendukung pelaksanaan syariat Islam? Ataukah justru membuat kita lupa akan tujuan utama hidup, yaitu beribadah kepada Allah?
Peran Sains dalam Pelaksanaan Syariat Islam: Ilmu Falak
Ilmu falak, sebagai cabang ilmu astronomi, memiliki peran penting dalam membantu pelaksanaan syariat Islam. Berikut adalah penjelasan rinci mengenai peran ilmu falak dalam tiga aspek utama: penentuan awal bulan Qamariyah , penentuan waktu shalat yang tepat , dan penentuan arah kiblat , disertai dengan dalil Al-Qur’an dan Hadits serta teks Arab berharakat.
- Penentuan Awal Bulan Qamariyah
Ilmu falak digunakan untuk menentukan awal bulan Qamariyah, terutama pada bulan-bulan penting seperti Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah. Penentuan ini sangat penting karena berkaitan dengan ibadah puasa, Idul Fitri, Idul Adha, dan pelaksanaan haji
Metode yang digunakan meliputi rukyatul hilal (melihat bulan sabit) dan hisab falaki (perhitungan astronomis).
Hisab falaki memungkinkan umat Islam untuk memprediksi posisi bulan secara akurat berdasarkan pergerakan benda langit. Meskipun NU lebih mengutamakan metode rukyat, hisab tetap menjadi pendukung penting dalam penentuan awal bulan
Dalil Al-Qur’an
يَسْأَلُونَكَ عَنِ الْأَهِلَّةِ ۖ قُلْ هِيَ مَوَاقِيتُ لِلنَّاسِ وَالْحَجِّ
“Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit. Katakanlah, ‘Bulan sabit itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadah) haji.'” (QS. Al-Baqarah [2]: 189)
Ayat ini menunjukkan bahwa bulan sabit memiliki fungsi penting dalam menandai waktu-waktu penting dalam Islam, termasuk ibadah haji dan puasa
Dalil Hadits
صُومُوا لِرُؤْيَتِهِ وَأَفْطِرُوا لِرُؤْيَتِهِ، فَإِنْ غُمَّ عَلَيْكُمْ فَأَكْمِلُوا الْعِدَّةَ ثَلَاثِينَ
“Berpuasalah kalian karena melihatnya (bulan sabit) dan berbukalah karena melihatnya. Jika tertutup awan, maka genapkanlah hitungan bulan menjadi 30 hari.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadits ini menegaskan pentingnya penentuan awal bulan berdasarkan pengamatan bulan sabit atau perhitungan jika kondisi cuaca tidak memungkinkan
- Penentuan Waktu Shalat yang Tepat
Ilmu falak juga digunakan untuk menentukan waktu shalat lima waktu secara tepat sesuai dengan posisi matahari di setiap wilayah. Setiap waktu shalat ditentukan berdasarkan sudut ketinggian matahari, seperti Subuh (-18°), Dzuhur (ketika matahari mencapai zenith), dan Maghrib (saat matahari terbenam)
Di Indonesia, misalnya, penetapan waktu imsak dan shalat didasarkan pada perhitungan ilmu falak yang disesuaikan dengan lokasi geografis masing-masing daerah
Hal ini memastikan bahwa umat Islam dapat melaksanakan ibadah shalat pada waktu yang benar sesuai syariat.
Dalil Al-Qur’an
إِنَّ الصَّلَاةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ كِتَابًا مَوْقُوتًا
“Sesungguhnya shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.” (QS. An-Nisa [4]: 103)
Ayat ini menekankan pentingnya menjaga waktu shalat sesuai dengan ketentuan Allah
Dalil Hadits
مَنْ أَدْرَكَ رَكْعَةً مِنَ الصَّلَاةِ قَبْلَ طُلُوعِ الشَّمْسِ فَقَدْ أَدْرَكَ صَلَاةَ الْفَجْرِ
“Barangsiapa mendapati satu rakaat shalat sebelum matahari terbit, maka dia telah mendapati shalat Subuh.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadits ini menunjukkan pentingnya mengetahui waktu shalat dengan tepat agar tidak melewatkan ibadah
- Penentuan Arah Kiblat
Arah kiblat adalah salah satu aspek penting dalam pelaksanaan ibadah shalat. Ilmu falak digunakan untuk menentukan arah Ka’bah di Makkah dari berbagai lokasi di dunia. Perhitungan ini didasarkan pada koordinat geografis suatu tempat relatif terhadap Ka’bah
Misalnya, di Indonesia, teknologi GPS dan aplikasi berbasis AI telah dikembangkan untuk membantu umat Islam menemukan arah kiblat dengan akurat
Hal ini memastikan bahwa shalat dilakukan dengan menghadap ke arah yang benar sesuai syariat.
Dalil Al-Qur’an
فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ ۚ وَحَيْثُ مَا كُنْتُمْ فَوَلُّوا وُجُوهَكُمْ شَطْرَهُ
“Maka palingkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram. Dan di mana saja kamu berada, palingkanlah wajahmu ke arahnya.” (QS. Al-Baqarah [2]: 144)
Ayat ini menegaskan kewajiban menghadap ke arah Ka’bah saat shalat
Dalil Hadits
مَا بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ قِبْلَةٌ
“Antara timur dan barat adalah arah kiblat.” (HR. Tirmidzi)
Hadits ini memberikan panduan praktis bagi umat Islam yang tinggal di wilayah tertentu untuk menentukan arah kiblat
Ilmu falak memiliki peran vital dalam pelaksanaan syariat Islam, terutama dalam penentuan awal bulan Qamariyah, waktu shalat, dan arah kiblat. Dengan dukungan sains modern seperti teknologi GPS dan AI, umat Islam dapat melaksanakan ibadah dengan lebih akurat dan sesuai syariat. Semoga kita semua dapat memanfaatkan ilmu falak dan teknologi ini untuk meningkatkan kualitas ibadah kita kepada Allah SWT. Aamiin.
Untuk memahami lebih dalam mari kita lihat hubungan sains dan syariat Islam, kita telaah beberapa poin penting berikut ini:
- Sains sebagai Sarana Memahami Ayat-Ayat Kauniyah
Al-Qur’an tidak hanya berisi ayat-ayat qauliyah (teks tertulis), tetapi juga ayat-ayat kauniyah (fenomena alam). Allah SWT berfirman:
إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآيَاتٍ لِأُولِي الْأَلْبَابِ
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal.” (QS. Ali Imran [3]: 190)
Ayat ini menegaskan bahwa alam semesta adalah kitab Allah yang nyata, yang dapat dipelajari melalui ilmu pengetahuan. Sains adalah salah satu cara untuk memahami ayat-ayat kauniyah ini. Misalnya, penemuan tentang rotasi bumi dan gravitasi membantu kita memahami bagaimana Allah mengatur alam semesta dengan sempurna
- Peran Hadis dalam Menggali Isyarat Sains
Banyak hadis Nabi Muhammad SAW yang mengandung isyarat-isyarat ilmiah. Salah satu contohnya adalah hadis tentang perkembangan janin dalam rahim. Rasulullah SAW bersabda:
إِنَّ أَحَدَكُمْ يُجْمَعُ خَلْقُهُ فِي بَطْنِ أُمِّهِ أَرْبَعِينَ يَوْمًا
“Sesungguhnya salah seorang dari kalian dikumpulkan penciptaannya di dalam perut ibunya selama empat puluh hari.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Penemuan modern dalam bidang embriologi membuktikan bahwa janin memang mengalami tahap-tahap perkembangan tertentu, termasuk fase awal selama 40 hari. Hal ini menunjukkan bahwa hadis Nabi tidak hanya relevan dengan aspek spiritual, tetapi juga dengan ilmu pengetahuan
- Etika Ilmiah dalam Perspektif Islam
Dalam Islam, ilmu pengetahuan harus dilandasi oleh etika yang kuat. Allah SWT berfirman:
وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ ۚ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَٰئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semua itu akan diminta pertanggungjawaban.” (QS. Al-Isra [17]: 36)
Ayat ini mengajarkan bahwa setiap ilmu yang diperoleh harus digunakan dengan tanggung jawab. Sains tidak boleh digunakan untuk hal-hal yang merugikan, seperti senjata pemusnah massal atau manipulasi genetik yang bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan
- Integrasi Sains dan Syariat dalam Kehidupan Sehari-Hari
Salah satu contoh integrasi sains dan syariat adalah dalam bidang kesehatan. Dalam Islam, menjaga kesehatan adalah bagian dari ibadah. Rasulullah SAW bersabda:
مَنْ أَصْبَحَ مِنْكُمْ آمِنًا فِي سِرْبِهِ، مُعَافًى فِي جَسَدِهِ، عِنْدَهُ قُوتُ يَوْمِهِ، فَكَأَنَّمَا حِيزَتْ لَهُ الدُّنْيَا
“Barangsiapa di antara kalian bangun pagi dalam keadaan aman di rumahnya, sehat tubuhnya, dan memiliki makanan untuk hari itu, maka seolah-olah dunia telah menjadi miliknya.” (HR. Tirmidzi)
Dengan kemajuan sains, kita dapat mengembangkan metode pengobatan yang lebih efektif, seperti vaksinasi, operasi modern, dan terapi gen. Semua ini dapat digunakan untuk mendukung kesehatan fisik dan mental, yang pada akhirnya mendukung pelaksanaan ibadah secara optimal
- Tantangan dalam Integrasi Sains dan Syariat
Meskipun sains memiliki banyak manfaat, ada tantangan yang harus dihadapi oleh umat Islam. Salah satunya adalah materialisme, yaitu pandangan bahwa ilmu pengetahuan adalah segala-galanya tanpa memperhatikan nilai-nilai spiritual. Allah SWT berfirman:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz-Dzariyat [51]: 56)
Ayat ini mengingatkan kita bahwa tujuan utama hidup adalah beribadah kepada Allah. Oleh karena itu, sains harus digunakan sebagai alat untuk mendekatkan diri kepada Allah, bukan sebagai pengganti keyakinan.
Bagaimana pandangan Islam tentang perkembangan ilmu pengetahuan di era digital?
Pandangan Islam terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, termasuk di era digital, sangat mendukung dan tidak pernah bertentangan dengan kemajuan teknologi. Bahkan, Al-Qur’an sendiri mendorong umat Islam untuk mempelajari fenomena alam semesta sebagai salah satu cara untuk mengenal kebesaran Allah SWT
Dalam perspektif Islam, ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) harus dilihat sebagai sarana untuk meningkatkan kualitas hidup manusia serta mendekatkan diri kepada Allah, bukan sebagai tujuan akhir dalam hidup
Islam juga menekankan bahwa IPTEK harus digunakan sesuai dengan nilai-nilai syariat. Artinya, pengembangan teknologi harus berlandaskan prinsip halal-haram, dan setiap pemanfaatan teknologi harus mengutamakan kemaslahatan umat serta menjauhi hal-hal yang merugikan
Misalnya, teknologi digital seperti internet dan media sosial dapat dimanfaatkan untuk menyebarkan dakwah, pendidikan, dan informasi bermanfaat lainnya, tetapi harus dihindari dari penyalahgunaan seperti penyebaran hoax atau konten negatif.
Di sisi lain, Islam juga mengingatkan umatnya agar tidak menjadi “budak teknologi.” Umat Islam harus tetap memiliki kontrol atas penggunaan teknologi dan tidak boleh dikuasai oleh materialisme atau pandangan sekuler yang mengabaikan aspek spiritual
Oleh karena itu, penting bagi umat Islam untuk selalu mengedepankan etika dalam penggunaan teknologi modern, baik dalam bidang pendidikan, kesehatan, maupun ekonomi
Dengan demikian, perkembangan ilmu pengetahuan di era digital seharusnya menjadi peluang besar bagi umat Islam untuk unggul dalam berbagai bidang. Namun, kesuksesan ini harus selalu diiringi dengan kesadaran bahwa teknologi hanyalah alat, dan tujuan utama hidup adalah beribadah kepada Allah SWT.
Bagaimana Islam memandang penggunaan kecerdasan buatan (AI) dalam kehidupan sehari-hari?
Islam memandang penggunaan kecerdasan buatan (AI) dalam kehidupan sehari-hari sebagai sesuatu yang positif, selama digunakan dengan niat yang benar dan untuk tujuan yang membawa kemaslahatan bagi umat manusia
Dalam perspektif Islam, teknologi seperti AI dapat dipandang sebagai bentuk ibadah jika dikembangkan dan dimanfaatkan dengan prinsip-prinsip syariah, yaitu untuk mencapai kebaikan dunia dan akhirat
Namun, Islam juga menekankan pentingnya menjaga keseimbangan (mizan ) dalam penggunaan teknologi. Artinya, AI tidak boleh digunakan secara berlebihan atau melampaui batas hingga melanggar nilai-nilai moral dan spiritual
Misalnya, penggunaan AI dalam bidang hukum Islam telah dimanfaatkan untuk membangun sistem chatbots yang mampu memberikan fatwa atau pendapat hukum, tetapi tetap harus memperhatikan keakuratan dan kesesuaian dengan prinsip syariah
Selain itu, Islam mendukung perkembangan teknologi karena umat Islam diharapkan memiliki sifat-sifat ilmuwan, seperti kritis dan terbuka terhadap kebenaran dari mana pun asalnya
Namun, penggunaan AI juga harus mempertimbangkan etika, seperti menghindari penyalahgunaan data pribadi, manipulasi informasi, atau tindakan lain yang bertentangan dengan nilai-nilai Islam
Dengan demikian, Islam tidak menolak atau mendukung penuh segala bentuk kecerdasan buatan, tetapi lebih menekankan pada bagaimana teknologi ini digunakan secara bijak dan bertanggung jawab
Apa pandangan ulama terkemuka tentang pengembangan teknologi AI dalam konteks nilai-nilai Islam?
Pandangan ulama terkemuka tentang pengembangan teknologi AI dalam konteks nilai-nilai Islam secara umum menekankan pentingnya menjaga keseimbangan antara pemanfaatan teknologi dan pemenuhan prinsip syariah. Salah satu pandangan yang menonjol adalah bahwa teknologi AI dapat dikembangkan dan digunakan selama hal tersebut memberikan manfaat bagi umat manusia serta tidak bertentangan dengan nilai-nilai moral dan spiritual dalam Islam
Menurut beberapa ulama, penggunaan AI harus memperhatikan aspek etika dan hukum syariah. Misalnya, Muhammadiyah melalui salah satu pengurus Manhaj Tarjih menyatakan bahwa pendekatan terhadap teknologi seperti AI harus bersifat rasional dan kontekstual, sesuai dengan kebutuhan zaman tanpa mengabaikan prinsip dasar agama.
Begitu pula PBNU telah mengeluarkan keputusan dalam Munas terkait peran AI, secara ringkas HARAM digunakan untuk pengambilan fatwa, kecuali hanya sekedar alat bantu.
Hal ini sejalan dengan ajaran Islam yang mendorong umatnya untuk aktif dan produktif dalam berkontribusi kepada masyarakat, termasuk melalui inovasi teknologi
Selain itu, ulama juga menegaskan bahwa AI tidak boleh menggantikan peran manusia dalam hal-hal yang bersifat religius atau spiritual. Sebagai contoh, meskipun AI dapat digunakan untuk membantu memberikan informasi keagamaan, seperti fatwa atau tafsir Al-Qur’an, peran ulama tetap tidak tergantikan karena pengetahuan agama memerlukan kedalaman spiritual yang tidak dimiliki oleh mesin
Dalam konteks pengembangan AI, para ulama juga menyoroti pentingnya niat yang benar (niyyah ) dalam memanfaatkan teknologi ini. Jika AI dikembangkan dengan tujuan untuk meningkatkan kemaslahatan umat dan mendukung pelaksanaan ibadah, maka hal tersebut dapat dipandang sebagai bentuk ibadah
Namun, jika teknologi ini digunakan untuk tujuan yang merugikan, seperti manipulasi data atau pelanggaran privasi, maka hal tersebut jelas bertentangan dengan ajaran Islam
Secara keseluruhan, ulama terkemuka menekankan bahwa pengembangan AI harus dilakukan dengan hati-hati, mempertimbangkan dampak sosial, moral, dan spiritualnya, serta selalu mengacu pada nilai-nilai Islam yang universal.
Apa saja contoh konkret dari penerapan AI yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah dalam kehidupan sehari-hari?
Penerapan AI yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah dalam kehidupan sehari-hari dapat dilihat dalam berbagai bidang, seperti pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan dakwah. Berikut adalah beberapa contoh konkret:
- Pendidikan Islam
Salah satu contoh penerapan AI dalam pendidikan Islam adalah penggunaan aplikasi berbasis AI untuk membantu proses pembelajaran Al-Qur’an, seperti menghafal atau memahami tafsir. Namun, aplikasi ini tetap membutuhkan pengawasan seorang guru untuk memastikan bahwa nilai-nilai spiritual tidak terabaikan
- Kesehatan
Dalam bidang kesehatan, AI dapat digunakan untuk mendukung diagnosis penyakit secara lebih cepat dan akurat, sehingga membantu menyelamatkan nyawa pasien. Selama teknologi ini digunakan untuk tujuan yang halal dan bermanfaat, maka pemanfaatannya sejalan dengan maqashid syariah - Ekonomi Syariah
Di sektor ekonomi syariah, AI telah dimanfaatkan untuk mempermudah operasional perbankan syariah, seperti penggunaan chatbot berbasis AI untuk memberikan layanan pelanggan atau menganalisis risiko investasi. Salah satu contoh terkini adalah penggunaan AI dalam pelaporan environmental, social, and governance (ESG) di fintech syariah
- Dakwah Islam
AI juga dapat digunakan sebagai strategi dakwah modern. Misalnya, aplikasi berbasis AI dapat merekomendasikan artikel, buku, atau teks keagamaan yang sesuai dengan minat pengguna. Hal ini membantu menyebarkan ajaran Islam secara lebih efektif kepada masyarakat luas
- Sistem Hukum dan Fatwa
Dalam sistem hukum Islam, AI dapat digunakan untuk membantu menganalisis kasus-kasus hukum atau memberikan rekomendasi fatwa. Namun, penggunaannya harus diawasi oleh otoritas independen, seperti ulama atau ahli agama, untuk memastikan bahwa hasil analisis tetap sesuai dengan prinsip syariah
- Teknologi Pendidikan Berbasis Nilai Islami
AI dapat digunakan untuk menyediakan konten pembelajaran yang memperhatikan nilai-nilai Islam. Sebagai contoh, sistem pembelajaran berbasis AI dapat dirancang untuk memastikan bahwa materi yang disajikan tidak bertentangan dengan ajaran Islam, seperti menghindari konten yang mengandung unsur kekerasan atau pornografi
Semua contoh ini menunjukkan bahwa AI dapat menjadi alat yang sangat bermanfaat jika digunakan dengan niat yang benar dan sesuai dengan prinsip-prinsip syariah
Bagaimana ulama memandang potensi bahaya dari pengembangan teknologi AI dan bagaimana cara mengatasinya secara islami?
Ulama memandang bahwa pengembangan teknologi AI memiliki potensi bahaya (mafsadah ) yang perlu diantisipasi secara bijak dalam kerangka etika Islam. Salah satu kekhawatiran utama adalah dampak negatif yang mungkin ditimbulkan oleh AI, seperti pelanggaran privasi, manipulasi data, atau bahkan penggunaan AI untuk tujuan yang bertentangan dengan nilai-nilai moral dan spiritual
Oleh karena itu, ulama menekankan perlunya langkah-langkah preventif untuk memastikan bahwa teknologi ini digunakan sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.
Untuk mengatasi potensi bahaya tersebut, ulama menyarankan beberapa pendekatan islami:
- Penerapan Prinsip Maqashid Syariah
Maqashid syariah, yaitu tujuan utama hukum Islam yang bertujuan melindungi agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta, harus menjadi landasan dalam pengembangan dan pemanfaatan AI. Dengan memastikan bahwa teknologi AI tidak merusak salah satu dari lima aspek ini, maka penggunaannya dapat dianggap sah dan bermanfaat
- Pengembangan Etika Teknologi Berbasis Islam
Ulama menekankan pentingnya mengembangkan etika teknologi yang berlandaskan nilai-nilai Islam. Misalnya, algoritma AI harus dirancang sedemikian rupa sehingga tidak mendiskriminasi individu atau kelompok tertentu, serta tidak digunakan untuk tujuan yang merugikan umat manusia
Selain itu, literasi digital bagi masyarakat juga perlu ditingkatkan agar mereka memahami cara menggunakan teknologi ini secara bertanggung jawab
- Keterlibatan Ulama dan Ahli Agama dalam Pengawasan
Karena AI bekerja berdasarkan data tanpa memiliki pemahaman spiritual atau hikmah, maka keterlibatan ulama atau ahli agama dalam pengawasan pengembangan teknologi ini sangat penting. Mereka dapat memberikan panduan agar penggunaan AI tetap selaras dengan ajaran Islam
- Penetapan Garis Panduan dan Batasan
Islam memiliki adab dan aturan yang jelas dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk penggunaan teknologi. Oleh karena itu, penggunaan AI harus tunduk pada batas-batas yang telah ditetapkan oleh syariat. Misalnya, AI tidak boleh digunakan untuk tujuan yang melanggar hak asasi manusia atau merusak lingkungan
- Fokus pada Niat yang Benar (Niyyah )
Dalam Islam, niat adalah hal yang sangat penting. Jika pengembangan dan penggunaan AI dilakukan dengan niat untuk meningkatkan kemaslahatan umat dan mendukung pelaksanaan ibadah, maka hal tersebut dapat dipandang sebagai bentuk ibadah. Namun, jika teknologi ini digunakan untuk tujuan yang merugikan, maka hal tersebut jelas bertentangan dengan ajaran Islam
Dengan pendekatan-pendekatan ini, ulama berharap bahwa teknologi AI dapat dikembangkan dan dimanfaatkan secara optimal tanpa mengabaikan nilai-nilai moral, spiritual, dan etika dalam Islam.
Hadirin sekalian,
Untuk memaksimalkan manfaat sains dalam pengamalan syariat Islam, ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan:
- Menjadikan Aqidah sebagai Landasan Utama: Semua ilmu yang kita pelajari harus didasarkan pada keyakinan bahwa Allah adalah Pencipta dan Pengatur alam semesta
- Memanfaatkan Teknologi Secara Bijak: Gunakan teknologi untuk mendukung dakwah, pendidikan, dan kesejahteraan umat, bukan untuk hal-hal yang merugikan.
- Mengembangkan Etika Ilmiah Berbasis Syariat: Setiap penemuan ilmiah harus mempertimbangkan aspek moral dan etika yang sesuai dengan ajaran Islam
Mari kita renungkan, apakah sains yang kita pelajari saat ini sudah kita manfaatkan untuk mendukung pelaksanaan syariat Islam? Ataukah justru membuat kita lupa akan tujuan utama hidup, yaitu beribadah kepada Allah?
أَقُولُ قَوْلِي هَٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ. فَاسْتَغْفِرُوهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
“Aku ucapkan perkataan ini, dan aku mohon ampun kepada Allah untukku dan untuk kalian serta seluruh kaum Muslimin dan Muslimat. Mohonlah ampunan kepada-Nya, sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Khutbah Kedua
الْحَمْدُ لِلَّهِ عَلَى إِحْسَانِهِ، وَالشُّكْرُ لَهُ عَلَى تَوْفِيقِهِ وَامْتِنَانِهِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَٰهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Akhir kata, mari kita tutup khutbah ini dengan doa:
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ
اللَّهُمَّ أَلِّفْ بَيْنَ قُلُوبِنَا، وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِنَا، وَاهْدِنَا سُبُلَ السَّلَامِ، وَنَجِّنَا مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ، وَجَنِّبْنَا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، وَبَارِكْ لَنَا فِي أَسْمَاعِنَا، وَأَبْصَارِنَا، وَقُلُوبِنَا، وَأَزْوَاجِنَا، وَذُرِّيَّاتِنَا، وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ،
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ و َمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.
وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.