Idul Fitri merupakan momentum sakral bagi umat Islam untuk merayakan kemenangan setelah menunaikan ibadah puasa Ramadan. Muhammadiyah, sebagai organisasi Islam terbesar di Indonesia, telah menetapkan 1 Syawal 1446 H pada Senin, 31 Maret 2025 [[2]] berdasarkan kajian hisab yang teliti. Pelaksanaan Sholat Idul Fitri mengacu pada dalil-dalil shahih yang dirangkum dala mMaklumat Muhammadiyah 2025 dan buku Fiqih Islam Wa Adillatuhu [[6]]. Berikut penjelasan lengkapnya secara praktis :
1. Sholat Id Sebaiknya Dilaksanakan di Lapangan
Sholat Idul Fitri dianjurkan di tanah lapang untuk memperluas syiar Islam dan memudahkan jamaah berpartisipasi. Dalilnya berasal dari Hadits:
كَانَ رَسُولُ اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَخْرُجُ يَوْمَ الْفِطْرِ وَالأَضْحَى إِلَى الْمُصَلَّى
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam biasa keluar pada hari Idul Fitri dan Idul Adha menuju tanah lapang. (HR. Bukhari) [[6]].
Pelaksanaan di lapangan juga mencerminkan kebersamaan dan keagungan ibadah, sebagaimana firman Allah:
QS. Al-Jumu’ah 62:9-10:
Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan sholat pada hari Jumat, maka bersegeralah mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.
Meski ayat ini tentang Jumat, prinsip “bersegera” dan “berkumpul” relevan dengan semangat Idul Fitri [[6]].
2. Tidak Ada Adzan dan Iqamah
Sholat Idul Fitri tidak diawali adzan atau iqamah. Hal ini sesuai dengan riwayat:
لَا أَذَانَ وَلَا إِقَامَةَ فِي صَلَاةِ الْعِيدَيْنِ
Tidak ada adzan dan iqamah dalam Sholat Idain (Idul Fitri dan Idul Adha). (HR. Abu Dawud) [[6]].
Ketiadaan adzan menunjukkan keistimewaan Idul Fitri sebagai ibadah yang mandiri, tidak terikat waktu seperti salat wajib. Jamaah cukup berkumpul dan mengikuti imam tanpa seruan formal [[6]].
3. Tidak Ada Sholat Sunnah Sebelum/Sesudah Sholat Id
Sholat sunnah khusus sebelum atau sesudah Sholat Id tidak disyariatkan. Dalilnya adalah Hadits:
لَا صَلَاةَ قَبْلَ الْعِيدِ وَلَا بَعْدَهُ
Tidak ada salat sebelum Id dan tidak pula sesudahnya. (HR. Ibnu Majah) [[6]].
Namun, Muhammadiyah memperbolehkan salat sunnah di rumah sebelum berangkat ke lapangan, selama tidak mengganggu pelaksanaan Sholat Id [[6]].
4. Memasang Sutrah (Pembatas) di Depan Imam
Sutrah wajib dipasang untuk menjaga kekhusyukan. Dalilnya:
إِذَا صَلَّى أَحَدُكُمْ فَلْيُصَلِّ إِلَى سُتْرَةٍ
Jika salah seorang dari kalian sholat, hendaklah ia menghadap sutrah. (HR. Bukhari) [[6]].
Sutrah juga mencegah gangguan dari orang yang lewat, sesuai QS. Al-Baqarah 2:238:
Peliharalah semua salat(mu) dan (peliharalah) salat wustha. Berdirilah untuk Allah (dalam salatmu) dengan khusyuk.
5. Tata Cara Sholat: 2 Rakaat dengan Takbir Tambahan
Sholat Id terdiri dari2 rakaat dengan struktur:
-Rakaat 1: 7 takbir (setelah takbiratul ihram)
-Rakaat 2: 5 takbir (sebelum Al-Fatihah)
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَبَّرَ فِي الْعِيدَيْنِ فِي الرَّكْعَةِ الْأُولَى سَبْعًا قَبْلَ الْقِرَاءَةِ
Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bertakbir 7 kali pada rakaat pertama Idain sebelum membaca Al-Fatihah. (HR. Muslim) [[1]].
Takbir ini mencerminkan keagungan Allah, sebagaimana QS. Al-Anfal 8:45:
Hai Nabi, apabila kamu keluar (berperang) bersama para mukmin, maka uji-lah ketetapan hati mereka dan katakan: ‘Semoga Allah merahmati kita dan membuatku dan kamu tetap teguh di jalan-Nya.’
6. Bacaan Surah yang Dianjurkan
Muhammadiyah menganjurkan membaca Surah Al-A’la (QS. 87) pada rakaat pertama dan Al-Ghasyiyah (QS. 88) pada rakaat kedua. Dalilnya:
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَقْرَأُ فِي الْعِيدَيْنِ بِسَبِّحِ اسْمَ رَبِّكَ الْأَعْلَى وَهَلْ أَتَاكَ حَدِيثُ الْغَاشِيَةِ
Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam biasa membaca Surah Al-A’la dan Al-Ghasyiyah dalam Sholat Idain. (HR. Muslim) [[1]].
Surah Al-A’la mengajarkan kebesaran Allah, sementara Al-Ghasyiyah mengingatkan umat pada hari akhir—dua tema yang relevan dengan makna Idul Fitri [[1]].
7. Khutbah Idul Fitri Setelah Sholat
Khutbah Id wajib dilaksanakan setelah salat, bukan sebelumnya. Dalilnya:
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَخْطُبُ يَوْمَ الْعِيدِ بَعْدَ الصَّلَاةِ
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menyampaikan khutbah Id setelah salat. (HR. Bukhari) [[6]].
Khutbah Id berisi pesan moral dan ajakan memperkuat ukhuwah, sejalan dengan QS. Ali ‘Imran 3:103:
Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai.
Pedoman Sholat Idul Fitri Muhammadiyah merujuk pada dalil shahih yang dikaji oleh Majelis Tarjih dan Tajdid [[1]]. Pelaksanaan di lapangan, jumlah takbir, dan khutbah setelah salat adalah sunnah yang ditekankan untuk menjaga kesahihan ibadah.
Secara lebih lengkap, tuntunan amaliah Idul fitri dijelaskan sebagai berikut:
Tuntunan Idul Fitri
- Memperbanyak takbir pada malam Hari Raya Idul Fitri, sejak matahari terbenam, hingga esok ketika shalat ‘Id dimulai. Dasarnya adalah firman Allah SWT:
وَلتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ. [QS. Al-Baqarah (2): 185]
Artinya: “Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.” [QS. al-Baqarah (2): 185].
- Sebelum berangkat ke tempat shalat, hendaklah memakai pakaian yang terbaik yang dimilikinya, memakai wangi-wangian, dan makan secukupnya. Pada waktu berangkat shalat hendaklah selalu membaca takbir. Adapun pada waktu pulang hendaklah mengambil jalan lain dari yang ditempuh ketika berangkat. Semua kaum muslimin dan muslimat dianjurkan mendatangi tempat shalat untuk mendengarkan khutbah. Para wanita yang sedang haid cukup mendengarkan khutbah, tidak mengerjakan shalat.
Dasar-dasarnya adalah:
Hadits Nabi Muhammad saw:
عن أنس رضي الله عنه قال: أمرنا رسول الله ﷺ في العيدين أن نلبس أحسن ما نجد، وأن نتطيب بأحسن ما نجد, وأن نضحي بأسمَنِ ما نجد
Artinya: “Dari Anas r.a. (diriwayatkan bahwa) Rasulullah saw menyuruh kami pada dua hari raya [Idul Fitri dan Idul Adha] agar memakai pakaian yang terbaik yang kami miliki, memakai wangi-wangian yang terbaik, dan menyembelih binatang yang paling gemuk.” [HR. al-Hakim].
Hadits Nabi Muhammad saw:
عن أبي هريرة رضي الله عنه قال: كان رسول الله ﷺ إذا خرج إلى المُصَلَّى يوم العيدين يرجعُ في غير الطريق الذي خرج فيه.
Artinya: “Dari Abu Hurairah r.a. (diriwayatkan bahwa) ia berkata: Rasulullah saw apabila keluar ke tempat shalat dua Hari Raya, pulangnya selalu mengambil jalan lain dari ketika beliau keluar.” [HR. Ahmad dan Muslim].
Hadits Nabi Muhammad saw:
عن عليٍّ رضي الله عنه قال: من السُّنَّة أن يخرج إلى العيد ماشيًا وأن يأكل شيئًا قبل أن يخرج
Artinya: “Dari ‘Ali r.a. (diriwayatkan bahwa) ia berkata: Termasuk sunnah Nabi, pergi ke tempat shalat ‘Id dengan berjalan kaki dan makan sedikit sebelum keluar.” [HR. at-Tirmidzi].
Hadits Nabi Muhammad saw:
عن أمِّ عطية رضي الله عنها قالت: أمرنا رسول الله ﷺ أن نُخْرِجَ في الفطر والأضحى العواتق وذوات الخدور والحيَّض، فأمّا الحُيَّض فيعتزلن المُصَلَّى ويشهدن الخير ودعوة المسلمين. قلتُ: يا رسول الله، إحدانا لا يكون لها جلباب؟ قال: لتلبسها أختها من جلبابها.
Artinya: “Dari Ummu ‘Athiyyah r.a. (diriwayatkan bahwa) ia berkata: Rasulullah saw memerintahkan kami supaya menyuruh mereka keluar pada hari Idul Fitri dan Idul Adha, yaitu semua gadis remaja, wanita yang sedang haid, dan wanita pingitan. Adapun wanita-wanita yang sedang haid supaya tidak memasuki lapangan tempat shalat, tetapi menyaksikan kebaikan hari raya itu dan (mendengarkan) panggilan kaum Muslimin. Aku bertanya: Wahai Rasulullah, bagaimana dengan salah seorang dari kami yang tidak mempunyai baju jilbab? Rasulullah menjawab: Hendaklah temannya meminjaminya baju kurungnya.” [HR. al-Jama‘ah].
- Lafadz Takbir – Lafadz takbir untuk Hari Raya adalah:
الله أكبر، الله أكبر, لا إله إلا الله والله أكبر، الله أكبر ولله الحمد
Dasarnya adalah hadits Nabi Muhammad saw: Dari Salman r.a. (diriwayatkan bahwa) ia berkata: “Bertakbirlah dengan: Allāhu akbar, Allāhu akbar kabīrā.” Adapun dari ‘Umar dan Ibnu Mas‘ud r.a. (diriwayatkan): “Allāhu akbar, Allāhu akbar, lā ilāha illallāhu wallāhu akbar, Allāhu akbar wa lillāhil-hamd.” [HR. ‘Abdur-Razzāq, dengan sanad sahih].
- Zakat Fitri – Zakat Fitri diwajibkan kepada setiap orang Muslim/Muslimah, tua maupun muda, bahkan anak kecil, yang pada menjelang Hari Raya memiliki kelebihan makanan pokok. Zakat Fitri berupa makanan pokok sebanyak 1 sha‘ (±2,5 kg). Zakat fitri ditunaikan pada akhir Ramadhan, dan selambat-lambatnya sebelum shalat ‘Id dilaksanakan. Apabila zakat tersebut ditunaikan sesudah shalat ‘Id, maka zakat tersebut berubah menjadi sedekah biasa. Sebaiknya Zakat Fitri dikumpulkan pada Panitia Zakat (Amil Zakat), agar dapat dibagikan secara merata dan teratur. Adapun tujuan Zakat Fitri ialah untuk membersihkan orang yang berpuasa dari dosa-dosanya, karena ketika berpuasa, baik sengaja maupun tidak sengaja, telah melakukan hal-hal yang dilarang oleh Syari‘ah, dan juga untuk menyantuni para fakir miskin.
Dalam hadits Nabi saw disebutkan sebagai berikut:
– عن ابن عباسٍ رضي الله عنه قال: فرض رسول الله ﷺ زكاة الفطر طُهْرَةً للصائم من اللغو والرفث وطُعمةً للمساكين. فمن أداها قبل الصلاة فهي زكاةٌ مقبولةٌ، ومن أداها
Setelah
الصلاة فهي صدقةٌ من الصدقات
Artinya: “Dari Ibnu ‘Abbas r.a. (diriwayatkan bahwa) ia berkata: Rasulullah saw telah mewajibkan zakat fitri untuk menyucikan diri orang yang berpuasa dari perkataan yang sia-sia dan kotor serta untuk memberi makan kepada orang-orang miskin. Barangsiapa yang menunaikannya sebelum shalat ‘Id, maka itu adalah zakat yang diterima, dan barangsiapa yang menunaikannya sesudah shalat ‘Id, maka itu hanyalah sekadar sedekah.” [HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah].
– عن عبد الله بن عمر رضي الله عنهما أن رسول الله ﷺ فرض زكاة الفطر من رمضان على كل نفسٍ من المسلمين, حرٍّ أو عبدٍ, ذكرٍ أو أنثى, صغيرٍ أو كبيرٍ، صاعًا من تمرٍ أو صاعًا من شعير.
Artinya: “Dari ‘Abdullah Ibnu ‘Umar r.a. (diriwayatkan bahwa) Rasulullah saw telah mewajibkan zakat fitri pada bulan Ramadhan atas setiap jiwa orang Muslim, baik merdeka ataupun budak, laki-laki ataupun wanita, kecil ataupun besar, sebanyak satu sha‘ kurma atau satu sha‘ gandum.” [HR. Muslim].
-
- Shalat dan Khutbah Idul Fitri
- Shalat Idul Fitri dilaksanakan secara berjamaah di tanah lapang. Jumlah rakaat shalat Idul Fitri adalah dua rakaat, dengan tujuh kali takbir setelah takbiratul ihram pada rakaat pertama, dan lima kali takbir pada rakaat kedua.
Dasar-dasarnya adalah:
– عن أبي سعيد الخدري رضي الله عنه أن رسول الله ﷺ خرج يوم الفطر والأضحى إلى المصلى، فكان أوّلُ ما يبدأ به الصلاة
Kemudian
ينصرف فيقوم مقابل الناس وهم جلوس في صفوفهم فيعظهم ويأمرهم، فإن كان يريد أن يبعث بعثًا
atau memerintahkan sesuatu
أمر به ثم ينصرف
Artinya: “Dari Abu Sa‘id al-Khudri r.a. (diriwayatkan bahwa) ia berkata: Nabi Muhammad saw selalu keluar pada hari Idul Fitri dan Idul Adha menuju lapangan, lalu hal pertama yang beliau lakukan adalah shalat …” [HR. al-Bukhari].
– عن ابن عباسٍ رضي الله عنهما أن رسول الله ﷺ خرج يوم الفطر أو الأضحى فصلّى ركعتين ولم يُصلِّ قبلها ولا بعدها
Artinya: “Dari Ibnu ‘Abbas r.a. (diriwayatkan bahwa) Rasulullah saw pada hari Idul Adha atau Idul Fitri keluar, lalu shalat dua rakaat, dan tidak mengerjakan shalat apa pun sebelum maupun sesudahnya.” [HR. as-sab‘ah (tujuh ahli hadits)].
– عن عائشة رضي الله عنها أن رسول الله ﷺ كان يُكبِّرُ في صلاة العيدين سبعًا وخمسًا قبل القراءة
Artinya: “Dari ‘Aisyah r.a. (diriwayatkan bahwa) Rasulullah saw pada shalat dua hari raya bertakbir tujuh kali dan lima kali sebelum membaca (surat).” [HR. Ahmad].
- Khutbah Idul Fitri dilaksanakan satu kali setelah shalat Idul Fitri, dimulai dengan bacaan hamdalah (mengucap al-ḥamdu lillāh).
Dasarnya adalah:
– عن أبي سعيد الخدري رضي الله عنه أن رسول الله ﷺ خرج يوم الفطر والأضحى إلى المصلى، فكان أوّلُ ما يبدأ به الصلاة، ثم ينصرف فيقوم مقابل الناس وهم جلوس في صفوفهم فيعظهم ويأمرهم، فإن كان يريد أن يبعث بعثًا أو يأمر بشيء أمر به ثم ينصرف.
Artinya: “Rasulullah saw keluar pada hari raya Idul Fitri dan Idul Adha menuju lapangan tempat shalat, maka hal pertama yang beliau lakukan adalah shalat, kemudian manakala selesai beliau berdiri menghadap orang banyak yang tetap duduk dalam saf-saf mereka, lalu Nabi saw menyampaikan nasihat dan pesan-pesan serta perintah kepada mereka; kemudian jika beliau hendak memberangkatkan angkatan perang atau hendak memerintahkan sesuatu, beliau laksanakan, kemudian beliau pulang.” [HR. Muttafaq ‘alaih].
– عن جابر رضي الله عنه قال: شهدتُ الصلاة مع رسول الله ﷺ يوم العيد فبدأ بالصلاة قبل الخطبة بلا أذان ولا إقامة، فلمّا انصرف قام متوكئًا على بلال فحمد الله وأثنى عليه ووعظ الناس وذكّرهم وحثّهم على طاعته…
Artinya: “Dari Jabir r.a. (diriwayatkan bahwa) ia berkata: Saya menghadiri shalat pada suatu hari raya bersama Rasulullah saw; sebelum khutbah beliau memulai dengan shalat tanpa azan dan tanpa iqamah. Lalu ketika selesai shalat beliau berdiri sambil bersandar kepada Bilal, kemudian beliau memuji Allah, menyampaikan nasihat dan peringatan kepada jamaah, serta mendorong mereka supaya patuh kepada-Nya …” [HR. an-Nasa’i].
—————-
REFERENSI:
2) https://tablighkotasemarang.id/2024/04/06/tata-cara-sholat-idul-fitri-tarjih-muhammadiyah/