Risalah Berdoa

Oleh: M.Danusiri (Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Semarang)

  1. Pendahuluan

Berdoa kepada Allah memang diperintahkan. Perintah itu dijelaskan baik dari Alquran maupun Sunnah Rasulillah. Berikut contoh ayat perintah berdoa:

اُدۡعُوۡا رَبَّكُمۡ تَضَرُّعًا وَّخُفۡيَةً‌ ؕ اِنَّهٗ لَا يُحِبُّ الۡمُعۡتَدِيۡنَ‌

(Berdoalah kepada Tuhanmu dengan rendah hati dan suara yang lembut. Sungguh, Dia tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas, QS al-A’raf/7:55).

Berikut contoh agar kaum muslimin berdo’a menurut hadis Nabi. Beliau bersabda bahwa: إِنَّهُ مَنْ لَمْ يَسْأَلٍ اللَّه يَغْضَبْ عَلَيْهِ (Sesungguhnya mengenai sebuah urusan, barang siapa tidak meminta kepada Allah, maka Allah murka atasnya HR Turmudzi hadis nomor 3373. al-Albani menyatakan hadis ini shahih). Dan hadis berikut:

لَيْسَ شَيْءٌ أَكْرَمَ عَلَى اللَّهِ تَعَالَى مِنَ الدُّعَاءِ

Tidak ada sesuatu yang lebih besar pengaruhnya di sisi Allah Ta’ala selain do’a.” (Hadis riwayat Turmudzi no. 3370, Ibnu Majah no. 3829, Ahmad 2/362. al-Albani mengatakan bahwa hadis ini hasan).

Realisasi perintah maupun anjuran berdoa di tengah-tengah masyarakat amat popular manakala ada kiyai atau ustaz memimpin do’a yang do’anya amat panjang dan lama untuk diamini oleh jamaahnya. Lebih dari itu, kalau imam do’a tadi sangat fasih dalam menuturkan Bahasa Arab untuk materi doanya. Kiyai atau ustaz itu diyakini amat ‘ngalim’, setengah wali, atau waliullah. Bahasa pasaran dan kekagumannya diungkapkan dengan kata ‘jos’. Popular juga jika di dalam berdoa menggunakan perantara ruh orang yang telah meninggal dan diyakini sebagai wali atau para auliya’. Risalah ini membahas tentang do’a dari segi: urgensi, kesadaran, Perintah, karakter do’a para Rasul, panduan, dan hakikat do’a meskipun tampaknya sebagai magical power.

  1. Urgensi Doa

Magis berinti pada mantra, yaitu memanipulasi kekuatan gaib supaya memberi bantuan kepada pemantra. Kekuatan gaib itu bisa mewujud dalam bentuk: sing mbahurekso, punden, cikal bakal, benda-benda tertentu seperti senjata tradisional (Keris, tombak, trisula, dan pedang), malaikat, ruh Nabi, maupun tuh-ruh yang dipandang suci. Kemenyan (dupa), kembang (kembang telon, kembang boreh, kembang setaman), minyak za’faran, minyak misik, ayam putih mulus, ayam hitam mulus (ayam cemani) hingga ayam dimasak ingkung, kemenyan Arab dan masih banyak untuk disebutkan sebenarnya, bisa menjadi instrument yang secara umum disebut sesaji atau mahar bagi kegiatan magical power. Magical power bisa menjadi solusi seluruh problem manusia, yang dibahasaagamakan menjadi “kullu hajatin” (semua hajat hidup), seperti occultism (kekebalan), pengasihan untuk memperoleh cinta maupun untuk menjinakkan atasannya, kelancaran dalam berniaga (penglarisan), pengobatan, hingga pencelakaan kepada yang dianggap musuh.

Berbeda dari magis adalah agama, agama apapun namanya. Inti agama adalah mentransendensi diri kepada yang Transendental. Artinya berkesadaran menuju kepada yang Transendental. Sesuatu yang Transendental dalam Islam disebut Allah Ta’ala (Allah Yang Maha Tinggi). Media untuk kegiatan agamis adalah berdoa. Amal shalih apapun bentuknya dalam agama adalah konsekuensi logis dari do’a. Itulah sebabnya posisi do’a di dalam Islam menjadi sentral. Demikian antara lain sabda Nabi:

  1. Do’a merupakan senjata, tiang agama, dan cahaya langit bagi si Mukmin:

الدُّعَاءُ سِلَاحُ المُؤمِنِ وَ عِمَادُ الدِّيْنِ وَ نُوْرُ السَّموَاتِ والارْضِ

(Do’a itu adalah pedang orang mukmin, tiang agama dan cahaya langit dan bumi. Hadis riwayat al-Hakim dari Ali bin Abi Thalib, 1: 493).

Hadis ini sebenarnya amat masyhur di kalangan kaum mukminin, mereka yang berkeadaan kurang berdaya menghadapi kedhaliman yang sedang terjadi. Maka yang diperbuat hanya berdoa dan penuh harap agar kedhaliman segera berakhir atas kuasa Allah. Hanya saja al-Bani mengomentari bahwa hadis ini palsu.

  1. Doa merupakan otak ibadah

الدُّعَاءُ مُخُ العِبَادَةِ (Do’a itu adalah otak ibadah (Hadis riwayat Turmudzi:3293).

  1. Do’a adalah ibadah اَلدُعَاءُ هُوَ الْعِبَادَةُ (Do’a adalah (sesuatu yang sangat mendasar dalam) ibadah [Hadis riwayat Abu Turmudzi, 2895, 3170, Ibnu Majah: 3818, hadis hasan shahih dan dishahihkan oleh al-Albani].
  2. Berdoa merupakan hamba yang sangat mulya di sisi Allah

لَيْسَ شَيْءٌ أَكْرَمَ عَلَى اللَّهِ تَعَالَى مِنَ الدُّعَاءِ

Artinya:

“Tidak ada sesuatu yang lebih besar pengaruhnya di sisi Allah Ta’ala selain do’a.” (Hadis riwayat Turmudzi no. 3370, Ibnu Majah no. 3829, Ahmad 2/362. Syaikh al-Albani mengatakan bahwa hadis ini hasan).

  1. Kesadaran dalam Berdoa

Dalam berdoa harus berkeyakinan bahwa doanya maqbul. Kalau kesadaran tidak utuh dalam berdoa, tentu tidak diterima. Demikian sabda Nabi:

ادْعُوا اللَّهَ وَأَنْتُمْ مُوقِنُونَ بِالإِجَابَةِ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ لاَ يَسْتَجِيبُ دُعَاءً مِنْ قَلْبٍ غَافِلٍ لاَهٍ

Artinya:

Berdoalah kepada Allah dalam keadaan yakin dikabulkan, dan ketahuilah bahwa Allah tidak mengabulkan do’a dari hati yang lalai (HR. Turmudzi no. 3479.  Al-Albani mengatakan bahwa hadis ini hasan)

Jika memang tidak mengetahui arti lafal doa yang dipanjatkan karena menggunakan pengantar Bahasa Arab, lebih baik menggunakan pengantar Bahasa ibu, umpama orang Indonesia menggunakan Bahasa Indonesia dan orang Jawa menggunakan Bahasa Jawa. Dengan menggunakan pengantar Bahasa Ibu, peluang peghayatan do’a lebih fokus terhadap sesuatu yang dimintakan kepada Allah. Jadi nyamung antara isi hati kepada Allah.

  1. Perintah Berdoa

Beberapa Ayat Alquran dapat dimaknai perintah agar kaum mukminin berdoa kepada Allah, antara lain:

  1. Surah Ghafir ayat 60:

وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِيْ اَسْتَجِبْ لَكُمْ ۗاِنَّ الَّذِيْنَ يَسْتَكْبِرُوْنَ عَنْ عِبَادَتِيْ سَيَدْخُلُوْنَ جَهَنَّمَ دَاخِرِيْنَ

Artinya

Dan Tuhanmu berfirman: Berdoalah kepada-Ku, niscaya Aku perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku pasti masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina-dina.

  1. Surat al-A’raf ayat 29:

وَاَقِيۡمُوۡا وُجُوۡهَكُمۡ عِنۡدَ كُلِّ مَسۡجِدٍ وَّادۡعُوۡهُ مُخۡلِصِيۡنَ لَـهُ الدِّيۡنَ

Artinya:

Hadapkanlah wajahmu (kepada Allah) pada setiap shalat, dan sembahlah Dia dengan mengikhlaskan ibadah semata-mata hanya kepada-Nya

  1. Surat al-A’raf ayat 55

اُدْعُوا رَبَّكُمْ تَضَرُّعًا وَخُفْيَةً ۚ إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ

BACA JUGA:   Amalan Menyambut Bulan Rajab, Syaban dan Ramadhan Perspektif Tarjih

Artinya:

Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.

  1. Surat al-A’raf ayat 56

وَلَا تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ بَعْدَ إِصْلَاحِهَا وَادْعُوهُ خَوْفًا وَطَمَعًا ۚ إِنَّ رَحْمَتَ اللَّهِ قَرِيبٌ مِنَ الْمُحْسِنِينَ

Artinya:

Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak diterima) dan harapan (dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.

  1. Surat at-Taubah ayat 103, mendoakan orang yang bersedekah/zakat:

خُذْ مِنْ أَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيهِمْ بِهَا وَصَلِّ عَلَيْهِمْ ۖ إِنَّ صَلَاتَكَ سَكَنٌ لَهُمْ ۗ وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ

Artinya:

Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya do’a kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.

  1. Meneladani Cara Rasul-Rasul Berdoa: Sekedar Contoh
  2. Doa Nabi Adam

Ketika Nabi Adam melanggar perintah Allah supaya tidak mendekati pohon khuldi, dan selanjutnya merasa bersalah, beliau berdoa kepada Allah dalam waktu bertahun-tahun lamanya, sebagaimana termaktub dalam surat al-A’raf ayat 23:

رَبَّنَا ظَلَمْنَآ اَنْفُسَنَا وَاِنْ لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الْخٰسِرِيْنَ

(Ya Tuhan kami, kami telah menzalimi diri kami sendiri. Jika Engkau tidak mengampuni kami dan tidak merahmati kami, niscaya kami termasuk orang-orang yang rugi).

  1. Do’a Nabi Yunus

Ketika Nabi Yusuf dicoba oleh Allah mengenai kesabarannya atas respon negatif dari umatnya terhadap dakwahnya, dan dia agak kesal. Nasib kurang beruntung baginya. Dia harus ditelan ikan raksasa di laut.  Barulah beliau sadar dan merasa salah, jera, dan bertobat kepada Allah, beliau berdoa: لا إلهَ إلا أنتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ(Tidak ada Tuhan selain Engkau, Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang zalim). Allah masih mengampuni pertaubatan Nabi Yunus sehingga dia terlepas dari perut ikan yang menelannya.

  1. Do’a Nabi Ibrahim

Ketika Nabi Ibrahim dibakar dalam api unggun yang sangat besar oleh raja Namrud, beliau berdoa: قُلْنَا يَا نَارُ كُوْنِيْ بَرْدًا وَّسَلٰمًا عَلٰٓى اِبْرٰهِيْمَ (Hai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim. QS. ). Untuk memantapkan hati keimanan mengenai pertolongan Allah beliau berdoa: حَسْبُنَا اللّٰهُ وَنِعْمَ الْوَكِيْلُ (Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung. QS Ali Imran/3:173).

  1. Do’a Nabi Ayyub

Ketika Nabi Ayyub menderita sakit bertahun-tahun lamanya beliau berdoa (QS. al-Anbiya’/ 21: 83):  أَنِّي مَسَّنِيَ الضُّرُّ وَأَنْتَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ (Ya Tuhanku, sesungguh, aku telah ditimpa penyakit, padahal Engkau Tuhan Yang Maha Penyayang dari semua yang penyayang).

  1. Do’a Nabi Musa

Dalam menjalani tugas kerasulannya, Nabi Musa hanya tercatat memanjatkan Lima macam do’a. Satu diantaranya adalah do’a memohon kebaikan kepada Allah. Demikian teks doanya:

فَسَقَىٰ لَهُمَا ثُمَّ تَوَلَّىٰٓ إِلَى ٱلظِّلِّ فَقَالَ رَبِّ إِنِّى لِمَآ أَنزَلْتَ إِلَىَّ مِنْ خَيْرٍ فَقِيرٌ

(Maka Musa memberi minum ternak itu untuk (menolong) keduanya, kemudian dia kembali ke tempat yang teduh lalu berdoa: “Ya Tuhanku sesungguhnya aku sangat memerlukan sesuatu kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku (QS. Al-Qaṣaṣ/28: 24). Ketika merasa berbuat salah dan bertaubat, beliau berdoa: رَبِّ إِنِّى ظَلَمْتُ نَفْسِى فَٱغْفِرْ لِى (Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah menganiaya diriku sendiri karena itu ampunilah aku. QS Al-Qaṣaṣ/28: 16).

  1. Do’a Nabi Nuh

Ketika dakwahnya kurang mendapat respon dari kaumnya, bahkan mendustakannya, Nabu Nuh memohon kepada Allah demikian: قَالَ رَبِّ ٱنصُرْنِى بِمَا كَذَّبُونِ (Ya Tuhanku, tolonglah aku karena mereka mendustakan aku – QS. al-Mu’minun/23: 26).

Materi do’a oleh para utusan Allah bukan urursan pemenuhan duniawi. Jikalau mereka berdoa, sangat singkat kata-katanya, artinya to the point, seperlunya saja. Itulah karakter do’a Para Nabi dan Rasul. Demikian pula model berdoa dari Rasul yang tidak dicontohkan di atas.

Sinergi dengan model do’a para Rasul, Nabi Muhammad saw menyatakan bahwa berdoa, seharusnya dalam arti benar-benar memohon, itu satu saja. Dengan kata lain jangan berdoa aneka macam dalam satu majelis, apalagi kalau hanya melafalkan do’a. Berdoa panjang dan lama yang tidak tahu maknanya kata perkata, kalimat perkalimat, atau permateri do’a hanyalah ritual rotinitas dan formalitas belaka. Kalau banyak materi do’a, sabda Nabi lebih lanjut, justru diabaikan oleh Allah. Demikian beliau bersabda:

قَالَ عَبْدُ اللَّهِ سَمِعْتُ نَبِيَّكُمْ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَنْ جَعَلَ الْهُمُومَ هَمًّا وَاحِدًا هَمَّ الْمَعَادِ كَفَاهُ

اللَّهُ هَمَّ دُنْيَاهُ وَمَنْ تَشَعَّبَتْ بِهِ الْهُمُومُ فِي أَحْوَالِ الدُّنْيَا لَمْ يُبَالِ اللَّهُ فِي أَيِّ أَوْدِيَتِهِ هَلَكَ

Abdullah berkata, “Saya pernah mendengar Nabi kalian shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa menjadikan segala macam keinginannya hanya satu, yaitu keinginan tempat kembali (negeri Akhirat), niscaya Allah mencukupkan baginya keinginan dunianya. Dan barangsiapa yang keinginannya beraneka ragam pada urusan dunia, maka Allah tidak akan memperdulikan dimanapun ia binasa.” (HR. Ibnu Majah: 4096).

Itulah sebabnya beliau bersabda bahwa sebaik-baik do’a adalah istighfar. Dengan istighfar, nyaris semua kusilatan menjadi lapang karenanya. Demikian sabda beliau:

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ لَزِمَ الِاسْتِغْفَارَ جَعَلَ اللَّهُ لَهُ مِنْ كُلِّ ضِيقٍ مَخْرَجًا وَمِنْ كُلِّ هَمٍّ فَرَجًا وَرَزَقَهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ

Artinya:

Rasulullah shallAllahu wa’alaihi wasallam bersabda: “Barang siapa yang senantiasa beristighfar, maka Allah pasti akan selalu memberikannya jalan keluar dari setiap kesempitan dan kelapangan dari segala kegundahan serta Allah akan memberikan rizki kepadanya dari arah yang tidak ia sangka-sangka.” (Hadis riwayat Abu Dawud: 1297, Ibnu Majah: 3809, Ahmad: 2123).

Dalam sehari semalam, Nabi beristighfar 100 kali. Demikian hadisnya:

فَقَالَ أَيْنَ أَنْتَ عَنْ الِاسْتِغْفَارِ إِنِّي لَأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ كُلَّ يَوْمٍ مِائَةَ مَرَّةٍ

BACA JUGA:   Majelis Tarjih dan Tajdid PDM Surabaya Serukan Qunut Nazilah demi Keselamatan Palestina

(Mengapa engkau, hudzaifah, tidak beristighfar (meminta ampunan kepada Allah)? Sesungguhnya aku beristighfar (meminta ampunan kepada Allah) setiap hari seratus kali (Hadis riwayat ad-Darimi: 2607, Ahmad: 22250, 22273, 22282, dan 22330).

Orang yang tiap harinya tercatat beristighfar banyak, di akhirat kelak pasti beruntung besar. Dalam Bahasa Jawa bejo kemayangan. Demikian sabda beliau mengenai dictum ini:

قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ طُوبَى لِمَنْ وَجَدَ فِي صَحِيفَتِهِ اسْتِغْفَارًا كَثِيرًا

Artinya:

Beruntunglah bagi orang yang mendapatkan didalam catatan amalnya istighfar yang banyak (Hadis riwayat Ibnu Majah: 3808).

Meskipun dalam Bab Kitab ad-Da’awat dalam Sunan at-Turmudzi ditakhrij cukup banyak contoh do’a dari beliau, namun dapat dipahami bahwa do’a hanya satu macam sesuai apa perlunya.

 Contoh:

(1). Do’a memasuki bulan baru (hijriyah) sangat singkat dan padat. Demikian do’a yang dimaksud:

اللَّهُمَّ أَهْلِلْهُ عَلَيْنَا بِالْيُمْنِ وَالْإِيمَانِ وَالسَّلَامَةِ وَالْإِسْلَامِ رَبِّي وَرَبُّكَ اللَّه

(Terbitkanlah bulan tersebut kepada kami dengan berkah, iman, keselamatan serta Islam! Tuhanku dan Tuhanmu adalah Allah (HR. at-Turmudzi, 3373’ Ahmad: 1324, 21726).

(2). Do’a hendak tidur, yang utama hanya satu, lainnya pelengkap:

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ قَالَ حِينَ يَأْوِي إِلَى فِرَاشِهِ أَسْتَغْفِرُ اللَّهَ الَّذِي لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ وَأَتُوبُ إِلَيْهِ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ غَفَرَ اللَّهُ لَهُ ذُنُوبَهُ وَإِنْ كَانَتْ مِثْلَ زَبَدِ الْبَحْرِ وَإِنْ كَانَتْ مِثْلَ رَمْلٍ عَالِجٍ وَإِنْ كَانَتْ مِثْلَ عَدَدِ وَرَقِ الشَّجَر

Artinya:

Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda, Barangsiapa ketika akan tidur mengucapkan: Aku memohon ampun kepada Allah, tidak ada Tuhan yang patut di sembah selain Dia, Yang Maha Hidup dan Maha Benar, dan aku bertaubat kepada-Nya), sebanyak tiga kali, maka Allah akan mengampuni dosa-dosanya walaupun seperti buih di lautan, walaupun seperti gunung pasir, walau seperti jumlah daun di pepohonan (Hadis riwayat Ahmad: 19625).

Allah menghendaki keseimbangan dalam arti kuantitas, yaitu satu permohonan harus disertai satu kesediaan melaksanakan perintah Allah:

وَاِذَا سَاَلَكَ عِبَادِيْ عَنِّيْ فَاِنِّيْ قَرِيْبٌ ۗ اُجِيْبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ اِذَا دَعَانِۙ فَلْيَسْتَجِيْبُوْا لِيْ وَلْيُؤْمِنُوْا بِيْ لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُوْنَ

Artinya:

Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku Kabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku. Hendaklah mereka itu memenuhi (perintah)-Ku dan beriman kepada-Ku, agar mereka memperoleh kebenaran (QS al-Baqarah/2: 186).

  1. Sekelumit Panduan Berdoa

Allah menuntun dalam berdoa, hendaklah mensinergikan antara materi do’a dan Nama Allah sesuai dengan materi do’a. Demikian Alah berfirman:

وَلِلَّهِ ٱلْأَسْمَآءُ ٱلْحُسْنَىٰ فَٱدْعُوهُ بِهَا ۖ وَذَرُوا۟ ٱلَّذِينَ يُلْحِدُونَ فِىٓ أَسْمَٰٓئِهِۦ ۚ سَيُجْزَوْنَ مَا كَانُوا۟ يَعْمَلُون

Artinya:

Hanya milik Allah asmaa-ul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka mendapat balasan terhadap sesuatu yang telah mereka kerjakan (QS al-A’raf/7: 180).

Kata ganti (isim ḍamir) biha (dengannya), menurut kaidah gramatika tidak merujuk maḍmuralaih-nya al-asmaul husna. Mengapa? Kata ganti ha menunjukkan makna mufrad muannaṡ, sementara al-asmâ’ meruapakan isim jama’ taksir. Lebih dari itu, kata al-asmâ’ menjadi mauṣuf dari sifat al-usna. Antara sifat dan mauṣuf harus sinergi: mufrad dengan mufrad, tasniah dengan tasniah, jama’ dengan jama’, muzakkar dengan muzakkar, dan muannas dengan muannas. Oleh karena itu lebih logis dipahami satu diantara al-asmâul usna sesuai dengan isi permohonan. Umpamanya memohon rezeki, tentu menyeru kepada-Nya dengan yâ Razâq; Memohon sembuh dari penyakit, menyeru kepada Allah dengan yâ Syâfi; Memohon kecerdasan dan kepandaian, menyeru kepada Allah dengan yâ ‘Alîm; Memohon kekuatan melawan kafirûn yang dhalimûn, menyeru kepada Allah dengan yâ qawiyyu yâ matîn; dan menyatakan syukur kepada Allah, maka seruannya adalah yâ Syakûr. Jadi secara logis dan praktis harus sesuai antara Nama Allah dengan isi permohonan. Tidak logis memohon rezeki, kesehatan, kesuksesan lalu menyebut asma Allah yang berjumlah 99 dan dikenal al-Asmâ’ aluna. Mengapa? Karena di dalam 99 Nama itu ada Nama al-Mutakabbir (yang Maha Sombong), ada Nama al-Mumît (yang mematikan). Jadi pola do’a demikian ini tidak fungsional, tentu termasuk qalbin ghâfilin (hati yang lalai). Bagaimana memohon rezeki dengan menyeru Allah ya mutakabir, ya mumit?

Ayat berikut lebih jelas bahwa menyeru Allah, isi do’a apa saja sejauh diperbolehkan oleh syari’ bisa memilih diantara dua alternatif yang disediakan oleh Allah sendiri. Demikian ayat yang dimaksud:

قُلِ ٱدْعُوا۟ ٱللَّهَ أَوِ ٱدْعُوا۟ ٱلرَّحْمَٰنَ ۖ أَيًّا مَّا تَدْعُوا۟ فَلَهُ ٱلْأَسْمَآءُ ٱلْحُسْنَىٰ ۚ وَلَا تَجْهَرْ بِصَلَاتِكَ وَلَا تُخَافِتْ بِهَا وَٱبْتَغِ بَيْنَ ذَٰلِكَ سَبِيلًا

Artinya:

Katakanlah: “Serulah Allâh atau serulah Ar-Raḩmân. Dengan Nama yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai al Asmâul ḩusna (nama-nama yang terbaik) dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu dan janganlah pula merendahkannya dan carilah jalan tengah di antara kedua itu (QS al-A’raf/7: 110).

Dalam ayat ini menyebut dua Nama, Allâh dan ar- Raḩmân. Pemohon atau pendoa dipersilahkan memilih dalam menyeru kepada-Nya dengan Allâh atau ar-Raḩmân, atau keduanya. Selanjutnya, berkenaan dengan Nama-Allah Nabi menyebut sebanyak 99 Nama Allah, yang masing-masingnya juga tersebut di dalam Alquran secara terserak dalam berbagai ayat dan surat, artinya tidak mengumpul genap 99 Nama dalam satu ayat, beberapa ayat yang berurutan, atau dalam satu surat. Jadi apresiasi do’a mohon rezeki, seruan pokok adalah yâ Allâh, ya Raḩmân, yâ razzâq. Memohon kesembuhan dari sakit, seruannya kepada Allah adalah yâ Allâh, ya Raḩmân, yâ Syâfî. Dan, memohon agar bisa kaya, seruannya kepada Allah adalah yâ Allâh, ya Raḩmân, yâ ghanniyu.

Hanya perlu diingat bahwa tidak boleh berhenti hanya pada berdoa, melainkan harus diwujudkan dengan usaha yang sungguh-sungguh, ulet, sabar, kompeten, dan profesional.

  1. Penutup
BACA JUGA:   Perihal Bacaan Basmalah Sirr dan Jahr dalam Salat

Do’a memang sangat penting bagi agamawan. Sementara itu, mantra bisa direkomendasi dalam agama sejauh terhindar dari tahayyul, khurafat, bid’ah, dan syirik (popular dingkat TBCS). Artinya, kalau agamawan bermantra harus tetap syar’i. Contoh mantra atau ruqyah yang nihil dari TBCS adalah hadis berikut:

حَدَّثَنِي سِيدَانُ بْنُ مُضَارِبٍ أَبُو مُحَمَّدٍ الْبَاهِلِيُّ حَدَّثَنَا أَبُو مَعْشَرٍ الْبَصْرِيُّ هُوَ صَدُوقٌ يُوسُفُ بْنُ يَزِيدَ الْبَرَّاءُ قَالَ حَدَّثَنِي عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ الْأَخْنَسِ أَبُو مَالِكٍ عَنْ ابْنِ أَبِي مُلَيْكَةَ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّ نَفَرًا مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَرُّوا بِمَاءٍ فِيهِمْ لَدِيغٌ أَوْ سَلِيمٌ فَعَرَضَ لَهُمْ رَجُلٌ مِنْ أَهْلِ الْمَاءِ فَقَالَ هَلْ فِيكُمْ مِنْ رَاقٍ إِنَّ فِي الْمَاءِ رَجُلًا لَدِيغًا أَوْ سَلِيمًا فَانْطَلَقَ رَجُلٌ مِنْهُمْ فَقَرَأَ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ عَلَى شَاءٍ فَبَرَأَ فَجَاءَ بِالشَّاءِ إِلَى أَصْحَابِهِ فَكَرِهُوا ذَلِكَ وَقَالُوا أَخَذْتَ عَلَى كِتَابِ اللَّهِ أَجْرًا حَتَّى قَدِمُوا الْمَدِينَةَ فَقَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ أَخَذَ عَلَى كِتَابِ اللَّهِ أَجْرًا فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ أَحَقَّ مَا أَخَذْتُمْ عَلَيْهِ أَجْرًا كِتَابُ اللَّهِ

Artinya:

Telah menceritakan kepada Kami Sidan bin Muddzarib Abu Muhammad al-Bahili telah menceritakan kepada kami Abu Ma’syar al-Bashri dia adalah seorang yang jujur yaitu Yusuf bin Yazid al-Barra` dia berkata; telah menceritakan kepadaku ‘Ubaidullah bin al-Ahnas Abu Malik dari Ibnu Abu Mulaikah dari Ibnu Abbas bahwa beberapa sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam melewati sumber mata air dimana terdapat orang yang tersengat binatang berbisa, lalu salah seorang yang bertempat tinggal di sumber mata air tersebut datang dan berkata; “Adakah di antara kalian seseorang yang pandai menjampi? Karena di tempat tinggal dekat sumber mata air ada seseorang yang tersengat binatang berbisa.” Lalu salah seorang sahabat Nabi pergi ke tempat tersebut dan membacakan al-Fatihah dengan upah seekor kambing. Ternyata orang yang tersengat tadi sembuh, maka sahabat tersebut membawa kambing itu kepada teman-temannya. Namun teman-temannya tidak suka dengan hal itu, mereka berkata; “Kamu mengambil upah atas kitabullah?” setelah mereka tiba di Madinah, mereka berkata; “Wahai Rasulullah, ia ini mengambil upah atas kitabullah.” Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya upah yang paling berhak kalian ambil adalah upah karena (mengajarkan) kitabullah.” (Bukhari, 5296).

Dalam hadis ini, menjampi orang yang terkena bisa sengatan binatang yang berbisa dibacakan Surat al-Fatihah untuknya, dan ternyata sembuh. Sang pemberi mantra boleh mengambil ongkos atas jasanya, dan Nabi berkomentar bahwa tindakan itu termasuk bagian dari dakwah Islamiyah.

Bagi hamba Allah yang tidak mau berdoa kepada-Nya, yang Transendental, dia termasuk orang yang sangat sombong. Allah tentu murka kepadanya. Demikian hadis berkenaan dengan balasan atas kesombongannya:

 لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْر قَالَ رَجُلٌ إِنَّ الرَّجُلَ يُحِبُّ أَنْ يَكُونَ ثَوْبُهُ حَسَنًا وَنَعْلُهُ حَسَنَةً قَالَ إِنَّ اللَّهَ جَمِيلٌ يُحِبُّ الْجَمَالَ الْكِبْرُبَطَرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ

Artinya:

Tidak masuk surga seseorang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan sebesar biji sawi. Ada seseorang yang bertanya, ‘Bagaimana dengan seorang yang suka memakai baju dan sandal yang bagus?’ Beliau menjawab, ‘Sesungguhnya Allah Swt. itu indah dan menyukai keindahan. Sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan orang lain (Hadis riwayat Muslim: 131).

Akan tetapi, berdoa memang tidak boleh sembarangan. Ada syarat dan aturan di dalamnya. Diantara syarat untuk ijabah dalam berdoa antara lain pemohon harus mewujudkan diri sebagai hamba yang shalih. Tanpa kualitas shalih, seandainya tampak diijabahi, sebenarnya hanyalah istidraj (pengluluan) belaka yang kelak dimintai pertanggungjawaban atas fasilitas yang diberikan Allah kepadanya. Syarat lainnya adalah: makanan, minuman, pakaian, dan fasilitas hidup semuanya harus halal. Demikian Rasulullah bersabda:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه و سلم “إنَّ اللَّهَ طَيِّبٌ لَا يَقْبَلُ إلَّا طَيِّبًا، وَإِنَّ اللَّهَ أَمَرَ الْمُؤْمِنِينَ بِمَا أَمَرَ بِهِ الْمُرْسَلِينَ فَقَالَ تَعَالَى: “يَا أَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوا مِنْ الطَّيِّبَاتِ وَاعْمَلُوا صَالِحًا”، وَقَالَ تَعَالَى: “يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ” ثُمَّ ذَكَرَ الرَّجُلَ يُطِيلُ السَّفَرَ أَشْعَثَ أَغْبَرَ يَمُدُّ يَدَيْهِ إلَى السَّمَاءِ: يَا رَبِّ! يَا رَبِّ! وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ، وَمَشْرَبُهُ حَرَامٌ، وَمَلْبَسُهُ حَرَامٌ، وَغُذِّيَ بِالْحَرَامِ، فَأَنَّى يُسْتَجَابُ لَهُ؟”

Artinya:

Sesungguhnya Allah Ta’ala Maha Baik, Dia tidak menerima kecuali yang baik. Dan sesungguhnya Allah memerintahkan orang beriman sebagaimana Dia memerintahkan para rasul-Nya dengan berfirman (yang artinya), “Wahai Para Rasul makanlah yang baik-baik dan beramal shalehlah.” Dia juga berfirman (yang artinya), “Wahai orang-orang yang beriman makanlah yang baik-baik dari apa yang Kami rizkikan kepada kalian. Kemudian beliau (Rasulullah ﷺ) menyebutkan ada seseorang yang melakukan safar dalam keadaan kumal dan berdebu. Dia memanjatkan kedua tangannya ke langit seraya berkata, “Ya Robbku, Ya Robbku,” padahal makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram dan perutnya kenyang dari sesuatu yang haram, maka (jika begitu keadaannya) bagaimana doanya dikabulkan. (Hadis riwayat Muslim, nomor 1015).

Dari hadis ini dapat diambil pelajaran, bahwa jika yang dimakan, diminum, dan dipakai barang haram, Rasulullah sendiri maido dengan nada kalam istifham lil ingkari (kalimat formatnya bertanya, tetapi tidak membutuhkan jawaban, secara esensinya mengingkari).

Jika aturan itu dipenuhi, insya Allah maqbûl, entah seberapanya dari target yang pohonkan atau entah kapan terkabulkan. يُسْتَجَابُ لِأَحَدِكُمْ مَا لَمْ يَعْجَلْ،يَقُولُ: دَعَوْتُ فَلَمْ يُسْتَجَبْ لِي (Doa setiap kalian akan dikabulkan selama tidak tergesa-gesa, yaitu dengan berkata: ‘Saya sudah berdoa, tetapi belum juga dikabulkan (Hadis riwayat Bukhari no, 5981).

Wallâhu a’lamu biṣṣawâb.

Semarang, pertengahan dzulhijjah 1447

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *