Besi di Perut Bumi dan di Langit Wacana: Analisis Ilmiah dan Teologis Surah Al-Hadid Ayat 25

I. Pendahuluan: Membedah Pertanyaan tentang Besi, Sains, dan Al-Qur’an

Sebuah pertanyaan yang mengemuka mengenai korelasi antara kedalaman geologis besi dan Surah Al-Hadid ayat 25 telah membuka ruang diskusi yang signifikan di titik temu antara ilmu kebumian, penafsiran Al-Qur’an, dan kerangka teologis Islam. Pertanyaan tersebut, yang mengasumsikan bahwa bijih besi terletak pada kedalaman 3.000 hingga 5.000 km dan mengaitkannya dengan sebuah “posisi 5000” dalam Al-Qur’an, menuntut sebuah analisis yang cermat dan interdisipliner. Laporan ini bertujuan untuk mengupas tuntas persoalan tersebut dengan mengintegrasikan data dari geofisika, praktik pertambangan modern, studi Al-Qur’an (ulumul qur’an), tafsir klasik dan kontemporer, serta analisis linguistik Arab.

Metodologi yang digunakan akan secara tegas membedakan antara fakta ilmiah yang telah mapan, keragaman dalam tradisi penafsiran, dan klaim-klaim populer yang memerlukan verifikasi kritis. Permintaan untuk membahas ayat ini dalam kerangka mutasyabihat (ayat-ayat yang maknanya mengandung beberapa kemungkinan atau bersifat alegoris) menjadi kunci analisis. Pendekatan ini mengarahkan tujuan laporan dari sekadar pembuktian (verifikasi) menuju pemahaman (interpretasi). Dengan demikian, kita mengakui bahwa ayat-ayat tertentu dalam Al-Qur’an sengaja dirancang untuk memiliki makna yang kaya dan berlapis, yang justru mengundang perenungan mendalam alih-alih pemahaman tunggal yang kaku. Laporan ini akan menavigasi kompleksitas tersebut untuk memberikan jawaban yang komprehensif dan mencerahkan.

II. Realitas Geologis Besi: Dari Kerak Hingga Inti Bumi

Untuk menjawab pertanyaan awal secara akurat, pemahaman mendasar tentang struktur interior Bumi dan distribusi unsur besi di dalamnya adalah hal yang mutlak diperlukan. Data geofisika modern memberikan gambaran yang sangat jelas, yang sering kali berbeda dari pemahaman populer.

Sub-Bagian 2.1: Struktur Berlapis Planet Kita: Sebuah Tinjauan Geofisika

Planet Bumi bukanlah bola homogen, melainkan tersusun atas beberapa lapisan konsentris dengan komposisi dan sifat fisik yang berbeda secara drastis.1 Secara umum, struktur ini dibagi menjadi empat lapisan utama:

  • Kerak Bumi (Crust): Ini adalah lapisan terluar, tempat semua kehidupan dan aktivitas manusia berlangsung.2 Lapisan ini sangat tipis dan rapuh jika dibandingkan dengan skala planet. Ketebalannya bervariasi, mulai dari sekitar 5-11 km di bawah samudra (kerak samudra) hingga 25-70 km di bawah benua (kerak benua).3 Komposisi utamanya adalah batuan silikat, dengan dominasi Oksigen (
    O) sekitar 46,6% dan Silikon (Si) sekitar 27,7%. Kandungan Besi (Fe) di kerak bumi relatif kecil, hanya sekitar 5,0% dari total massa kerak.5
  • Mantel Bumi (Mantle): Terletak di bawah kerak, mantel adalah lapisan paling tebal, membentang hingga kedalaman sekitar 2.900 km.1 Lapisan ini terdiri dari batuan silikat padat yang kaya akan besi dan magnesium. Suhu di mantel bagian dalam dapat mencapai 3.000°C.6 Bagian atas mantel yang bersifat plastis, dikenal sebagai astenosfer, memungkinkan lempeng-lempeng tektonik di kerak untuk bergerak.2
  • Inti Luar (Outer Core): Lapisan ini berada pada rentang kedalaman sekitar 2.900 km hingga 5.150 km dari permukaan bumi.4 Berbeda dengan lapisan di atasnya, inti luar berwujud cair (fluida). Komposisinya didominasi oleh unsur besi (
    Fe) dan nikel (Ni).1 Suhu di sini sangat ekstrem, berkisar antara 4.300°C hingga 5.400°C.6 Arus konveksi dari logam cair di dalam inti luar inilah yang diyakini para ilmuwan menjadi sumber utama medan magnet Bumi.1
  • Inti Dalam (Inner Core): Ini adalah pusat planet kita, berada pada kedalaman dari 5.150 km hingga sekitar 6.370 km.4 Meskipun suhunya bahkan lebih panas dari inti luar—dapat mencapai 5.500°C, hampir sepanas permukaan matahari—tekanan yang luar biasa besar memaksanya untuk tetap berada dalam wujud padat.4 Komposisinya juga merupakan paduan besi-nikel padat.2

Sub-Bagian 2.2: Dua Wajah Besi di Bumi: Membedakan Bijih Besi dan Unsur Besi

Kekeliruan fundamental dalam pertanyaan awal terletak pada kegagalan untuk membedakan antara dua bentuk utama keberadaan besi di planet kita:

  1. Bijih Besi (Iron Ore): Ini adalah istilah untuk batuan dan mineral dari mana logam besi dapat diekstraksi secara ekonomis. Bijih besi bukanlah besi murni, melainkan senyawa kimia seperti hematit (Fe2​O3​) dan magnetit (Fe3​O4​).7 Deposit bijih besi ini ditemukan secara eksklusif di
    Kerak Bumi, lapisan paling atas dan dapat diakses.4
  2. Unsur Besi (Elemental Iron): Ini adalah besi dalam bentuk unsurnya (Fe), yang dalam konteks interior Bumi, bercampur dengan nikel. Konsentrasi terbesar unsur besi ini menyusun hampir seluruh Inti Luar dan Inti Dalam Bumi.1

Dengan demikian, klaim bahwa bijih besi berada pada kedalaman 3.000-5.000 km adalah sebuah kekeliruan saintifik. Kedalaman tersebut (yang mencakup sebagian mantel bawah dan inti luar) adalah lokasi dari unsur besi cair, bukan bijih besi yang dapat ditambang. Paradoksnya adalah bahwa meskipun besi menyusun sekitar 35% dari total massa Bumi, sebagian besar darinya terkunci di inti yang sangat dalam dan sama sekali tidak dapat diakses.9

Sub-Bagian 2.3: Realitas Penambangan: Seberapa Dalam Manusia Menggali Besi?

Aktivitas penambangan bijih besi, baik melalui metode tambang terbuka (open-pit) maupun tambang bawah tanah (underground mining), sepenuhnya terjadi di dalam kerak bumi. Kedalaman operasi ini, meskipun mengesankan dalam skala manusia, sangatlah dangkal jika dibandingkan dengan skala planet.

  • Data dari berbagai operasi pertambangan besar di dunia mengkonfirmasi hal ini. Tambang Stoilensky di Rusia, misalnya, memiliki kedalaman 375 meter.10 Tambang Bingham Canyon di Utah, AS, yang merupakan salah satu lubang tambang terbuka terbesar di dunia, mencapai kedalaman lebih dari 1,2 km.11 Bahkan tambang bawah tanah yang sangat dalam seperti tambang Kiruna di Swedia, salah satu produsen bijih besi terbesar, menggali dari kedalaman yang baru melampaui satu kilometer.12
  • Penelitian geofisika lokal, seperti yang dilakukan di Kabupaten Luwu, Indonesia, mendeteksi potensi endapan bijih besi pada kedalaman yang jauh lebih dangkal, yaitu antara 10 hingga 40 meter di bawah permukaan.7
BACA JUGA:   Mizan Al-Qalb: Antara Air Mata Penyesalan dan Racun Kesombongan dalam Ibadah

Kesimpulan faktualnya jelas: tidak ada teknologi penambangan saat ini maupun yang dapat dibayangkan di masa depan yang mampu mendekati kedalaman ribuan kilometer. Suhu dan tekanan ekstrem, serta wujud materi yang cair di inti luar, menjadikan hal tersebut mustahil secara fundamental.

Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas, berikut adalah tabel perbandingan lapisan-lapisan utama Bumi dan distribusi besi di dalamnya.

Lapisan Kedalaman dari Permukaan (km) Komposisi Utama Wujud Fisik Suhu (Celsius) Bentuk Besi yang Dominan
Kerak Bumi 0 – 70 Oksigen, Silikon, Aluminium, Besi (5%) Padat, Rapuh 0 – 1.100 Bijih Besi (mis. Fe2​O3​, Fe3​O4​)
Mantel Bumi 70 – 2.900 Batuan Silikat kaya Besi & Magnesium Padat, Plastis 1.400 – 3.000 Besi dalam senyawa silikat
Inti Luar 2.900 – 5.150 Besi (sekitar 80-85%), Nikel Cair (Fluida) 4.300 – 5.400 Unsur Besi-Nikel Cair
Inti Dalam 5.150 – 6.370 Besi, Nikel Padat (karena tekanan) Hingga 5.500 Unsur Besi-Nikel Padat

Sumber data: 1

Tabel ini secara visual menegaskan bahwa lokasi bijih besi yang dapat ditambang (Kerak Bumi) dan lokasi konsentrasi utama unsur besi (Inti Bumi) adalah dua hal yang terpisah oleh ribuan kilometer.

III. “Dan Kami Turunkan Besi” (Wa Anzalnal-Hadid): Analisis Komprehensif Surah Al-Hadid Ayat 25

Setelah menetapkan fakta-fakta ilmiah, analisis beralih ke teks suci itu sendiri. Bagaimana Surah Al-Hadid ayat 25 dipahami dalam tradisi Islam, dan apa makna sesungguhnya dari frasa kunci wa anzalnal-hadid?

Sub-Bagian 3.1: Teks dan Konteks Ayat

Ayat yang menjadi pusat diskusi adalah Surah Al-Hadid (57), ayat ke-25. Teks lengkapnya berbunyi:

لَقَدْاَرْسَلْنَارُسُلَنَابِالْبَيِّنٰتِوَاَنْزَلْنَامَعَهُمُالْكِتٰبَوَالْمِيْزَانَلِيَقُوْمَالنَّاسُبِالْقِسْطِۚوَاَنْزَلْنَاالْحَدِيْدَفِيْهِبَأْسٌشَدِيْدٌوَّمَنَافِعُلِلنَّاسِوَلِيَعْلَمَاللّٰهُمَنْيَّنْصُرُهٗوَرُسُلَهٗبِالْغَيْبِۗاِنَّاللّٰهَقَوِيٌّعَزِيْزٌ

“Sungguh, Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan bukti-bukti yang nyata dan Kami turunkan bersama mereka Kitab dan Mizan (neraca keadilan) agar manusia dapat berlaku adil. Dan Kami turunkan (anzalna) besi yang padanya terdapat kekuatan yang dahsyat dan berbagai manfaat bagi manusia, dan agar Allah mengetahui siapa yang menolong (agama)-Nya dan rasul-rasul-Nya walaupun (Allah) tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Mahakuat, Mahaperkasa.” 13

Analisis kontekstual menunjukkan bahwa ayat ini tidak berdiri sendiri sebagai pernyataan geologis. Ia berada dalam satu rangkaian narasi yang meletakkan pilar-pilar tatanan ilahi di muka bumi. Tatanan ini terdiri dari: Kenabian (rasul-rasul), Hukum/Petunjuk (Al-Kitab), Keadilan (Al-Mizan), dan Kekuatan/Teknologi (Al-Hadid/Besi). Penempatan besi sejajar dengan kitab suci dan neraca keadilan memberikan isyarat kuat bahwa perannya adalah sebagai instrumen material untuk menegakkan tatanan moral dan sosial yang diwahyukan. Ini adalah pesan teologis dan sosiologis, bukan deskripsi geofisika.

Sub-Bagian 3.2: Penafsiran Klasik: Besi sebagai Ciptaan dan Karunia di Bumi

Para mufasir (ahli tafsir) klasik, yang karyanya menjadi rujukan utama dalam studi Islam, secara konsisten menafsirkan frasa wa anzalnal-hadid dalam konteks penciptaan dan penyediaan di bumi, bukan penurunan fisik dari langit.15

  • Tafsir Al-Muyassar (Kementerian Agama Arab Saudi) dan Tafsir Al-Mukhtashar (Markaz Tafsir Riyadh) menekankan bahwa Allah menciptakan besi di bumi sebagai ujian, untuk melihat siapa yang menggunakan kekuatan tersebut untuk menolong agama-Nya.15
  • Zubdatut Tafsir oleh Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar memberikan penjelasan yang sangat eksplisit: “Yakni Kami ciptakan besi di bumi dan Kami ajari manusia cara membuatnya”.15 Tafsiran ini melihat
    anzalna sebagai anugerah penciptaan dan ilmu pengetahuan.
  • Tafsir Ibnu Katsir, salah satu tafsir paling berpengaruh, menjelaskan bahwa Allah menjadikan besi sebagai sarana untuk menekan kezaliman dan menegakkan kebenaran (melalui senjata), sekaligus untuk berbagai manfaat dalam kehidupan sehari-hari seperti pertanian, pertukangan, dan konstruksi.15

Kesimpulan dari penafsiran klasik sangat jelas: tidak ada indikasi bahwa anzalna dalam ayat ini merujuk pada penurunan fisik dari langit atau menunjuk lokasi geologis tertentu. Fokus utama para ulama adalah pada makna teologis dan sosiologis: besi adalah karunia Allah yang telah disediakan di bumi, yang memiliki dua potensi (kekuatan destruktif dan manfaat konstruktif), dan penggunaannya menjadi cerminan iman dan moralitas manusia.

Sub-Bagian 3.3: Makna Anzalna dalam Leksikon Al-Qur’an: Lebih dari Sekadar “Menurunkan”

Perdebatan modern sering kali berpusat pada terjemahan literal dari kata kerja Arab anzala (أنزل) sebagai “menurunkan”. Namun, analisis linguistik yang lebih mendalam menunjukkan bahwa kata ini memiliki rentang makna yang lebih luas.

  • Profesor T. Djamaluddin, seorang ahli astronomi-astrofisika dan anggota Tim Tafsir Ilmi Kementerian Agama RI, menyoroti bahwa anzala tidak selalu berarti “menurunkan” secara fisik. Dalam berbagai konteks, ia dapat lebih tepat diartikan sebagai “memunculkan” (reveal), “membawa ke depan” atau “menyediakan” (brought forth), atau “memberikan” (given).17
  • Penggunaan kata yang sama dalam Al-Qur’an memperkuat argumen ini. Misalnya, Al-Qur’an menggunakan kata anzala untuk “pakaian” (QS Al-A’raf: 26) dan “hewan ternak” (QS Az-Zumar: 6). Para mufasir sepakat bahwa ini tidak berarti pakaian dan ternak jatuh dari langit, melainkan bahwa Allah menciptakan dan menyediakannya di bumi untuk manusia. Fleksibilitas semantik ini bukanlah kelemahan, melainkan sumber kekayaan makna teks Al-Qur’an yang memungkinkan berbagai lapisan pemahaman.

IV. Fenomena ‘I’jaz ‘Ilmi’: Penafsiran Besi dari Luar Angkasa

Dalam beberapa dekade terakhir, muncul sebuah genre penafsiran yang dikenal sebagai ‘I’jaz ‘Ilmi’ (Mukjizat Ilmiah), yang mencoba menghubungkan ayat-ayat Al-Qur’an dengan penemuan sains modern. Frasa wa anzalnal-hadid menjadi salah satu contoh paling populer dalam wacana ini.

Sub-Bagian 4.1: Fakta Ilmiah: Asal Usul Kosmik Unsur Berat

Sains modern, khususnya astrofisika, telah mengungkap asal-usul unsur-unsur kimia di alam semesta.

  • Nukleosintesis Bintang: Bintang seperti Matahari menghasilkan energi melalui fusi nuklir, mengubah hidrogen menjadi helium dan unsur-unsur lain yang lebih ringan. Namun, proses fusi yang menghasilkan energi berhenti pada besi. Bintang seukuran Matahari tidak memiliki suhu dan tekanan yang cukup untuk menciptakan besi dalam jumlah signifikan.9
  • Ledakan Supernova: Besi dan semua unsur yang lebih berat darinya terbentuk dalam “tungku” kosmik yang jauh lebih dahsyat: ledakan bintang-bintang masif yang dikenal sebagai supernova. Ketika sebuah bintang besar kehabisan bahan bakar nuklirnya, ia akan runtuh dan meledak, menyebarkan unsur-unsur yang telah ditempanya, termasuk besi dalam jumlah besar, ke seluruh galaksi.18
  • Besi di Tata Surya: Materi yang tersebar dari supernova ini kemudian menjadi bagian dari awan gas dan debu antarbintang (nebula). Dari nebula inilah Tata Surya kita, termasuk Matahari, Bumi, dan planet-planet lainnya, terbentuk sekitar 4,6 miliar tahun yang lalu. Jadi, secara ilmiah, setiap atom besi di planet kita memang memiliki asal-usul di luar angkasa, sebagai produk dari bintang generasi sebelumnya yang telah mati.9
BACA JUGA:   Problematika Implementasi Kalender Hijriah Global Tunggal (KHGT): Tantangan Menuju Kesatuan Umat Islam Sedunia

Sub-Bagian 4.2: Argumen “Diturunkan dari Langit”

Argumen ‘I’jaz ‘Ilmi’ mengenai besi dipopulerkan oleh penulis seperti Zaghloul El-Naggar dan Harun Yahya (Adnan Oktar).22 Logika argumen mereka adalah sebagai berikut:

  1. Mereka mengambil makna paling literal dari frasa wa anzalnal-hadid, yaitu “Dan Kami turunkan besi (secara fisik dari langit)”.18
  2. Mereka menghubungkan pembacaan literal ini dengan fakta astrofisika bahwa unsur besi di Bumi berasal dari supernova di luar angkasa.
  3. Mereka menyimpulkan bahwa Al-Qur’an, yang diturunkan pada abad ke-7, telah menyatakan sebuah fakta ilmiah canggih yang baru ditemukan pada abad ke-20. Hal ini diajukan sebagai bukti keilahian Al-Qur’an.18

Sub-Bagian 4.3: Analisis Kritis dan Perspektif Geologis Alternatif

Meskipun menarik, pendekatan ‘I’jaz ‘Ilmi’ ini menuai beberapa kritik metodologis dan memiliki alternatif ilmiah yang lebih relevan secara geologis.

  • Kritik Metodologis: Para kritikus berpendapat bahwa pendekatan ini sering kali bersifat concordist, yaitu “memaksakan” teks suci agar sesuai dengan temuan sains, terkadang dengan mengabaikan konteks utama ayat dan kekayaan makna linguistiknya.26 Ia cenderung mereduksi pesan moral dan teologis yang dalam menjadi sekadar “fakta ilmiah.”
  • Perspektif Geologis Alternatif: Sebagaimana diusulkan oleh T. Djamaluddin, ada cara lain untuk menyelaraskan makna anzalna dengan sains yang lebih relevan dengan keberadaan bijih besi yang dapat diakses. Jika anzalna diartikan sebagai “Kami memunculkan” atau “Kami bawa ke depan,” ini dapat merujuk pada proses geologis yang sangat nyata: aktivitas vulkanik. Material dari mantel bumi yang kaya akan besi “dimunculkan” ke kerak bumi melalui letusan gunung berapi dan proses magmatik lainnya, mendingin, dan membentuk deposit bijih besi yang kemudian dapat ditemukan dan ditambang oleh manusia.17 Interpretasi ini tidak hanya konsisten secara linguistik tetapi juga lebih akurat dalam menjelaskan bagaimana bijih besi yang kita gunakan bisa berada di kerak bumi, sebuah pertanyaan yang tidak terjawab oleh teori penurunan meteorit semata.

V. Kerangka Teologis Muhkamat dan Mutasyabihat

Untuk menengahi berbagai penafsiran yang ada, kerangka teologis Islam sendiri menyediakan alat konseptual yang sangat berguna, yaitu pembedaan antara ayat-ayat muhkamat dan mutasyabihat.

Sub-Bagian 5.1: Definisi dan Perbedaan Menurut Ulama

Konsep ini bersumber langsung dari Al-Qur’an, khususnya Surah Ali ‘Imran ayat 7. Para ulama mendefinisikan kedua kategori ini sebagai berikut:

  • Muhkamat (Yang Kokoh/Jelas): Ini adalah ayat-ayat yang maknanya jelas, tegas, dan tidak menimbulkan keraguan atau kemungkinan interpretasi lain. Ayat-ayat ini dianggap sebagai “induk” atau pokok-pokok ajaran Al-Qur’an (Ummul Kitab), yang mencakup prinsip-prinsip akidah, perintah, larangan, serta hukum-hukum halal dan haram.27 Ayat-ayat ini wajib diimani dan diamalkan.
  • Mutasyabihat (Yang Samar/Alegoris): Ini adalah ayat-ayat yang maknanya tidak dapat dipahami secara langsung dan literal. Maknanya bisa bersifat kiasan, mengandung banyak kemungkinan penafsiran, atau membahas hal-hal gaib (seperti sifat-sifat Allah, hakikat hari kiamat) yang esensinya hanya diketahui oleh Allah.27

Sub-Bagian 5.2: Sikap Ulama terhadap Ayat Mutasyabihat

Terdapat dua pendekatan utama di kalangan ulama dalam menyikapi ayat mutasyabihat:

  1. Madzhab Salaf (Generasi Awal): Cenderung mengambil sikap tafwidh, yaitu mengimani lafal ayat tersebut sebagaimana adanya, tanpa mencoba menakwilkan (menginterpretasi secara alegoris) atau mempertanyakan “bagaimana”-nya, sambil menyerahkan makna hakikinya sepenuhnya kepada Allah.29
  2. Madzhab Khalaf (Generasi Kemudian): Cenderung mengambil sikap ta’wil, yaitu memberikan interpretasi majazi (kiasan) yang paling layak dan sesuai dengan prinsip keagungan Allah, terutama untuk menghindari pemahaman antropomorfik (menyerupakan Allah dengan makhluk).29

Sub-Bagian 5.3: Menganalisis Surah Al-Hadid Ayat 25 sebagai Mutasyabihat

Dengan menggunakan kerangka ini, Surah Al-Hadid ayat 25, khususnya frasa wa anzalnal-hadid, dapat dipandang memiliki karakteristik mutasyabihat. Alasannya, frasa ini bukanlah bagian dari hukum yang jelas (muhkam), melainkan sebuah pernyataan tentang alam yang telah terbukti melahirkan beragam penafsiran yang sahih dalam ranahnya masing-masing:

  1. Makna Teologis-Etis (Klasik): Besi sebagai karunia dan ujian untuk menegakkan keadilan.
  2. Makna Kosmologis (‘I’jaz ‘Ilmi’): Besi sebagai materi yang asal-usul unsurnya dari “langit” (supernova).
  3. Makna Geologis (Alternatif): Besi sebagai materi yang “dimunculkan” ke permukaan melalui proses vulkanik.

Mengkategorikan ayat ini sebagai mutasyabihat membebaskan kita dari keharusan untuk memilih satu “jawaban benar” yang kaku dan menafikan yang lain. Sebaliknya, kita dapat menghargai bahwa ayat ini bisa benar dan bermakna pada beberapa tingkatan sekaligus: ia benar secara teologis, memiliki resonansi dengan fakta kosmologis, dan dapat pula dipahami melalui kiasan geologis.

VI. Sintesis dan Kesimpulan: Menemukan Jawaban dan Makna yang Lebih Dalam

Analisis interdisipliner ini membawa kita pada serangkaian kesimpulan yang jelas untuk menjawab pertanyaan awal dan memberikan pemahaman yang lebih mendalam.

  • Jawaban Langsung atas Pertanyaan Awal: Berdasarkan bukti geofisika dan praktik pertambangan yang solid, klaim bahwa bijih besi berada pada kedalaman 3.000 hingga 5.000 km adalah tidak benar. Kedalaman tersebut adalah lokasi inti luar Bumi yang terdiri dari unsur besi cair dan secara fundamental tidak dapat ditambang. Penambangan bijih besi yang sebenarnya terjadi secara eksklusif di kerak bumi, pada kedalaman yang sangat dangkal (umumnya kurang dari 2 km).
  • Meluruskan Miskonsepsi tentang Al-Qur’an: Al-Qur’an dalam Surah Al-Hadid ayat 25 tidak pernah menyatakan lokasi geologis besi pada kedalaman ribuan kilometer, juga tidak ada “posisi 5000” yang merujuk pada hal tersebut. Korelasi ini adalah hasil dari penafsiran modern yang keliru, yang tampaknya mencampuradukkan data ilmiah tentang kedalaman inti bumi dengan ayat tentang besi.
  • Kekayaan Makna Ayat Mutasyabihat: Memahami frasa wa anzalnal-hadid sebagai bagian dari ayat mutasyabihat membuka kekayaan maknanya. Frasa ini dapat dipahami secara simultan sebagai:
  • Sebuah Pernyataan Teologis: Menegaskan bahwa Allah adalah Pencipta dan Penyedia segala sesuatu, termasuk materi fundamental seperti besi yang menjadi pilar peradaban manusia.
  • Sebuah Gema Kosmologis: Mengisyaratkan bahwa materi di Bumi memiliki asal-usul di luar dirinya sendiri, sebuah kiasan yang beresonansi indah dengan fakta ilmiah tentang asal-usul unsur dari bintang.
  • Sebuah Kiasan Geologis: Menunjuk pada proses “dimunculkannya” sumber daya dari perut bumi ke permukaan agar dapat diakses dan dimanfaatkan oleh manusia.
  • Sebuah Pesan Moral Universal: Yang terpenting, ayat ini menempatkan besi dalam konteks keadilan. Ia menegaskan bahwa kekuatan dahsyat (ba’sun syadid) yang diwakili oleh besi harus selalu diimbangi oleh neraca keadilan (al-mizan) dan diarahkan untuk kemanfaatan umat manusia (manafi’u linnas).
BACA JUGA:   Mengungkap Rahasia Balaghah: Analisis Komparatif Lafaz Ja'alnahu dan Laja'alnahu dalam Surah Al-Waqi'ah

Pada akhirnya, pencarian makna dalam Al-Qur’an yang paling bermanfaat bukanlah yang berfokus pada pembuktian saintifik yang kaku dan literalistik. Pendekatan yang lebih bijaksana adalah menghargai kedalaman dan keluasan makna yang terkandung dalam setiap ayat. Pesan utama Surah Al-Hadid ayat 25 bukanlah tentang angka kedalaman geologis, melainkan tentang hubungan yang tak terpisahkan antara Tuhan, alam semesta, dan tanggung jawab etis manusia dalam menggunakan karunia kekuatan-Nya untuk membangun peradaban yang adil dan maslahat.

Karya yang dikutip

  1. Struktur Lapisan Bumi Beserta Gambar dan Penjelasannya, diakses Juni 19, 2025, https://www.tokopedia.com/blog/lapisan-bumi-edu/?utm_source=google&utm_medium=organic
  2. Cari Tahu Struktur Lapisan Bumi dan Penjelasannya untuk Dipelajari Si Kecil – Haibunda, diakses Juni 19, 2025, https://www.haibunda.com/parenting/20220919191830-61-286035/cari-tahu-struktur-lapisan-bumi-dan-penjelasannya-untuk-dipelajari-si-kecil
  3. 3 Struktur Lapisan Bumi beserta Penjelasan dan Gambarnya Lengkap – Mamikos, diakses Juni 19, 2025, https://mamikos.com/info/struktur-lapisan-bumi-penjelasannya-pljr/
  4. Penjelasan Lapisan Bumi Beserta Susunan Kimianya | kumparan.com, diakses Juni 19, 2025, https://kumparan.com/berita-update/penjelasan-lapisan-bumi-beserta-susunan-kimianya-1v1XrnwD6LI
  5. Mengenal Struktur Lapisan Bumi – Gramedia Literasi, diakses Juni 19, 2025, https://www.gramedia.com/literasi/struktur-lapisan-bumi/
  6. Mengenal Struktur Lapisan Bumi, Jenis, dan Karakteristiknya – Solar Industri, diakses Juni 19, 2025, https://solarindustri.com/blog/struktur-lapisan-bumi/
  7. IDENTIFIKASI BIJIH BESI (Fe) MENGGUNAKAN METODA GEOLISTRIK RESISTIVITAS KONFIGURASI WENNER- SCHLUMBERGER DI KABUPATEN LUWU – Journal Unhas, diakses Juni 19, 2025, https://journal.unhas.ac.id/index.php/geocelebes/article/download/2793/1728/6105
  8. Bijih besi – Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas, diakses Juni 19, 2025, https://id.wikipedia.org/wiki/Bijih_besi
  9. Brought forth Iron into the earth – Quran Project, diakses Juni 19, 2025, https://www.quranproject.org/Brought-forth-Iron-into-the-earth-438-d
  10. Area Anomali Magnetis Kursk: Tambang Bijih Besi Terbesar di Dunia, ‘Segitiga Bermuda’ Rusia – Russia Beyond, diakses Juni 19, 2025, https://id.russiaislove.com/discover-russia/79999-misteri-anomali-magnetis-kursk-fyx
  11. Mengenal Pertambangan Terbuka, Metode serta Dampaknya – Synapsis IoT Solutions, diakses Juni 19, 2025, https://synapsis.id/blog/pertambangan-terbuka-metode-dampak
  12. Mesin Penggali Bijih Besi di Kedalaman lebih Satu Kilometer …, diakses Juni 19, 2025, https://www.mmindustri.co.id/menggali-bijih-besi/
  13. Tafsir surat Al-Hadid ayat 25 | Laqad Arsalna Rusulana Bil-Bayyinati Wa Anzalna Maahumu Al-Kitaba – القرآن الكريم, diakses Juni 19, 2025, https://surahquran.com/tafsir-id-aya-25-sora-57.html
  14. Tafsir Quran Surat Al-Hadid Ayat 25 – detikcom, diakses Juni 19, 2025, https://www.detik.com/hikmah/quran-online/al-hadid/tafsir-ayat-25-5100
  15. Surat Al-Hadid Ayat 25 Arab, Latin, Terjemah dan Tafsir | Baca di …, diakses Juni 19, 2025, https://tafsirweb.com/10721-surat-al-hadid-ayat-25.html
  16. Tafsir Surah al-Hadid Ayat 25: Fungsi Besi bagi Kehidupan Manusia, diakses Juni 19, 2025, https://tafsiralquran.id/fungsi-besi-bagi-kehidupan-manusia/
  17. Benarkah Besi “Diturunkan” dari Langit …, diakses Juni 19, 2025, https://tdjamaluddin.wordpress.com/2020/03/25/benarkah-besi-diturunkan-dari-langit/
  18. The Miracle of Iron – idealmuslimah.com, diakses Juni 19, 2025, http://idealmuslimah.com/quraan/miracles/729-the-miracle-of-iron.html
  19. Mengungkap Rahasia Besi dalam Al-Qur’ān Menurut Zaģlul Rāģib Muḥammad An-Najjār, diakses Juni 19, 2025, https://repo.unida.gontor.ac.id/6574/1/7.%20Mengungkap%20Rahasia%20Besi%20dalam%20Al-Qur%E2%80%99%C4%81n%20Menurut%20Za%C4%A3lul%20R%C4%81%C4%A3ib%20Mu%E1%B8%A5ammad%20An-Najj%C4%81r%20%28Pendekatan%20At-Tafs%C4%ABr%20Al-%CE%8Alm%C4%AB%29.pdf
  20. Keberadaan Besi dalam Kosmos: Perspektif Ilmiah dan Al-Qur’an – CV MARYAM SEJAHTERA, diakses Juni 19, 2025, https://maryamsejahtera.com/index.php/Religion/article/download/940/813/2135
  21. Besi Bukan Diciptakan di Bumi, Melainkan Langsung Diturunkan dari Langit – Yayasan Takrimul Quran, diakses Juni 19, 2025, https://takrimulquran.org/besi-bukan-diciptakan-di-bumi-melainkan-langsung-diturunkan-dari-langit/
  22. Read the Miracles of Quran – Street Directory, diakses Juni 19, 2025, https://www.streetdirectory.com/travel_guide/153792/science/read_the_miracles_of_quran.html
  23. The Scientific Miracles of the Holy Quran 17 Videos – The Religion of Islam, diakses Juni 19, 2025, https://www.islamreligion.com/category/1034/scientific-miracles-of-holy-quran
  24. Kajian Besi Dalam Perspektif Al-Qur’an – dakwah sumut, diakses Juni 19, 2025, https://www.dakwahsumut.com/2023/01/kajian-besi-dalam-perspektif-al-quran.html
  25. Bukti Keajaiban Al Qur’an Pada Ilmu Pengetahuan – MONITOR, diakses Juni 19, 2025, https://monitor.co.id/2017/12/30/bukti-keajaiban-al-quran-pada-ilmu-pengetahuan/
  26. A Fortress of Iron or a Castle of Sand? – Answering Islam, diakses Juni 19, 2025, https://www.answering-islam.org/authors/masihiyyen/rebuttals/yahya/iron.html
  27. MUHKAM DAN MUTASYABIH DALAM ULUMUL QUR’AN – Jurnal IAI-IPMU Gumawang OKU Timur, diakses Juni 19, 2025, https://jurnal.insanprimamu.ac.id/index.php/misbahul/article/download/355/349/1073
  28. NIZHAMIYAH, Vol. VI, No.2, Juli – Desember 2016 ISSN : 2086 – 4205 KEBERADAAN AYAT MUHKAM DAN MUTASYABIH DALAM AL-QURAN – JURNAL TARBIYAH UINSU, diakses Juni 19, 2025, https://jurnaltarbiyah.uinsu.ac.id/index.php/nizhamiyah/article/download/66/54
  29. Al-Quran Ayat Muhkam dan Mutasyabih, Serta Sikap Ulama – OJS STIT PRINGSEWU, diakses Juni 19, 2025, https://ejurnal-stitpringsewu.ac.id/index.php/l-dhad/article/download/486/267/1180
  30. Apa Perbedaan Ayat Mutasyaabihat dan Muhkamat – PONPES Al Hasanah Bengkulu, diakses Juni 19, 2025, https://ponpes.alhasanah.sch.id/pengetahuan/apa-perbedaan-ayat-mutasyaabihat-dan-muhkamat/
  31. SIKAP ULAMA TERHADAP AYAT MUTASYABIHAT DALAM ALQURAN, diakses Juni 19, 2025, https://mushafjournal.com/index.php/mj/article/download/31/41/64

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *