Pendahuluan: Peta Lanskap Dakwah di Era Digital Indonesia
Ringkasan Eksekutif
Dalam dekade terakhir, lanskap dakwah Islam di Indonesia telah mengalami transformasi fundamental, bergeser dari mimbar-mimbar fisik ke platform digital yang dinamis dan interaktif. Kemajuan pesat teknologi informasi, khususnya penetrasi internet dan media sosial, telah melahirkan sebuah ekosistem baru di mana pesan-pesan keagamaan disebarluaskan dengan kecepatan dan jangkauan yang belum pernah terjadi sebelumnya.1 Fenomena ini tidak hanya mengubah medium penyampaian, tetapi juga melahirkan generasi baru pendakwah yang dikenal sebagai ‘Ustadz Youtuber’.1 Tokoh-tokoh seperti Ustadz Abdul Somad (UAS), Ustadz Adi Hidayat (UAH), dan lainnya telah berhasil memanfaatkan platform seperti YouTube, Instagram, dan TikTok untuk membangun audiens yang masif, melintasi batas geografis dan demografis.1 Dakwah tidak lagi terbatas pada kegiatan tatap muka di masjid atau majelis taklim, melainkan telah menjadi konten yang dapat diakses kapan saja dan di mana saja, menjadikan internet sebagai sumber rujukan utama bagi banyak umat Muslim, terutama generasi muda.4 Transformasi ini membawa peluang sekaligus tantangan, mulai dari demokratisasi pengetahuan agama hingga risiko penyebaran informasi yang tidak terverifikasi dan komersialisasi dakwah.6
PODCAST TREN TEMA DAKWAH DAN PENDAKWAH
Demografi Audiens dan Preferensi Konten
Audiens utama dalam ekosistem dakwah digital ini adalah generasi Milenial (lahir 1981-1996) dan Gen Z (lahir 1997-2012), yang secara kolektif merupakan kelompok demografis terbesar dan pengguna internet paling aktif di Indonesia.7 Generasi ini memiliki karakteristik dan preferensi konten yang berbeda secara signifikan dari generasi sebelumnya. Mereka cenderung mencari konten yang otentik, relevan dengan pengalaman hidup mereka, dan disajikan dalam format yang kreatif serta menarik secara visual.9 Daripada sekadar dogma atau ajaran ritualistik, mereka lebih tertarik pada dakwah yang menawarkan solusi spiritual atas kegelisahan kontemporer. Isu-isu seperti stabilitas keuangan, kesehatan mental, pencarian jodoh, dan keadilan sosial menjadi tema yang sangat beresonansi.7 Gaya penyampaian yang santai, humoris, dan dialogis lebih disukai daripada pendekatan satu arah yang formal dan kaku. Pendakwah seperti Ustadz Hanan Attaki, yang secara spesifik menargetkan “pemuda hijrah” dengan gaya yang dekat dengan keseharian anak muda, merupakan contoh sukses dari adaptasi ini.3
Pembahasan selengkapnya dapat didownload melalui link berikut: Tren Konten Dakwah Digital Teratas di Indonesia (Analisis Satu Tahun Penuh)