Bahaya Salah Memilih Pemimpin

    إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ، نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا. مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَ نَبِيَّ وَلاَ رَسُوْلَ بَعْدَهُ، قَدْ أَدَّى اْلأَمَانَةَ وَبَلَّغَ الرِّسَالَةَ وَنَصَحَ اْلأُمَّةَ وَجَاهَدَ فِيْ سَبِيْلِهِ حَقَّ جِهَادِهِ.

    اَلصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا الْمُصْطَفَى مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ سَلَكَ سَبِيْلَهُ وَاهْتَدَى بِهُدَاهُ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.رَبِّ اشْرَحْ لِيْ صَدْرِيْ وَيَسِّرْ لِيْ أَمْرِيْ وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِنْ لِسَانِيْ يَفْقَهُوْا قَوْلِيْ.

    قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ: يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. وَقَالَ: إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تُؤَدُّوا الْأَمَانَاتِ إِلَى أَهْلِهَا وَإِذَا حَكَمْتُم بَيْنَ النَّاسِ أَن تَحْكُمُوا بِالْعَدْلِ ۚ إِنَّ اللَّهَ نِعِمَّا يَعِظُكُم بِهِ ۗ إِنَّ اللَّهَ كَانَ سَمِيعًا بَصِيرًا

    وَقَالَ النَّبِيُ : مَنِ اسْتَعْمَلَ رَجُلاً عَلَى عَصَابَةٍ وَ فِيْهِمْ مَنْ هُوَ اَرْضَى اللهُ مِنْهُ فَقَدْ خَانَ اللهَ وَ رَسُوْلَهُ وَ اْلمُؤْمِنِيْنَ. الحاكم

    Jamaah Jum’at hamba Allah yang dirahmati Allah Subhanahu wa Ta’ala.

    Segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala, shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga, dan para sahabatnya.

    Khotib berwasiat kepada diri sendiri khususnya dan jama’ah sekalian marilah kita bertaqwa kepada Allah dengan sebenar-benarnya taqwa, semoga kita akan menjadi orang yang istiqamah sampai akhir hayat kita.

    Ma’asyirol Muslimin Rahimani Wa Rahimukumullah…

    Segala perintah Allah pasti baik dikerjakan. Segala larangan Allah pasti baik ditinggalkan. Karena Allah Subhanahu Wata’ala Mahabaik dan hidup sesuai aturan Allah adalah kebaikan. Maka jangan bermaksiat kepada Allah dengan melanggar aturan Allah, karena itu adalah sumber keburukan.

    Keburukan akibat kemaksiatan yang dilakukan manusia tidak saja berdampak pada dirinya, bahkan batu, binatang, dan tumbuh-tumbuhan pun bisa merasakan.

    ظَهَرَ ٱلْفَسَادُ فِى ٱلْبَرِّ وَٱلْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِى ٱلنَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعْضَ ٱلَّذِى عَمِلُوا۟ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ

    Artinya: Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). (QS. Ar-Rum: 41).

    Tidak ada fakta dengan mencuri, meninggalkan sholat, zina, mabuk-mabukan, dan kemaksiatan lainnya lalu seseorang merasakan ketenangan dan kebahagiaan dalam hidup. Tidak ada! Oleh sebab itu, jangan maksiat memilih pemimpin.

    إِنَّا عَرَضْنَا الْأَمَانَةَ عَلَى السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَالْجِبَالِ فَأَبَيْنَ أَنْ يَحْمِلْنَهَا وَأَشْفَقْنَ مِنْهَا وَحَمَلَهَا الْإِنْسَانُ ۖ إِنَّهُ كَانَ ظَلُومًا جَهُولًا

    “Sesungguhnya Kami telah menawarkan amanat kepada langit, bumi, dan gunung-gunung; tetapi semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir tidak akan melaksanakannya. Lalu, dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya ia (manusia) sangat zalim lagi sangat bodoh,” (QS Al-Ahzab : 72).

    Ayat ini menggambarkan sebuah konsep penting dalam Islam yaitu tentang ‘amanat’ atau tanggung jawab. Dalam konteks ayat ini, ‘amanat’ merujuk pada tanggung jawab besar untuk mematuhi perintah Allah dan menjalankan hukum-hukum-Nya, serta tanggung jawab moral dan etika dalam berperilaku, termasuk dalam pelaksanaan amanah kepemimpinan.

    Imam Al-Ghazali mengaitkan pentingnya pemimpin dengan kelestarian agama sebagai berikut:

    المُلْكُ وَالدِّيْنُ تَوْأَمَانِ فَالدِّيْنُ أَصْلٌ وَالسُّلْطَانُ حَارِسٌ وَمَا لَا أَصْلَ لَهُ فَمَهْدُوْمٌ وَمَا لَا حَارِسَ لَهُ فَضَائِعٌ

    “Kekuasaan dan agama merupakan dua saudara kembar. Agama sebagai landasan dan kekuasaan sebagai pengawalnya. Sesuatu yang tidak memiliki landasan pasti akan tumbang. Sedangkan sesuatu yang tidak memiliki pengawal akan tersia-siakan.” (Abu Hamid al-Ghazali, Ihyâ Ulumiddin, tt, Beirut: Darul Ma’rifah, Juz 1, h. 17)

    Imam Al-Mawardi mengatakan dalam kitab Ahkam Sulthaniyah: “Kepemimpinan bertugas sebagai pengganti kenabian dalam melindungi agama dan mengatur kemaslahatan hidup. Berdasarkan ijma ulama bahwa mengangkat seseorang yang memiliki kredibilitas dalam menjalankan tugas imamah di kalangan umat ini hukumnya WAJIB”.

    BACA JUGA:   Potensi Bahaya Pemimpin yang Menang dengan Cara Curang

    Persoalan pemimpin dalam Islam sangat krusial. Ia dibutuhkan dalam masyarakat atau komunitas bahkan dalam lingkup yang sangat kecil sekalipun. Adanya pemimpin mengandaikan adanya sistem secara lebih terarah. Tentu saja pemimpin di sini bukan seseorang dengan otoritas mutlak. Ia dibatasi oleh syarat-syarat tertentu yang membuatnya harus berjalan di atas jalan yang benar. Jangan sampai salah memilih pemimpin, sebab salah memilih pemimpin adalah sebuah bentuk kemaksiatan kepada Allah dan Rasulullah SAW.

    Apa bentuk kemaksiatan dalam memilih pemimpin itu? kemaksiatan memilih pemimpin itu adalah:

    Pertama, memberikan amanah kepemimpinan kepada orang yang tak layak memimpin. Allah Ta’la berfirman:

    إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تُؤَدُّوا الْأَمَانَاتِ إِلَى أَهْلِهَا وَإِذَا حَكَمْتُم بَيْنَ النَّاسِ أَن تَحْكُمُوا بِالْعَدْلِ ۚ إِنَّ اللَّهَ نِعِمَّا يَعِظُكُم بِهِ ۗ إِنَّ اللَّهَ كَانَ سَمِيعًا بَصِيرًا

    Sesungguhnya Allah memerintahkan kamu untuk menyerahkan amanat-amanat kepada yang berhak menerimanya, dan apabila kamu menetapkan hukum di antara manusia, supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (QS An Nisa: 58).

    Rasulullah bersabda:

    (مَنِ اسْتَعْمَلَ رَجُلاً عَلَى عَصَابَةٍ وَ فِيْهِمْ مَنْ هُوَ اَرْضَى اللهُ مِنْهُ فَقَدْ خَانَ اللهَ وَ رَسُوْلَهُ وَ اْلمُؤْمِنِيْنَ. (الحاكم

    “Siapa yang mengangkat seseorang untuk mengelola urusan kaum Muslimin, lalu ia mengangkatnya, sementara pada saat yang sama dia mengetahui ada orang yang lebih layak dan sesuai daripada orang yg dipilihnya, maka dia telah berkhianat kepada Allah dan Rasul-NYA.” (HR Al Hakim).

    عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: بَيْنَمَا النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي مَجْلِسٍ يُحَدِّثُ الْقَوْمَ، جَاءَهُ أَعْرَابِيٌّ فَقَالَ: مَتَى السَّاعَةُ؟ فَمَضَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُحَدِّثُ، فَقَالَ بَعْضُ الْقَوْمِ: سَمِعَ مَا قَالَ فَكَرِهَ مَا قَالَ، وَقَالَ بَعْضُهُمْ: بَلْ لَمْ يَسْمَعْ. حَتَّى إِذَا قَضَى حَدِيثَهُ، قَالَ: أَيْنَ السَّائِلُ عَنِ السَّاعَةِ؟ قَالَ: هَا أَنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ. قَالَ: فَإِذَا ضُيِّعَتِ الْأَمَانَةُ فَانْتَظِرِ  لسَّاعَةَ. قَالَ: كَيْفَ إِضَاعَتُهَا؟ قَالَ: إِذَا وُسِّدَ الْأَمْرُ إِلَى
    غَيْرِ أَهْلِهِ فَانْتَظِرِ السَّاعَةَ

    Dari Abu Hurairah, ia berkata: Ketika Nabi SAW dalam sebuah majelis sedang berbicara kepada orang-orang, datanglah seorang Arab Badui lalu bertanya, “Kapan Hari Kiamat?” Rasulullah SAW melanjutkan pembicaraannya. Beberapa orang berkata, “Beliau mendengar apa yang ditanyakan tetapi tidak menyukai pertanyaannya.” Dan ada yang berkata, “Beliau tidak mendengarnya.” Ketika Rasulullah SAW selesai berbicara, beliau bertanya, “Di mana orang yang menanyakan tentang Hari Kiamat?” Orang itu menjawab, “Saya di sini, ya Rasulullah.” Beliau berkata, “Jika amanah telah hilang, maka tunggulah Hari Kiamat.” Orang itu bertanya, “Bagaimana hilangnya amanah itu?” Beliau menjawab, “Ketika urusan diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah Hari Kiamat.”

    Jangan berkhianat dan bermaksiat kepada Allah dengan memilih pemimpin yang tak layak memimpin. Imam Hasan Al Bashri mengingatkan, “Kalian diberi pemimpin (dengan kualitas) seperti ini karena (sesuai kualitas) diri kalian sendiri. Pemimpin kalian adalah buah dari amalan kalian. Dan kalian akan dipimpin oleh orang yang seperti (kulitasnya sama dengan kualitas) kalian.”(Kitab Kasyfu al Khafa, dikutip dari As Sunnah, Edisi 06, 2014).

    Ma’asyirol Muslimin Rahimani Wa Rahimukumullah…

    Kedua, memilih pemimpin dari kalangan orang-orang kafir, atau dikelilingi dan didukung oleh orang-orang kafir, atau orang fasiq (pelaku dosa besar). Allah mengingatkan;

    BACA JUGA:   Potensi Bahaya Pemimpin yang Menang dengan Cara Curang

    يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا الْكَافِرِينَ أَوْلِيَاءَ مِن دُونِ الْمُؤْمِنِينَ

    “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang kafir menjadi wali (pemimpin) dengan meninggalkan orang-orang mukmin.” (QS An Nisa: 144).

    Semoga kita memilih pemimpin pada pemilu di seluruh Indonesia dengan amanah, cerdas, dan bertanggung jawab. Bukan karena uang atau selembar baju kaos yang cepat usang.

    Inilah saat pengetahuan agama, idealisme, dan keberpihakan kita kepada yang benar, bukan yang bayar diuji. Demi kebaikan daerah masing-masing 5 tahun yang akan datang. Buya Hamka pernah berpesan, “Biar kalah asal tidak salah”. Tidak salah dalam arti tidak melabrak ajaran agama. Kalau ini komitmen kita bersama dalam memilih pemimpin, maka kebenaran takkan kalah.

    Nasehat bagi masyarakat dalam memilih pemimpin yang benar.

    “Tidak ada yang menyelamatkan kita dari fitnah kecuali jika Anda menjalani proses pemilihan ini dengan penuh kerinduan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan merasakan sebuah tanggung jawab besar dihadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Jangan memilih siapapun kecuali terbetik di hati anda makna kejayaan Islam dan umat Islam di bawah pengayoman pemimpin yang anda pilih.

    Sekaligus sadari bahwa peran hati sangatlah menentukan pilihan kita. Hati inilah yang akan menumbuhkan amanat dan tanggung jawab di hadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Amanah yang ada di pundak kita adalah amat besar.

    Sekali Anda memilih seorang calon sementara Anda sadar secara lahir ada tanda-tanda ketidak baikan padanya dan Anda pun tetap memilihnya. Apalagi jika pilihan Anda berangkat dari kepentingan Anda pribadi atau imbalan materi.

    Jika ternyata pemimpin itu adalah benar-benar pemimpin yang culas, korup dan berkhianat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan agama Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka Anda adalah salah satu orang yang mempunyai saham dalam dosa-dosa bersama pemimpin tersebut.

    Setiap dosa yang dilakukan pemimpin tersebut jika dilakukan atas dasar kepemimpinan yang Anda berikan kepadanya adalah tabungan dosa buat Anda yang telah memilihnya.

    Menjaga amanat yang dibebankan kepada Anda adalah kejernihan pikir dan hati Anda disaat memilih dengan tidak terpengaruh oleh rupiah, hadiah dan janji jabatan yang diberikan kepada Anda atau hubungan persaudaraan atau organisasi dan partai. “Hadirkan dihati Anda kejayaan Islam dan umat Islam di saat hendak memilih. Jauhkan kepentingan kepentingan yang tidak karena Allah Subhanahu wa Ta’ala.

    Bahaya Salah Memilih Pemimpin

    Dalam Islam, kepemimpinan dianggap sebagai amanah (tanggung jawab) yang sangat besar. Salah memilih atau salah dalam menjalankan kepemimpinan bisa membawa dampak negatif yang serius, baik bagi pemimpin itu sendiri maupun bagi orang-orang yang ia pimpin. Berikut adalah beberapa bahaya atau konsekuensi negatif yang dapat timbul dari kesalahan dalam kepemimpinan menurut perspektif Islam:

    1. Pertanggungjawaban di Akhirat: Dalam Islam, seorang pemimpin akan ditanya dan dimintai pertanggungjawaban atas cara ia memimpin dan mengelola rakyat atau umatnya. Kesalahan dalam kepemimpinan bisa berakibat pada pertanggungjawaban yang berat di hadapan Allah SWT pada Hari Kiamat.
    2. Ketidakadilan dan Zalim: Salah satu prinsip penting dalam Islam adalah keadilan. Seorang pemimpin yang tidak adil dalam pengambilan keputusan atau dalam memperlakukan rakyatnya bisa dianggap zalim, dan kezaliman adalah salah satu dosa besar dalam Islam.
    3. Kerusakan Moral dan Sosial: Pemimpin yang tidak amanah atau yang memberikan contoh buruk bisa menyebabkan kerusakan moral dan sosial di kalangan masyarakat. Ini termasuk penyebaran praktik korupsi, nepotisme, dan ketidakadilan.
    4. Ketidakstabilan Masyarakat: Kesalahan dalam kepemimpinan bisa mengakibatkan ketidakstabilan sosial, politik, dan ekonomi. Ketidakpuasan rakyat terhadap pemimpin yang tidak amanah bisa menimbulkan konflik dan ketidakamanan.
    5. Hilangnya Kepercayaan Umat: Seorang pemimpin dalam Islam seharusnya menjadi contoh yang baik bagi rakyatnya. Jika pemimpin tersebut gagal dalam tugasnya, ini bisa mengakibatkan hilangnya kepercayaan umat kepadanya, yang pada gilirannya mengikis legitimasi kepemimpinannya.
    6. Dampak pada Generasi Berikutnya: Kesalahan dalam kepemimpinan tidak hanya berdampak pada masa kini, tetapi juga bisa berpengaruh buruk terhadap generasi berikutnya, baik dalam bentuk praktek kepemimpinan yang buruk maupun dampak sosial dan ekonomi yang berkepanjangan.
    7. Gangguan dalam Implementasi Syariah: Dalam konteks negara atau masyarakat yang menerapkan hukum Islam, kesalahan dalam kepemimpinan bisa mengganggu pelaksanaan dan penerapan syariah, yang pada gilirannya berdampak pada kehidupan beragama umat Islam.
    BACA JUGA:   Potensi Bahaya Pemimpin yang Menang dengan Cara Curang

    Islam menekankan pentingnya memilih pemimpin yang kompeten, adil, bertakwa, dan memenuhi syarat-syarat kepemimpinan yang baik. Kegagalan dalam hal ini tidak hanya berdampak dunia, tetapi juga akhirat.

    Ma’asyirol Muslimin Rahimani Wa Rahimukumullah…

    Untuk itu, ada lima hal untuk bekal hati dalam memilih pemimpin:

    1. Niat yang mulia yang dibarengi shalat hajat, istikharah dan permohonan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
    2. Tentang kedekatan calon pemimpin kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
    3. Kedekatan calon dengan hamba-hamba Allah Subhanahu wa Ta’ala, dalam arti telah terbukti dalam hidupnya ada perjuangan untuk umat agar semakin dekat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
    4. Siapa saja yang berada di sekitar calon tersebut. Pemimpin yang baik jika yang menemaninya adalah orang yang tidak takut kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka amat sulit baginya untuk menegakkan sebuah kebenaran atau menghentikan kemungkaran.
    5. Tawakal, berserah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala yang Maha Memberi petunjuk dan bimbingan.

    بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ

    أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُوْا اللهَ لِيْ وَلَكُمْ

     

     

    Khutbah Kedua

    الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُوْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.

    جَمَاعَةَ الْجُمُعَةِ، أَرْشَدَكُمُ اللهُ. أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهُ، وَمَن يَتَّقِ اللهَ يَجْعَل لَّهُ مِنْ أَمْرِهِ يُسْرًا وَيَرْزُقُهُ مِنْ حَيْثُ لاَ يَحْتَسِبُ، وَمَن يَتَّقِ اللهَ يُعْظِمْ لَهُ أَجْرًا.

    إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ. اَللَّهُمَ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ. اَللَّهُمَّ انْصُرِ الْمُجَاهِدِيْنِ فِيْ كُلِّ مَكَانٍ وَزَمَانٍ.

    رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِاْلإِيْمَانِ وَلاَ تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِّلَّذِيْنَ ءَامَنُوْا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ. رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا ذُنُوْبَنَا وَتَوَفَّنَا مَعَ اْلأَبْرَارِ. رَبَّنَا لاَ تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَّسِيْنَا أَوْ أَخْطَأْنَا، رَبَّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِيْنَ مِن قَبْلِنَا، رَبَّنَا وَلاَ تُحَمِّلْنَا مَالاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ، وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنتَ مَوْلاَنَا فَانصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ. اَللَّهُمَّ إِنَا نَسْأَلُكَ رِضَاكَ وَجَنَّتَكَ وَنَسْأَلُكَ شَهَادَةً فِيْ سَبِيْلِكَ. اَللَّهُمَّ أَهْلِكِ الْكَفَرَةَ وَالْمُبْتَدِعَةَ وَالْمُشْرِكِيْنَ أَعْدَائَكَ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ.

    اَللَّهُمَّ شَتِّتْ شَمْلَهُمْ وَمَزِّقْ جَمْعَهُمْ وَزَلْزِلْ أَقْدَامَهُمْ وَأَلْقِ فِيْ قُلُوْبِهِمُ الرُّعْبَ. اَللَّهُمَّ عَذِّبْهُمْ عَذَابًا شَدِيْدًا وَحَسِّبْهُمْ حِسَابًا ثَقِيْلاً. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.

    عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.

    Leave a Reply

    Your email address will not be published. Required fields are marked *