Falakiyah PBNU Tetapkan Kriteria Qath’iy Rukyah dengan Elongasi Minimal 9,9 Derajat

    Qath’iy Rukyah NU dirumuskan dalam rangka menjaga agar umur bulan tetap di antara 29 atau 30 hari. Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Lembaga Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menyepakati pemberlakuan kriteria Qath’iy Rukyah Nahdlatul Ulama (QRNU) berupa elongasi minimal 9,9 derajat.

    Hal ini memiliki konsekuensi tidak memberlakukan istikmal (nafyul ikmal) saat kriteria tersebut tercapai. Artinya, ketika hilal tidak terlihat, tidak digenapkan menjadi 30 hari melainkan tetap 29 hari dan esoknya sudah masuk bulan baru.

    Keputusan ini dirumuskan bersama para peserta Rakernas Falakiyah di STMIK AMIK Bandung, Jawa Barat pada Sabtu (10/12/2022).

    Konsep QRNU ini dirumuskan dalam rangka menjaga agar umur bulan tetap di antara 29 atau 30 hari. Sebab, pernah terjadi peristiwa tak biasa dalam kalender Hijriah, yaitu kalender dalam satu bulan hanya berumur 28 hari dan 31 hari di kalender lainnya. ad “Ini kalau tidak ada yang melihat hilal, (tetap) masuk bulan (baru) agar tidak berumur 28 hari (bulan berikutnya),” kata KH Shofiyullah, Wakil Ketua LF PBNU.

    Kalender berumur 28 hari ini pernah terjadi di Arab Saudi pada Ramadhan 1404 H atau bertepatan dengan tahun 1984. Pemerintah Arab Saudi mewajibkan penduduknya untuk mengqadha satu puasa Ramadhan selepas idul fitri.

    Hal yang sama hampir terjadi di Indonesia pada Jumadal Akhirah 1438 H atau bertepatan dengan tahun 2017. Pada penetapan hilal Jumadal Akhirah 1438 H, hilal tidak terlihat meski kedudukannya sudah tinggi, yaitu 7 derajat 8 menit hingga 8 derajat 51 menit di seluruh Indonesia. Baca Juga Ilmu Falak: Integrasi Sains dan Agama   Karena tak terlihat, maka bulan itu disempurnakan menjadi 30 hari atau istikmal. Namun, pada 28 Jumadal Akhirah 1438 H, terdapat laporan berhasil melihat hilal dan memang memenuhi syarat imkanurrukyah. Agar jumlah minimal 29 hari terpenuhi, istikmal pada awal Jumadal Akhirah 1438 H itu dinyatakan batal.

    Sementara jumlah 31 hari dalam kalender Hijriah pernah dialami sejumlah negara Timur Tengah pada Zulhijjah 1428 H atau bertepatan dengan Desember 2007.

    Arab Saudi menetapkan 1 Zulhijjah bertepatan dengan Senin, 10 Desember 2007, sedangkan 1 Muharram 1429 H pada Kamis, 10 Januari 2008. Hal itu membuat satu bulan Zulhijjah 1428 H di Arab Saudi berumur 31 hari. Keputusan yang sama juga diambil oleh Kuwait, Bahrain, Suriah, dan Yordania.

    Keputusan 9,9 derajat elongasi juga ditetapkan berdasarkan simulasi matematis mengenai kedudukan bulan dan matahari pascaijtimak yang menunjukkan dinamika gerak bulan yang khas.

    Artinya, jika elongasi sudah mencapai 9,9 derajat, meskipun hilal tidak terlihat, sudah bisa ditetapkan untuk masuk bulan berikutnya. Hal ini untuk mencegah agar usia bulan berikutnya tidak 28 hari jika diberlakukan istikmal.

    Gus Shofi, sapaan akrabnya, menjelaskan bahwa kriteria elongasi 9,9 derajat ini aman sampai 200 tahun ke depan. “Sudah disimulasikan tidak akan terjadi 28 (hari),” pungkas dia.

    ===

    Lembaga Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LF PBNU) mengeluarkan data hilal awal Syawal 1445 H pada Rabu, 29 Ramadhan 1445 H bertepatan dengan 9 April 2024 M.

    Dirilis dari laporan “Hilal Awal Syawal 1445 H”, data LF PBNU meliputi ketinggian hilal, elongasi, waktu ijtima’, lama hilal, keadaan hilal, letak hilal, hingga matahari.

    1. Ketinggian hilal Tinggi hilal mari’e atau irtifa’a adalah busur yang ditarik tegak lurus dari ufuk toposentrik (mar’ie) menuju titik zenith hingga tepat berujung di pusat cakram bulan.

    Tinggi hilal terkecil di Indonesia saat matahari terbenam pada Selasa, 29 Ramadhan 1445 H atau bertepatan 9 April 2024 M berada di Kota Merauke, Provinsi Papua Selatan dengan tinggi +4 derajat 52 menit, sedangkan parameter hilal terbesar terjadi di Kota Lhoknga, Provinsi Aceh dengan tinggi +7 derajat 28 detik.

    2. Elongasi Elongasi adalah busur yang ditarik dari pusat cakram matahari secara langsung menuju ke pusat cakram bulan secara geosentrik (haqiqy).

    Elongasi terkecil di Indonesia saat matahari terbenam pada Selasa, 29 Ramadhan 1445 H atau bertepatan 9 April 2024, sebesar 8 derajat 30 menit di Kota Merauke, Provinsi Papua Selatan dan sampai dengan 10 derajat 19 menit derajat di Kota Lhoknga, Provinsi Aceh.

    3. Lama hilal Lama hilal adalah lamanya hilal di atas ufuk mar’ie dari sejak terbenamnya matahari hingga terbenamnya bulan.

    Adapun lama hilal di atas ufuk pada Selasa, 29 Ramadhan 1445 H atau bertepatan 9 April 2024, mulai 23 menit 19 detik di Kota Merauke, Provinsi Papua Selatan sampai dengan lama hilal 32 menit 46 detik di Lhoknga, Aceh.

    4. Ijtimak atau konjungsi Ijtimak atau konjungsi bulan-matahari adalah sejajarnya matahari dan bulan dalam satu garis bujur ekliptika yang sama secara geosentrik (haqiqy), yakni jika ditinjau dari titik pusat bumi (bukan permukaan bumi). Kendati menempati bujur ekliptika yang sama, pada saat ijtima’ kali ini tidak terjadi gerhana matahari karena kedua benda langit menempati garis lintang ekliptikanya masing–masing.

    Ijtimak bulan awal Syawal 1445 H ini terjadi pada Selasa Legi 9 April 2024 M pukul 01:22:49 WIB jika merujuk titik lokasi Gedung PBNU Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat dengan koordinat 6º 11’ 25” LS 106º 50’ 50” BT.

    5. Kedudukan dan keadaan hilal Kedudukan hilal adalah busur yang ditarik sejajar dari ufuk dari titik pangkal garis tinggi yang tegaklurus ufuk toposentrik menuju pusat cakram matahari hingga berujung di titik di mana pangkal garis irtifa’ hilal berada pada saat matahari terbenam.

    Disebut juga as-simtu relatif Matahari dan hilal. Kedudukan hilal pada 9 April 2024 berada pada posisi 5 derajat 47 menit 08 detik utara matahari.

    Keadaan hilal adalah kemiringan sabit bulan sempurna. Jika berada di sebelah selatan matahari, maka kemiringan hilal adalah ke selatan, demikian sebaliknya. Keadaan hilal pada 9 April 2024 miring ke utara.

    6. Letak matahari dan hilal Letak Matahari adalah busur yang ditarik sejajar ufuk dari titik barat sejati ke titik pangkal garis tinggi yang tegaklurus ufuk toposentrik menuju pusat cakram matahari saat terbenam. Sementara letak hilal adalah busur yang ditarik sejajar ufuk dari titik Barat sejati ke titik di mana pangkal garis irtifa’ hilal berada pada saat matahari terbenam. Disebut juga as-simtu matahari dan as-simtu hilal.

    Letak matahari pada 9 April 2024 berada pada 7 derajat 48 menit 03 detik utara titik barat, sedangkan letak hilal berada pada 13 derajat 35 menit 11 detik utara titik barat.

    ===

    Sumber:

    1) https://www.nu.or.id/nasional/kapan-lebaran-ini-data-hilal-falakiyah-pbnu-untuk-1-syawal-1445-EiR2L

    2) https://www.nu.or.id/nasional/falakiyah-pbnu-tetapkan-kriteria-qath-iy-rukyah-dengan-elongasi-minimal-9-9-derajat-brEZA

    Leave a Reply

    Your email address will not be published. Required fields are marked *