KHUTBAH PERTAMA: FONDASI TRANSFORMASI DIRI DAN KETERATURAN PERADABAN
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ
اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ
أَمَّا بَعْدُ، فَيَا عِبَادَ اللَّهِ، أُوصِيكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللَّهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُونَ.
قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُون
Ma’asyiral Muslimin, sidang Jumat rahimakumullah,
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah mempertemukan kita di hari yang mulia ini, di penghujung tahun 1446 Hijriah. Sebentar lagi, dengan izin-Nya, kita akan melangkahkan kaki memasuki tahun baru, 1 Muharram 1447 Hijriah. Momen pergantian tahun ini adalah saat yang tepat bagi kita untuk merenung, bermuhasabah, dan mengambil pelajaran dari peristiwa terbesar yang menjadi fondasi penanggalan kita: peristiwa Hijrah Nabi Muhammad ﷺ. Khotib mengingatkan pada kita semua untuk selalu bertaqwa kepada Allah SWT. Menjalankan semua perintah Allah SWT dan meninggalkan semua larangan Allah SWT
Shalawat dan salam semoga selau tercurah kepada Rasulullah SAW., keluarga, shahabat dan ulama seluruh alam yang senantiasa mengikuti dan menyebarkan sunnah baginda Muhammad SAW.
DOWNLOAD FILE PDF: Khutbah Jumat_ Hijrah dan Kalender Hijriah Global
Hijrah: Titik Balik Peradaban dan Penanda Waktu Umat
Jamaah Jumat yang berbahagia,
Peristiwa Hijrah Nabi Muhammad ﷺ dari Makkah ke Madinah bukanlah sekadar perpindahan fisik dari satu kota ke kota lain. Ia adalah sebuah titik balik peradaban (turning point) yang mengubah wajah sejarah dunia.1 Hijrah adalah transisi monumental dari fase dakwah yang penuh penindasan dan bersifat reaktif, menuju fase pembangunan masyarakat, negara, dan peradaban yang terorganisir secara proaktif.
Signifikansi peristiwa ini begitu mendalam sehingga Khalifah Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu, melalui ijtihadnya yang cemerlang, menetapkannya sebagai titik nol, sebagai awal dari kalender Islam. Ini menunjukkan sebuah kesadaran historis yang luar biasa. Para sahabat tidak memilih tahun kelahiran Nabi, atau tahun turunnya wahyu pertama, melainkan memilih sebuah peristiwa yang menandai tindakan kolektif umat di bawah bimbingan wahyu untuk membangun masa depan. Hijrah, dengan demikian, bukan hanya peristiwa dalam sejarah, melainkan peristiwa yang menciptakan sejarah baru. Ia menjadi deklarasi kemandirian peradaban Islam, sebuah penanda identitas dan memori kolektif yang terikat pada semangat pengorbanan, perencanaan strategis, dan transformasi sosial.
Makna Hakiki Hijrah: Perjalanan Spiritual Abadi
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Jika Hijrah secara historis telah selesai dengan Fathu Makkah, maka Hijrah secara spiritual akan terus relevan hingga akhir zaman. Inilah makna hakiki hijrah yang harus kita hidupkan dalam diri kita masing-masing.
Pertama, hijrah adalah perjalanan meninggalkan segala yang dilarang Allah menuju ketaatan kepada-Nya. Rasulullah ﷺ bersabda:
الْمُهَاجِرُ مَنْ هَجَرَ مَا نَهَى اللَّهُ عَنْهُ
“Orang yang berhijrah adalah orang yang meninggalkan apa yang dilarang oleh Allah.” (HR. Bukhari).3
Ini adalah hijrah personal yang kita lakukan setiap hari. Hijrah dari kemalasan menuju semangat beribadah, dari sifat kikir menuju kedermawanan, dari kebohongan menuju kejujuran, dari kegelapan maksiat menuju cahaya iman. Inilah jihad terbesar melawan hawa nafsu yang harus menjadi resolusi utama kita dalam menyambut tahun baru 1447 Hijriah.
Kedua, ruh dari setiap hijrah adalah niat. Nilai sebuah pengorbanan, betapapun besarnya, ditentukan oleh apa yang terbesit di dalam hati. Rasulullah ﷺ mengingatkan kita dalam hadis yang menjadi pilar agama:
إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى، فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ، وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيبُهَا أَوِ امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ.
“Sesungguhnya setiap amalan bergantung pada niatnya. Dan setiap orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan. Barangsiapa yang hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya. Barangsiapa yang hijrahnya karena dunia yang ingin diraihnya atau karena wanita yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya kepada apa yang ia niatkan.” (HR. Bukhari & Muslim).6
Hadis ini mengajarkan kita bahwa hijrah, baik dalam arti fisik maupun spiritual, harus dilandasi oleh keikhlasan murni, semata-mata mengharap ridha Allah SWT, bukan untuk keuntungan duniawi yang fana.
Ketiga, hijrah adalah bagian dari trilogi kesuksesan seorang mukmin. Allah SWT mengabadikan formula ini dalam Al-Qur’an, Surah Al-Baqarah ayat 218:
إِنَّ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَٱلَّذِينَ هَاجَرُواْ وَجَٰهَدُواْ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ أُوْلَٰٓئِكَ يَرۡجُونَ رَحۡمَتَ ٱللَّهِۚ وَٱللَّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”.8
Ayat ini menegaskan bahwa iman adalah fondasi, hijrah adalah bukti komitmen dan pengorbanan, sementara jihad (perjuangan sungguh-sungguh dengan segenap potensi) adalah manifestasi dari iman dan komitmen tersebut. Ketiganya adalah satu paket tak terpisahkan untuk meraih rahmat Allah SWT.
Hijrah Peradaban: Dari Kekacauan Waktu Menuju Persatuan Global
Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah,
Kini, mari kita tarik spirit hijrah tersebut ke dalam konteks kekinian umat. Salah satu ironi terbesar yang kita hadapi selama berabad-abad adalah “kekacauan waktu”. Umat Islam, yang jumlahnya hampir dua miliar, seringkali terpecah dan berbeda dalam memulai ibadah-ibadah agung seperti puasa Ramadan, Idul Fitri, dan terutama penentuan hari Arafah pada bulan Zulhijah.9 Perbedaan ini, meskipun seringkali dianggap sebagai ranah ijtihad, telah menjadi simbol perpecahan yang melemahkan kohesi dan citra umat Islam di panggung dunia.
Kondisi ini sejatinya tidak sejalan dengan spirit Hijrah. Jika Hijrah Nabi ﷺ adalah sebuah gerakan yang sangat terencana dan terorganisir—sebuah mahakarya tanzhim (pengorganisasian)—maka kekacauan kalender kita hari ini adalah cerminan dari lemahnya tanzhim di tingkat global.
Alhamdulillah, di penghujung tahun 1446 Hijriah ini, kita menyaksikan sebuah ijtihad peradaban yang monumental. Tepatnya pada hari Jumat, 29 Zulhijah 1446 H, bertepatan dengan 25 Juni 2025, Pimpinan Pusat Muhammadiyah secara resmi meluncurkan dan memberlakukan Kalender Hijriah Global Tunggal (KHGT).11 Ini bukanlah sekadar kalender biasa. Ini adalah sebuah “hijrah intelektual dan organisasional” dari cara pandang yang terkotak-kotak oleh batas negara (matlak lokal) menuju cara pandang universal yang menyatukan (matlak global).13
Dengan landasan hisab astronomis yang presisi dan prinsip “satu hari satu tanggal di seluruh dunia”, KHGT adalah upaya nyata untuk menerapkan kembali spirit tanzhim kenabian dalam skala global.15 Ia adalah ikhtiar untuk berhijrah dari perpecahan menuju persatuan, dari ketidakpastian menuju kepastian.
Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah,
Pada bagian khutbah sebelumnya, kita telah merenungi makna hijrah sebagai transformasi diri dan peradaban. Kini, mari kita lihat bagaimana Rasulullah ﷺ meletakkan fondasi masyarakat baru di Madinah, sebuah cetak biru yang relevan untuk kita teladani hari ini.
Cetak Biru Masyarakat Ideal: Fondasi Sosial dan Politik Madinah
Setibanya di Madinah, Rasulullah ﷺ tidak membuang waktu. Beliau segera melakukan dua langkah strategis yang menjadi pilar masyarakat madani.
Langkah pertama adalah mempersaudarakan kaum Muhajirin dan Anshar.17 Ini bukan sekadar gestur simbolis. Ini adalah rekayasa sosial jenius untuk membangun fondasi solidaritas (ukhuwwah Islamiyah) yang paling kokoh, melampaui ikatan darah dan kesukuan yang selama ini mendominasi Jazirah Arab.18 Ikatan ini begitu kuatnya, hingga pada awalnya mencakup hak saling mewarisi.19 Puncak dari persaudaraan ini terwujud dalam sifat itsar (altruisme), yaitu mendahulukan kepentingan saudara di atas kepentingan diri sendiri. Contoh paling fenomenal adalah kisah Sa’ad bin Rabi’ al-Anshari yang menawarkan setengah dari seluruh hartanya dan mempersilakan saudaranya, Abdurrahman bin Auf al-Muhajir, untuk memilih salah satu dari dua istrinya untuk diceraikan dan dinikahi. Sebuah tawaran luar biasa yang dijawab dengan doa keberkahan oleh Abdurrahman bin Auf, yang kemudian berkata, “Cukuplah tunjukkan kepadaku di mana letak pasar”.19 Ini adalah pelajaran abadi tentang hijrah dari egoisme dan individualisme menuju kepedulian sosial yang tulus.
Langkah kedua adalah meletakkan Piagam Madinah (Mitsaq al-Madinah).22 Setelah fondasi sosial melalui ukhuwwah terbangun kokoh, Nabi ﷺ melembagakan fondasi politik dan hukum. Piagam Madinah adalah konstitusi tertulis pertama di dunia yang secara revolusioner menjamin hak dan kewajiban semua warga negara.23 Ia menjamin kebebasan beragama, kesetaraan di hadapan hukum, jaminan keamanan jiwa dan harta bagi semua kelompok, termasuk komunitas non-Muslim seperti kaum Yahudi, serta menetapkan tanggung jawab kolektif untuk mempertahankan negara dari serangan musuh.22 Ini adalah hijrah dari hukum rimba dan anarki kesukuan menuju supremasi hukum dan keadilan beradab.
Urutan langkah Nabi ini sangat penting. Beliau membangun ukhuwwah (persaudaraan) sebelum melembagakan Piagam Madinah. Ini menyiratkan bahwa sebuah kontrak sosial (konstitusi) hanya akan efektif jika dilandasi oleh ikatan batin, kepercayaan, dan solidaritas di antara warganya. Hukum tanpa persaudaraan akan menjadi kaku dan rapuh.
Hijrah Kontekstual: Menyongsong 1 Muharram 1447 dengan Kalender Persatuan
Jamaah Jumat yang dirahmati Allah,
Kini, mari kita tarik benang merah dari fondasi Madinah ke ikhtiar persatuan umat hari ini.
Kalender Hijriah Global Tunggal (KHGT) adalah wujud ukhuwwah global di era modern. Sebagaimana Nabi ﷺ menyatukan hati Muhajirin dan Anshar untuk mengatasi sekat-sekat kesukuan, KHGT adalah instrumen praktis untuk mewujudkan ukhuwwah Islamiyah dengan mengatasi sekat-sekat geografis dan nasionalisme sempit.9 Bayangkan indahnya jika seluruh umat Islam di dunia berpuasa Arafah di hari yang sama, merayakan Idul Adha di hari yang sama, dan menyambut Idul Fitri dalam satu harmoni. Inilah manifestasi nyata dari hijrah dari perpecahan menuju persatuan.
KHGT adalah instrumen keadilan dan keteraturan global. Sebagaimana Piagam Madinah menciptakan keteraturan dan keadilan hukum, KHGT menciptakan kepastian dan “keadilan waktu” bagi seluruh umat Islam.16 Tidak ada lagi umat di satu belahan dunia merasa “tertinggal” atau “didahulukan” dalam ibadah-ibadah krusial yang bersifat global.13 Ini adalah hijrah dari anomali dan kebingungan menuju harmoni dan kepastian. Manfaatnya nyata: memberikan kemudahan dalam perencanaan, memperkuat identitas kolektif, dan yang terpenting, menampilkan wajah Islam yang progresif, rasional, dan menyatukan, sebagai perwujudan rahmatan lil ‘alamin.11
Di penghujung tahun 1446 H ini, marilah kita bertekad untuk melakukan hijrah total. Mari kita sambut 1 Muharram 1447 H dengan semangat baru:
- Hijrah Personal: Meninggalkan segala dosa dan keburukan, mendekat kepada Allah dengan ketaatan.
- Hijrah Sosial: Memperkuat semangat ukhuwwah dan itsar, peduli terhadap sesama seperti yang dicontohkan kaum Anshar.
- Hijrah Peradaban: Mendukung setiap ikhtiar dan ijtihad yang bertujuan untuk menyatukan barisan umat, seperti gagasan Kalender Hijriah Global Tunggal, sebagai langkah kita menuju peradaban Islam yang maju dan dihormati.
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيْمُ.
KHUTBAH KEDUA
Mukadimah al-Khutbah al-Thaniyah (Pembukaan Khutbah II)
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ حَمْدًا كَثِيْرًا كَمَا أَمَرَ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلٰهَ إِلاَّ اللّٰهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ. فَيَا عِبَادَ اللهِ، اِتَّقُوا اللهَ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللهَ مَعَ الْمُتَّقِيْنَ.
Ma’asyiral Muslimin, sidang Jumat rahimakumullah,
Marilah kita tutup khutbah ini dengan menundukkan kepala dan hati, seraya berdoa kepada Allah SWT.
إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ.
اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الْإِسْلَامَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَوَحِّدِ اللَّهُمَّ صُفُوْفَهُمْ، وَأَجْمِعْ كَلِمَتَهُمْ عَلَى الْحَقِّ، وَاكْسِرْ شَوْكَةَ الظَّالِمِيْنَ، وَاكْتُبِ السَّلَامَ وَالْأَمْنَ لِعِبَادِكَ أَجْمَعِيْنَ.
رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً، إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ.
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَىٰ وَيَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.
Materi Suplemen: Paralelisme Konseptual Hijrah dan KHGT
Untuk memperdalam pemahaman, tabel berikut menyajikan perbandingan antara prinsip-prinsip agung dalam peristiwa Hijrah dengan manifestasi kontemporernya dalam inisiatif Kalender Hijriah Global Tunggal (KHGT).
Prinsip Fondasi Hijrah di Madinah | Manifestasi Kontemporer dalam KHGT | Hikmah dan Tujuan Bersama |
Persatuan Ummah (Ukhuwwah Muhajirin-Anshar untuk mengatasi perpecahan suku) | Satu Hari, Satu Tanggal di Seluruh Dunia (Prinsip Global Matlak) | Mengatasi perpecahan akibat batas geografis/nasional dan memperkuat ikatan persaudaraan Islam (ukhuwwah Islamiyah) secara global.12 |
Keteraturan & Kepastian (Piagam Madinah sebagai konstitusi yang memberi kepastian hukum) | Sistem Berbasis Hisab (Ilmu Falak) (Memberi kepastian tanggal hingga puluhan tahun ke depan) | Memberikan kepastian waktu ibadah (terutama puasa Arafah), menghilangkan keraguan, dan memudahkan perencanaan umat secara kolektif.16 |
Visi Universal (Islam sebagai Rahmatan lil ‘Alamin, melampaui batas Makkah) | Prinsip “Satu Bumi, Satu Kalender” (Menganggap bumi sebagai satu kesatuan zona waktu) | Menegaskan sifat universal dan kosmopolitan Islam yang tidak tersekat oleh partikularisme, relevan di era globalisasi.13 |
Ketaatan pada Perintah & Ijtihad (Meninggalkan Makkah karena perintah Allah & strategi Nabi) | Ijtihad Berbasis Syariah dan Sains (Menggunakan ilmu pengetahuan untuk kemaslahatan umat) | Menunjukkan ketaatan pada spirit syariah (maqashid syariah) dengan menggunakan alat modern untuk mewujudkan persatuan dan kemudahan bagi umat.12 |