الخطبة الأولى
لْحَمْدُ لِلهِ الَّذِيْ أَنْعَمَ عَلَيْنَا بِمَا أَعْطَانَا مِنَ الْأَمْوَالِ ، وَوَفَّقَ مَنْ شَاءَ لِاكْتِسَابِهَا مِنْ طَرِيْقٍ حَلَالٍ ، وصَرَّفَهَا فِيْمَا يُوْجِبُ رِضَى الْمُتَعَالِ ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إله إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ ذُوْ الْعَظَمَةِ وَالْجَلَالِ ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الصَّادِقُ الْمَقَالِ ، اللهم صَلِّ وَسَلِّمْ وبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الدَّاعِيْ إِلَى أَحْسَنِ الْحَالِ ، وعلى اٰلِهِ وَأَصْحابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِيْهِمْ إِلَى يَوْمِ الْمَآلِ
أَمَّا بَعْدُ : فَيا أيُّها الْحَاضِرُوْنَ رحمكم الله ، اِتَّقُوا اللهَ تَعالى حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
Hadirin jama’ah Jumat rahimakumullah.
Marilah kita tingkatkan ketakwaan kita kepada Allah swt. dengan melaksanakan perintah-perintah-Nya serta menjauhi larangan-larangan-Nya, karena hanya dengan cara itulah, kita akan mendapatkan keselamatan di dunia dan di akhirat. Dan jangan sekali-sekali kita meremehkan arti sebuah ibadah sekalipun kecil dan ringan bagi kita, Nabi saw bersabda:
«لاَ تَحْقِرَنَّ مِنَ الْمَعْرُوفِ شَيْئًا» رواه مسلم
Sekali-kali janganlah kalian meremehkan sebuah kebaikan
Hadirin rahimakumullah.
Disebutkan di dalam kitab Jami’ul Masanid Wal Marasil bahwa Nabi saw bersabda:
«دَاوُوا مَرْضَاكُمْ بِالصَّدَقَةِ، فَإِنَّهَا تَدْفَعُ عَنْكُمْ الأَمْرَاضَ وَالأَعْرَاضَ» اهـ جامع المسانيد والمراسيل 4/336
Obatilah orang sakit kalian dengan sedekah, karena sedekah dapat menolak penyakit dan musibah atau cobaan yang akan menimpa.
Dan terkait keberadaan sedekah sebagai obat, Syeikh Al-Munawi dalam kitabnya Faidul Qadir menukil sebuah keterangan sebagai berikut:
«كانَ الْمُصْطَفَى ( يُعَالِجُ الْأَمْرَاضِ بِثَلَاثَةِ أَنْوَاعٍ : بِالْأَدْوِيَةِ الطَّبِيْعِيِّةِ وَبِالْأَدْوِيَةِ الْإِلٰهِيَّةِ وَهٰذَا مِنْهَا وَبِالْأَدْوَيَةِ الْمُرَكَّبَةِ مِنْهُمَا»
Bahwa Nabi saw dalam mengobati penyakit menggunakan tiga cara, pertama menggunakan obat alami, kedua menggunakan obat langsung dari Allah dan sedekah bagian dari obat yang kedua ini. Dan yang terakhir menggunakan obat perpaduan dari keduanya.
Dalam Hadits lain Nabi saw juga bersabda:
«اتَّقُوا النَّارَ وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرَةٍ» اهـ [صحيح البخاري : 2/]
Buat perlindungan kalian dari neraka walau hanya dengan sebagian dari satu buah kurma.
Hadirin rahimakumullah.
Kedua keutamaan sedekah tersebut hanya sebagian kecil saja masih banyak faedah-faedah lain yang juga sangat luar biasa, oleh karenanya maka janganlah kita meremehkan sedekah sekalipun yang kita sedekahkan adalah harta yang menurut kita remeh-temeh, seperti halnya sedekah dengan sekeping uang receh, karena yang remeh buat kita belum tentu bagi orang lain.
Hadirin yang dimuliakan Allah.
Khutbah kita kali ini berlandaskan firman Allah Swt yakni dalam surah Al-Baqarah ayat 245:
مَّن ذَا ٱلَّذِي يُقۡرِضُ ٱللَّهَ قَرۡضًا حَسَنٗا فَيُضَٰعِفَهُۥ لَهُۥٓ أَضۡعَافٗا كَثِيرَةٗۚ وَٱللَّهُ يَقۡبِضُ وَيَبۡصُۜطُ وَإِلَيۡهِ تُرۡجَعُونَ
Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), Maka Allah akan melipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan.
Hadirin yang berbahagia.
Ayat tadi merupakan janji Allah Swt kepada setiap orang yang beriman, yang mau infaq dan sedekah di jalan Allah maka Allah akan melipatgandakan harta yang diinfaqkan itu.
Sejalan dengan ayat ini adalah surah Saba’: 39
قُلۡ إِنَّ رَبِّي يَبۡسُطُ ٱلرِّزۡقَ لِمَن يَشَآءُ مِنۡ عِبَادِهِۦ وَيَقۡدِرُ لَهُۥۚ وَمَآ أَنفَقۡتُم مِّن شَيۡءٖ فَهُوَ يُخۡلِفُهُۥۖ وَهُوَ خَيۡرُ ٱلرَّٰزِقِينَ
Katakanlah: “Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezki bagi siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan menyempitkan bagi (siapa yang dikehendaki-Nya)”. dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, Maka Allah akan menggantinya dan Dia-lah pemberi rezki yang sebaik-baiknya.
Ibnu Asyur berkata : “Yang dimaksud dengan infaq di sini adalah infaq yang dianjurkan dalam agama. Seperti berinfaq kepada orang-orang fakir dan berinfaq di jalan Allah untuk menolong agama Allah”.
Tentunya kita sudah mengetahui apa makna infaq di jalan Allah itu, yakni segala hal yang berhubungan dengan kemanfaatan bagi agama Islam ini, maka itu dinamakan dengan jalan Allah. Membantu lembaga pendidikan agama misalnya, membiayai pendidikan anak-anak yang sedang menuntut ilmu disuatu pesantren misalnya, membantu operasional suatu pengajian dengan lancarnya kegiatan pengajian tersebut, termasuk juga menyumbangkan harta yang kita miliki untuk pembangunan sebuah masjid.
Hadirin yang dimuliakan Allah.
Kita kembali ke ayat 245 surah al-Baqarah dan surah Saba’ ayat 39 tadi.
Pada surah al-Baqarah : 245 tadi Allah Swt menjanjikan akan melipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak Dan pada surah Saba’ : 39 Allah juga menjanjikan akan mengganti setiap harta yang kita infaqkan itu.
Ibnu Katsir berkata menafsirkan ayat 39 surah Saba’ itu : “Betapapun sedikit apa yang kamu infakkan dari apa yang diperintahkan Allah kepadamu dan apa yang diperbolehkanNya, niscaya Dia akan menggantinya untukmu di dunia, dan di akhirat engkau akan diberi pahala dan ganjaran”. Kalimat “Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan maka Allah akan menggantinya” pada ayat 39 surah Saba’ itu juga diperjelas oleh hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam :
مَا مِنْ يَوْمِ يُصْبِحُ الْعِبَادُ فِيْهِ إِلاَّ مَلَكَانِ يَنْزِلاَنِ فَيَقُوْلُ أَحَدُهُمَا : اَللَّهُمِّ أَعْطِ مُنْفِقًا خَلَفَا، وَيَقُوْلُ الآْخَرُ : اللَّهُمَّ أَعْطِ مُمْسِكًا تَلَفَا
“Tidaklah para hamba berada di pagi hari, melainkan pada pagi itu terdapat dua malaikat yang turun. Salah satunya berdoa, “Ya Allah, berikanlah ganti kepada orang yang berinfak”, sedang yang lain berkata, “Ya Allah, berikanlah kebinasaan (harta) kepada orang yang menahan (hartanya)….” (HR. Bukhori).
Hadirin yang dimuliakan Allah.
Dari dua ayat yang sudah saya bacakan tadi sebenarnya sudah cukup menjadi penyemangat dan merangsang kita untuk gemar berinfaq dan sedekah. Sebab Allah yang Maha Kaya telah berjanji pasti akan menggantikan apa saja yang kita infaqkan itu dan kita mengetahui bahwa Allah itu tidak akan pernah mengingkari janjinya.
Bahkan dalam surah Saba’ ayat 39 itu Allah menegaskan janji tersebut dengan kalimat bersyarat, dengan menjadikan jawaban dari kalimat bersyarat itu dalam bentuk jumlah ismiyah dan dengan mendahulukan musnad ilaih (sandaran) terhadap khabar fi’il nya (الْخبر الْفعلي ) yaitu dalam firmanNya (فَهُوَ يُخْلِفُهُ ). Sehingga dari dalil-dalil al-Qur’an dan hadits Nabi tentang do’a dua malaikat tadi, banyak ulama yang mengatakan bahwa infaq dan sedekah itu merupakan kunci rezeki.
Dan dipertegas lagi dengan hadits Nabi صل الله عليه وسلم sebagaimana terdapat dalam kitab Riyadush Sholihin
أَنْفِقِي أَوِ انْفَحِي، أَوْ انْضَحِي، وَلَا تُحْصِي فَيُحْصِيَ اللَّهُ عَلَيْكِ، وَلَا تُوَعِي فَيُوَعِيَ اللَّهُ عَلَيْكِ
“Infaqkanlah hartamu. Janganlah engkau menghitung-hitungnya (menyimpan tanpa mau mensedekahkan). Jika tidak, maka Allah akan menghilangkan barokah rizki tersebut. Janganlah menghalangi anugerah Allah untukmu. Jika tidak, maka Allah akan menahan anugerah dan kemurahan untukmu.”
Dalam salah satu riwayat Nabi saw bersabda:
«مَا أَحْسَنَ عَبْدٌ الصَّدَقَةَ إِلَّا أَحْسَنَ اللهُ الْخِلَافَةَ عَلَى بَنِيْهِ وَكانَ فِيْ ظِلِّ اللهِ يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ ، وَحَفِظَ فِيْ يَوْمِ صَدَقَتِهِ مِنْ كُلِّ عَاهَةٍ أوْ آفَةٍ» [التمهيد لما في الموطأ من المعاني والأسانيد : 23/172]
Tidaklah seseorang melakukan sedekah dengan baik (rasa ikhlas) kecuali Allah akan menggantinya dengan baik pula untuk keturunannya, dan Allah akan memberinya naungan pada hari tiada tempat untuk berteduh, dan Allah melindunginya pada hari ia bersedekah dari segala penyakit dan marabahaya.
Hadirin yang dimuliakan Allah.
Lalu bagaimana dengan harta yang kita infaqkan untuk membangun masjid? Mengenai hal ini, ada hadits Nabi صل الله عليه وسلم yang diriwayatkan Dari Jabir bin ‘Abdillah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ بَنَى مَسْجِدًا لِلَّهِ كَمَفْحَصِ قَطَاةٍ أَوْ أَصْغَرَ بَنَى اللَّهُ لَهُ بَيْتًا فِى الْجَنَّةِ
“Siapa yang membangun masjid karena Allah walaupun hanya selubang tempat burung bertelur atau lebih kecil, maka Allah bangunkan baginya (rumah) seperti itu pula di surga.” (HR. Ibnu Majah no. 738)
Imam Ibnu Hajar, yang diterangkan dalam hadits di atas adalah cuma bahasa hiperbolis/ kiasan. Karena tak mungkin tempat burung menaruh telur atau yang seukuran itu dijadikan tempat shalat. Sebagian ulama lainnya menafsirkan hadits tersebut secara tekstual. Maksudnya, siapa membangun masjid dengan menambah bagian kecil saja yang dibutuhkan, tambahan tersebut seukuran tempat burung bertelur, atau bisa jadi caranya, para jama’ah bekerja sama untuk membangun masjid dan setiap orang punya bagian kecil seukuran tempat burung bertelur, ini semua masuk dalam istilah membangun masjid. Karena bentuk akhirnya adalah suatu masjid dalam benak kita, yaitu tempat untuk kita shalat.
Berarti penjelasan Ibnu Hajar di atas menunjukkan bahwa jika ada yang menyumbang satu sak semen saja atau bahkan menyumbang satu bata saja, atau bahkan menyumbangkan tenaga saja, maka sudah mendapatkan pahala untuk membangun masjid. Namun hadirin sekalian, walau demikian hebatnya ganjaran pahala dari, jangan sampai niat kita berubah. Yakni beribadah bukan karena Allah semata. Seperti semangat sedekah supaya kaya, supaya dipuji dan lain sebagainya. Karena Allah sedah mengingatkan kita dalam al-Qur’an surah al-Baqarah: 264
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ لَا تُبۡطِلُواْ صَدَقَٰتِكُم بِٱلۡمَنِّ وَٱلۡأَذَىٰ كَٱلَّذِي يُنفِقُ مَالَهُۥ رِئَآءَ ٱلنَّاسِ وَلَا يُؤۡمِنُ بِٱللَّهِ وَٱلۡيَوۡمِ ٱلۡأٓخِرِۖ فَمَثَلُهُۥ كَمَثَلِ صَفۡوَانٍ عَلَيۡهِ تُرَابٞ فَأَصَابَهُۥ وَابِلٞ فَتَرَكَهُۥ صَلۡدٗاۖ لَّا يَقۡدِرُونَ عَلَىٰ شَيۡءٖ مِّمَّا كَسَبُواْۗ وَٱللَّهُ لَا يَهۡدِي ٱلۡقَوۡمَ ٱلۡكَٰفِرِينَ
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan Dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah Dia bersih (tidak bertanah). mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.
Hadirin yang dimuliakan Allah.
Demikian khutbah kita kali ini, walaupun mungkin masih kurang begitu mendalam namun mudah-mudahan kita semua dapat memahami, menghayati, merenungkan dan kemudian mengamalkannya.
مَّثَلُ ٱلَّذِينَ يُنفِقُونَ أَمۡوَٰلَهُمۡ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنۢبَتَتۡ سَبۡعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنۢبُلَةٖ مِّاْئَةُ حَبَّةٖۗ وَٱللَّهُ يُضَٰعِفُ لِمَن يَشَآءُۚ وَٱللَّهُ وَٰسِعٌ عَلِيمٌ
Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha mengetahui”. (al-Baqarah: 261)
وَمَثَلُ ٱلَّذِينَ يُنفِقُونَ أَمۡوَٰلَهُمُ ٱبۡتِغَآءَ مَرۡضَاتِ ٱللَّهِ وَتَثۡبِيتٗا مِّنۡ أَنفُسِهِمۡ كَمَثَلِ جَنَّةِۢ بِرَبۡوَةٍ أَصَابَهَا وَابِلٞ فََٔاتَتۡ أُكُلَهَا ضِعۡفَيۡنِ فَإِن لَّمۡ يُصِبۡهَا وَابِلٞ فَطَلّٞۗ وَٱللَّهُ بِمَا تَعۡمَلُونَ بَصِيرٌ
“dan perumpamaan orang-orang yang membelanjakan hartanya karena mencari keridhaan Allah dan untuk keteguhan jiwa mereka, seperti sebuah kebun yang terletak di dataran Tinggi yang disiram oleh hujan lebat, Maka kebun itu menghasilkan buahnya dua kali lipat. jika hujan lebat tidak menyiraminya, Maka hujan gerimis (pun memadai), dan Allah Maha melihat apa yang kamu perbuat”. (al-Baqarah: 265)
مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ
“Sedekah tidaklah mengurangi harta.”HR. Imam Muslim dari Abu Hurairoh.
Beberapa ayat Quran dan hadits yang menggambarkan tingginya infaq atau sedekah sebagai berikut:
يَسْـَٔلُونَكَ مَاذَا يُنفِقُونَ ۖ قُلْ مَآ أَنفَقْتُم مِّنْ خَيْرٍ فَلِلْوَٰلِدَيْنِ وَٱلْأَقْرَبِينَ وَٱلْيَتَٰمَىٰ وَٱلْمَسَٰكِينِ وَٱبْنِ ٱلسَّبِيلِ ۗ وَمَا تَفْعَلُوا۟ مِنْ خَيْرٍ فَإِنَّ ٱللَّهَ بِهِۦ عَلِيمٌ
Mereka bertanya tentang apa yang mereka nafkahkan. Jawablah: “Apa saja harta yang kamu nafkahkan hendaklah diberikan kepada ibu-bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan”. Dan apa saja kebaikan yang kamu buat, maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahuinya (Al-Baqarah 2) 215)
مَّثَلُ ٱلَّذِينَ يُنفِقُونَ أَمْوَٰلَهُمْ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنۢبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِى كُلِّ سُنۢبُلَةٍ مِّا۟ئَةُ حَبَّةٍ ۗ وَٱللَّهُ يُضَٰعِفُ لِمَن يَشَآءُ ۗ وَٱللَّهُ وَٰسِعٌ عَلِيمٌ
“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (Surat Al-Baqarah (2) 261)
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَنْفِقُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا كَسَبْتُمْ وَمِمَّا أَخْرَجْنَا لَكُمْ مِنَ الأرْضِ وَلا تَيَمَّمُوا الْخَبِيثَ مِنْهُ تُنْفِقُونَ وَلَسْتُمْ بِآخِذِيهِ إِلا أَنْ تُغْمِضُوا فِيهِ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ حَمِيدٌ (267)
“Hai orang-orang yang beriman, berinfaklah [di jalan Allah] sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memincingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji,” (Al-Baqarah [2] 267).
وَأَنفِقُوا مِن مَّا رَزَقْنَاكُم مِّن قَبْلِ أَن يَأْتِيَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ فَيَقُولَ رَبِّ لَوْلَا أَخَّرْتَنِي إِلَى أَجَلٍ قَرِيبٍ فَأَصَّدَّقَ وَأَكُن مِّنَ الصَّالِحِينَ
“Dan belanjakanlah (di jalan Allah) sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada kamu, sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu, lalu ia berkata, ‘Ya Tuhanku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, sehingga aku dapat bersedekah dan menjadi orang yang saleh?'” (Al-Munafiqun (63) 10)
إِنَّ مِنْ مَا يَلْحَقُ المُؤْمِنَ مِنْ عَمَلِهِ وَحَسَنَاتِهِ بَعْدَ مَوْتِهِ: عِلْمًا نَشَرَهُ، وَوَلَدًا صَالِحًا تَرَكَهُ، وَمُصْحَفًا وَرَّثَهُ، وَمَسْجِدًا بَنَاهُ، وَبَيْتًا لِلِابْنِ سَبِيلِ بَنَاهُ، وَنَهَرًا أَجْرَاهُ، وَصَدَقَةً أَخْرَجَهَا مِنْ مَالِهِ فِي صِحَّتِهِ وَحَيَاتِهِ، تَلْحَقُهُ مِنْ بَعْدِ مَوْتِهِ.
“Sesungguhnya yang didapati oleh orang yang beriman dari amalan dan kebaikan yang ia lakukan setelah ia mati adalah [1] ilmu yang ia ajarkan dan sebarkan; [2] anak shalih yang ia tinggalkan; [3] mushaf Al-Qur’an yang ia wariskan[ [4[ masjid yang ia bangun; [5] rumah bagi ibnu sabil (musafir yang terputus perjalanan) yang ia bangun; [6] sungai yang ia alirkan; [7] sedekah yang ia keluarkan dari harta ketika ia sehat dan hidup; dan semua itu akan dikaitkan dengannya setelah ia mati,” (H.R. Ibnu Majah dan Baihaqi)
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: “إِذَا مَاتَ ابْنُ آدَمَ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثٍ: صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ، أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ، أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ”، رواه مسلم.
“Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): [1] Sedekah jariyah, [2] ilmu yang bermanfaat, dan [3] doa anak yang saleh,” (H.R. Muslim).
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ ﷺ قَالَ: “لَوْ أَنَّ لِابْنِ آدَمَ وَادِيًا مِنْ ذَهَبٍ أَحَبَّ إِلَيْهِ أَنْ يَكُونَ لَهُ وَادِيَانِ، وَلَا يَمْلَأُ فَاهُ إِلَّا التُّرَابُ، وَيَتُوبُ اللَّهُ عَلَى مَنْ تَابَ. وَلَوْ أَنَّ لِلْمَيِّتِ إِذْنًا يَرْجِعُ فِيهِ إِلَى الدُّنْيَا فَيَعْمَلُ صَالِحًا مَا كَانَ أَسْرَعَ ذَلِكَ، وَإِنَّهُ لَفِي الْكِتَابِ مِنْ بَعْدِ مَا قَضَى أَجَلَهُ: {وَأَنفِقُوا مِنْ مَا رَزَقْنَاكُم مِّن قَبْلِ أَن يَأْتِيَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ فَيَقُولَ رَبِّ لَوْلَا أَخَّرْتَنِي إِلَى أَجَلٍ قَرِيبٍ فَأَصَّدَّقَ وَأَكُن مِّنَ الصَّالِحِينَ}”
“Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi ﷺ beliau bersabda: ‘Seandainya anak Adam memiliki sebuah lembah penuh emas, dia akan menginginkan dua lembah; dan tidak ada yang dapat mengisi mulutnya kecuali tanah (ketika dia mati). Dan Allah akan menerima tobat orang yang bertobat. Dan jika mati diberi kesempatan untuk kembali ke dunia, dia akan berkeinginan untuk melakukan amal saleh dengan segera. Sesungguhnya itu (keinginan untuk bersedekah dan menjadi orang yang saleh ketika menghadapi kematian) telah ditetapkan dalam Kitab (Al-Qur’an) setelah dia menyelesaikan ajalnya: ‘Dan belanjakanlah (di jalan Allah) sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada kamu, sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu, lalu ia berkata, “Ya Tuhanku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, sehingga aku dapat bersedekah dan menjadi orang yang saleh?”‘” (HR. Buhari, Muslim, Ibnu Majah)
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ قَالَ: قَالَ اللَّهُ تَعَالَى: يَا اِبْنَ آدَمَ أَنْفِقْ أُنْفِقْ عَلَيْكَ. وَقَالَ النَّبِيُّ ﷺ: مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ وَمَا زَادَ اللَّهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ إِلَّا عِزًّا وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلَّهِ إِلَّا رَفَعَهُ اللَّهُ.
“Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda: Allah Ta’ala berfirman, ‘Wahai anak Adam, berinfaklah kamu niscaya Aku akan berinfak (memberikan) kepadamu.’ Dan Nabi ﷺ bersabda: ‘Tidak pernah sedekah mengurangi harta; dan tidak pernah seseorang memaafkan (kesalahan orang lain) kecuali Allah akan menambah kehormatannya; dan tidak pernah seseorang merendahkan diri karena Allah, kecuali Allah akan meninggikan derajatnya.'” (HR. Buhari Muslim)
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: كُلُّ سُلَامَى مِنَ النَّاسِ عَلَيْهِ صَدَقَةٌ كُلَّ يَوْمٍ تَطْلُعُ فِيهِ الشَّمْسُ تَعْدِلُ بَيْنَ الِاثْنَيْنِ صَدَقَةٌ وَتُعِينُ الرَّجُلَ فِي دَابَّتِهِ فَتَحْمِلُهُ عَلَيْهَا أَوْ تَرْفَعُ لَهُ عَلَيْهَا مَتَاعَهُ صَدَقَةٌ وَالْكَلِمَةُ الطَّيِّبَةُ صَدَقَةٌ وَبِكُلِّ خُطْوَةٍ تَمْشِيهَا إِلَى الصَّلَاةِ صَدَقَةٌ وَتُمِيطُ الْأَذَى عَنِ الطَّرِيقِ صَدَقَةٌ
“Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dia berkata bahwa Rasulullah ﷺ bersabda: ‘Setiap sendi dari manusia harus melakukan sedekah setiap hari dimana matahari terbit. Melakukan keadilan di antara dua orang adalah sedekah, membantu seseorang dengan kendaraannya dengan mengangkutnya atau mengangkat barangnya untuknya adalah sedekah, ucapan baik adalah sedekah, setiap langkah yang diambil menuju shalat adalah sedekah, dan menghilangkan gangguan dari jalan adalah sedekah.'” (HR. Muslim
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الذِّكْرِ وَالْآيَاتِ الْحَكِيْمِ ، إِنَّهُ
هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمَ
الخُطْبَةُ الثَّانِيَةُ
الْحَمْدُ لِلهِ الَّذِيْ أتَمَّ عَلَيْنَا نِعْمَتَهُ ، وَأَكْمَلَ لَنَا الدِّيْنَ , وَشَرَّعَ لَنَا مِنَ الْأَعْمَالِ الصَّالِحَاتِ أَنْوَاعًا وَأَصْنَافًا لِنَتَقَرَّبَ بِهَا إِلَى رَبِّ الْعَالَمِيْنَ .أَشْهَدُ أَنْ لَا إلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ أَكْرَمُ الْأَكْرَمِيْنَ .وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْمُصْطَفَى عَلَى جَمِيْعِ الْأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ .اللهم صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِيْهِمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ .أَمَّا بَعْدُ
فَيآأيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ , اتَّقُوا اللهَ ، اتَّقُوااللهَ تَعَالَى وَأَطِيْعُوْهُ فَإِنَّ طَاعَتَهُ أَقْوَمُ وَأَقْوَى , وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادَ التَّقْوَى , وَاحْذَرُوا أَسْبَابَ سَخَطِ الْجَبَّارِ فَإِنَّ أَجْسَامَكُمْ عَلَى النَّارِ لَا تَقْوَى
وَاعْلَمُوا أَنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ ، وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ , وَشَرَّ الْأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ
وَعَلَيْكُمْ بِالْجَمَاعَةِ، فَإِنَّ يَدَ اللهِ مَعَ الْجَمَاعَةِ ، وَمَنْ شَذَّ شَذَّ فِيْ النَّارِ
اللهم صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا وَحَبِيْبِنَا وَشَفِيْعِنَا وَقُرَّةِ أَعْيُنِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَأَزْوَاجِهِ وَذُرِّيَّاتِهِ أَجْمَعِيْنَ ، وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِيْهِمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ بِرَحْمَتِكَ يَآأرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
اللهم اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ ؛ اللهم أَعِزَّ الْإِسْلَامَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالْمُشْرِكِيْنَ , وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ , وَاجْعَلْ هٰذَا الْبَلَدَ آمِنًا , رَخَاءً , سَخَاءً , وَسَائِرَ بِلَادِ الْمُسْلِمِيْنَ؛ اللهم نَوِّرْ عَلَى أَهْلِ الْقُبُوْرِ قُبُوْرَهُمْ , اللهم اغْفِرْ لِلْأَحْيَاءِ وَيَسِّرْ لَهُمْ أُمُوْرَهُمْ
اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالرِّبَا وَالزَّلَازِلَ وَالْمِحَنَ ، وَسُوْءَ الْفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ ، عَنْ بَلَدِنَا هٰذَا خَاصَّةً ، وَعَنْ سَائِرِ بِلَادِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً ، بِرَحْمَتِكَ يَآ أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
عِبَادَ اللهِ … إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِيْ الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يعظكم لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ , وَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ ,وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ , وَاللهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَ