Khutbah Jumat: Mengambil Hikmah Musibah

    ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ ٱلَّذِي يَبْتَلِي عِبَادَهُ بِشَيْءٍ مِّنَ ٱلْخَوْفِ وَٱلْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ ٱلْأَمْوَالِ وَٱلْأَنفُسِ وَٱلثَّمَرَاتِ، لِيَمِيزَ ٱلصَّابِرِينَ وَيُبَشِّرَهُم بِٱلْجَنَّةِ، نَشْهَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِٱللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا, مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ،

    وَنَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَنَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ

    أَمَّا بَعْدُ, فَيَا عِبَادَ اللَّهِ، أُوْصِيكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللَّهِ فَقَدْ فَازَ ٱلْمُتَّقُونَ،

    وَقَالَ تَعَالَىٰ :يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ

     

    Download File Khutbah Jumat – 17 Januari 2025

    Segala puji bagi Allah yang telah melimpahkan nikmat-Nya kepada kita, serta memberikan taufik kepada kita untuk berkumpul di masjid yang penuh berkah ini dalam rangka menunaikan shalat Jumat. Kita memuji-Nya dengan pujian orang-orang yang bersyukur, kita memohon pertolongan, ampunan, dan meminta kepada-Nya keteguhan dalam ketaatan dan keimanan.

    Maka sesungguhnya Khotib wasiatkan kepada jama’ah dan kepada diri sendiri untuk senantiasa bertakwa kepada Allah dengan sebenar-benar takwa.

    فَٱتَّقُوا ٱللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ، وَٱمْتَثِلُوا أَمْرَهُ وَٱجْتَنِبُوا نَهْيَهُ، فَإِنَّ تَقْوَى ٱللَّهِ سَبَبُ ٱلنَّجَاحِ فِي ٱلدُّنْيَا وَٱلْآخِرَةِ

    “Maka bertakwalah kalian kepada Allah dengan sebenar-benar ketakwaan, taatilah segala perintah-Nya dan jauhilah segala larangan-Nya, karena sesungguhnya takwa kepada Allah adalah kunci keberhasilan di dunia dan akhirat.”

    Shalawat, salam dan keberkahan semoga senantiasa dilimpahkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad ﷺ, juga kepada keluarga, para sahabatnya, serta siapa saja yang mengikuti jejaknya dengan baik hingga hari kiamat.

     

    Jama’ah Jum’at rahimahumullah,

    Berita viral sejak 7 Januari 2025 tentang kebakaran di Los Angelos county, semacam kota kabupaten di bawah negara bagian (semacam provinsi), yaitu kebakaran Pacific Palisades, sebuah kawasan elit di Los Angeles, California, yang terletak di dekat pantai antara Santa Monica dan Malibu, merupakan peristiwa yang sangat serius, dengan dampak yang luas terhadap masyarakat dan lingkungan.

    Kebakaran ini menyebabkan setidaknya 25 korban jiwa dan menghancurkan lebih dari 12.000 bangunan. Api meluas hingga lebih dari 40.000 hektar, termasuk area seperti Pacific Palisades dan Altadena. Angin Santa Ana yang kencang memperburuk situasi dan menyebarkan api dengan cepat.​

     

    Sebenarnya sebelumnya pernah terjadi kebakaran dalam sekala lebih luas dan korban lebih banyak dalam waktu yang lebih lama. Tepatnya kebakaran besar di Los Angeles pada tahun 2018 dikenal sebagai “Woolsey Fire” dan “Camp Fire”.  Hanya saja waktu belum “booming” social media, sehingga penyebaran beritanya tidak masiv Seperti sekarang ini.

    Woolsey Fire dimulai pada 8 November 2018 dan berlangsung selama lebih dari 2 minggu, menghanguskan sekitar 96.949 hektar dan menghancurkan lebih dari 1.500 bangunan.

    Camp Fire, yang terjadi di California Utara, dimulai pada 8 November dan berlangsung selama lebih dari 2 minggu, menjadi kebakaran paling mematikan dan paling merusak dalam sejarah California, dengan lebih dari 85 korban jiwa dan menghancurkan sekitar 18.804 bangunan.

    Nama “Woolsey Fire” dan “Camp Fire” berasal dari lokasi awal terjadinya kebakaran. Woolsey Fire dinamai berdasarkan Woolsey Canyon, sedangkan Camp Fire dinamai dari Camp Creek Road, lokasi awal kebakaran terjadi.

     

    Jama’ah Jum’at rahimahumullah,

    Kebakaran ini menyoroti tantangan yang dihadapi oleh pemadam kebakaran dan pemerintah dalam menangani bencana alam yang semakin sering terjadi akibat perubahan iklim dan kondisi cuaca ekstrem. Upaya pemadaman yang dilakukan oleh tim pemadam kebakaran sangat penting untuk melindungi nyawa dan properti, sementara investigasi lebih lanjut diperlukan untuk mencegah kejadian serupa di masa depan.

    Mari kita ambil hikmahnya berdasarkan ayat Al-Quran dan berbagai peristiwa yang menimpa umat-umat terdahulu ketika mereka ingkar kepada Allah SWT bahkan bermaksiat di dalamnya. Segala hal yang terjadi muka bumi ada sebab duniawiyah, tapi juga bisa kita pandang dari sebab ruhaniah, yaitu yang berkaitan dengan perilaku umat manusia di dalamnya.

    Hud: 117 memberikan pemahaman yang mendalam tentang prinsip keadilan Allah dalam mengatur nasib suatu kaum atau negeri. Ayat ini menegaskan bahwa Allah tidak akan menghancurkan suatu negeri secara zalim selama penduduknya berusaha melakukan perbaikan.

    Dalam konteks ini, kita dapat menghubungkan ayat ini dengan kisah umat terdahulu yang dihancurkan oleh Allah SWT, seperti umat Nabi Nuh dan Nabi Luth, serta umat-umat lain yang melampaui batas.

     

    Jama’ah Jum’at rahimahumullah,

    Makna Ayat dan Hubungannya dengan Kisah Umat Terdahulu

    1. Prinsip Keadilan Allah

    Ayat QS. Hud: 117 menyatakan:

    وَمَا كَانَ رَبُّكَ لِيُهْلِكَ الْقُرٰى بِظُلْمٍ وَّاَهْلُهَا مُصْلِحُوْنَ

    “Dan Tuhanmu tidak akan membinasakan negeri-negeri secara zalim, sedangkan penduduknya adalah orang-orang yang melakukan perbaikan.

     

    Ayat ini menegaskan bahwa Allah tidak akan menghukum suatu kaum tanpa alasan yang jelas. Keadilan Allah terlihat dalam cara-Nya memperlakukan umat manusia. Selama ada usaha perbaikan, Allah akan melindungi suatu negeri. Hal ini sejalan dengan kisah umat Nabi Nuh, yang meskipun banyak yang ingkar, masih ada sekelompok orang yang beriman. Namun, ketika kezaliman dan penolakan terhadap kebenaran mencapai puncaknya, Allah menurunkan azab-Nya.

     

    Dalam QS. Al-A’raf: 64, Allah berfirman:

    فَكَذَّبُوهُ فَأَنْجَيْنَاهُ وَالَّذِينَ مَعَهُ فِي الْفُلْكِ وَأَغْرَقْنَا الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا إِنَّهُمْ كَانُوا قَوْمًا عَمِينَ (64)

    Maka mereka mendustakan Nuh, kemudian Kami selamatkan dia dan orang-orang yang bersamanya di dalam bah­tera, dan Kami menenggelamkan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Sesungguhnya mereka adalah kaum yang buta (mata hatinya).

     

    Jama’ah Jum’at rahimahumullah,

     

    1. Kisah Umat Nabi Luth

    Umat Nabi Luth juga menjadi contoh nyata dari azab Allah yang ditimpakan kepada kaum yang melakukan kerusakan dan kezaliman. Dalam QS. Al-Hijr: 74, Allah menyatakan:

    فَجَعَلْنَا عَالِيَهَا سَافِلَهَا وَأَمْطَرْنَا عَلَيْهِمْ حِجَارَةً مِّن سِجِّيلٍ

    “Maka Kami jungkirbalikkan (negeri itu) dan Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang keras.”

    Ayat ini menjelaskan azab yang ditimpakan kepada kaum Nabi Luth, di mana Allah membalikkan negeri mereka dan menghujani mereka dengan batu dari tanah yang keras.

     

    Kisah ini menunjukkan bahwa ketika penduduk suatu negeri menolak perbaikan dan terjerumus dalam kemaksiatan, mereka akan menghadapi konsekuensi yang berat. Ini menjadi pengingat bahwa Allah tidak akan menghancurkan suatu kaum selama masih ada orang-orang yang berusaha melakukan kebaikan.

     

    Jama’ah Jum’at rahimahumullah,

    1. Tanggung Jawab Kolektif

    Ayat ini juga menggarisbawahi pentingnya tanggung jawab kolektif dalam masyarakat. Selama masih ada orang-orang yang berbuat baik dan berusaha memperbaiki keadaan, maka harapan untuk selamat dari azab tetap ada. Dalam konteks ini, kita bisa merujuk pada hadis yang diriwayatkan oleh Abu Dawud:

    مَنْ رَأَى مِنكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ، فَإِن لَّمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ، فَإِن لَّمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ، وَذَٰلِكَ أَضْعَفُ الإِيمَانِ

    “Siapa di antara kalian yang melihat kemungkaran, maka hendaklah ia mengubahnya dengan tangannya; jika tidak mampu, maka dengan lisannya; jika tidak mampu, maka dengan hatinya, dan itu adalah selemah-lemah iman.”

    Hadis ini menekankan bahwa setiap individu memiliki peran dalam menjaga kebaikan di masyarakat. Tanggung jawab ini tidak hanya terletak pada pemimpin, tetapi juga pada setiap anggota masyarakat untuk berkontribusi dalam perbaikan.

     

    Jama’ah Jum’at rahimahumullah,

    1. Peringatan dan Hikmah

    Kehancuran umat terdahulu menjadi pelajaran berharga bagi umat ini. Dalam QS. Al-A’raf: 96, Allah berfirman:

    وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِّنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَكِن كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ

    “Seandainya penduduk negeri-negeri itu beriman dan bertakwa, pasti Kami akan membuka bagi mereka berkah dari langit dan bumi; tetapi mereka mendustakan (para rasul), maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatan mereka.

     

    Ayat ini menegaskan bahwa perubahan harus dimulai dari dalam diri individu dan masyarakat. Peringatan ini penting agar kita tidak terjerumus dalam kesalahan yang sama.

     

    1. Surat Al-Baqarah Ayat 266:

    أَيَوَدُّ أَحَدُكُمْ أَن تَكُونَ لَهُ جَنَّةٌ مِّن نَّخْلٍ وَأَعْنَابٍ تَجْرِي مِن تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ لَهُ فِيهَا

    مِن كُلِّ الثَّمَرَاتِ وَأَصَابَهُ الْكِبَرُ وَلَهُ ذُرِّيَّةٌ ضُعَفَاءُ فَأَصَابَهَا إِعْصَارٌ فِيهِ نَارٌ فَاحْتَرَقَتْ ۚ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ آيَاتِهِ لِلْقَوْمِ يَتَفَكَّرُونَ

    “Apakah salah seorang di antara kalian menginginkan memiliki sebuah kebun yang ditanami pohon kurma dan anggur, yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, dan di dalamnya terdapat berbagai macam buah-buahan untuknya, sementara ia telah ditimpa usia tua dan mempunyai keturunan yang lemah (tidak berdaya)? Lalu kebun itu terkena angin kencang yang mengandung api, sehingga kebun itu terbakar. Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat-Nya kepada kaum yang berpikir.

     

    Ayat ini menggambarkan perumpamaan tentang harta dan kekayaan. Allah SWT mengajukan pertanyaan retoris untuk menggugah kesadaran manusia tentang nilai harta duniawi. Dalam perumpamaan ini, kebun yang subur melambangkan harta dan kenikmatan dunia, sedangkan angin kencang yang mengandung api melambangkan musibah atau bencana yang dapat menghancurkan harta tersebut.

     

    Dengan demikian, ayat ini mengajak kita untuk lebih bijak dalam mengelola harta dan menyadari bahwa segala sesuatu di dunia ini bersifat sementara.

     

    Jama’ah Jum’at rahimahumullah,

     

    Aplikasi dalam Kehidupan

    • Individu: Setiap Muslim harus berusaha menjadi pribadi yang membawa perbaikan, dimulai dari akhlak dan ibadah. Dalam konteks ini, kita perlu merenungkan tindakan kita sehari-hari dan berusaha untuk selalu berbuat baik.
    • Masyarakat: Masyarakat yang baik tidak hanya diukur dari keberhasilan materi, tetapi juga dari moralitas dan keadilan. Kita perlu membangun hubungan yang harmonis antar anggota masyarakat, serta mendukung satu sama lain dalam kebaikan.
    • Kepemimpinan: Pemimpin memiliki tanggung jawab besar dalam memastikan sistem yang adil dan memperjuangkan kebaikan untuk semua. Dalam hal ini, pemimpin harus menjadi teladan dalam berbuat baik dan mendorong masyarakat untuk melakukan perbaikan.

     

    Hud: 117 mengajarkan kita bahwa Allah Mahabijaksana dan Mahadil. Selama suatu negeri dihuni oleh orang-orang yang berbuat baik dan melakukan perbaikan, Allah tidak akan menimpakan kehancuran. Oleh karena itu, penting bagi setiap individu dan masyarakat untuk menjaga nilai-nilai kebaikan agar negeri mereka diberkahi dan dijauhkan dari azab-Nya. Kisah umat terdahulu menjadi pengingat bahwa keberlanjutan suatu negeri sangat bergantung pada usaha perbaikan yang terus-menerus. Dengan demikian, kita diingatkan untuk selalu introspeksi dan berusaha menjadi agen perubahan yang positif dalam masyarakat.

    بَارَكَ ٱللَّهُ لِي وَلَكُمْ فِي ٱلْقُرْآنِ ٱلْعَظِيمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيهِ مِنَ ٱلْآيَاتِ وَٱلذِّكْرِ ٱلْحَكِيمِ، أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ الْعَظِيمَ

     

    Khutbah Kedua:

    ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلْعَالَمِينَ، وَٱلْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِينَ، وَلَا عُدْوَانَ إِلَّا عَلَى ٱلظَّالِمِينَ

    أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا ٱللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ

    أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا ٱلْإِخْوَانُ، أُوصِيكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى ٱللَّهِ حَقَّ تَقْوَاهُ، وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُم مُّسْلِمُونَ
    إِنَّ ٱللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى ٱلنَّبِيِّ. يَا أَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ صَلُّوا۟ عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا۟ تَسْلِيمًا

    ٱللَّهُمَّ ٱغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِينَ وَٱلْمُؤْمِنَاتِ، وَٱلْمُسْلِمِينَ وَٱلْمُسْلِمَاتِ، ٱلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَٱلْأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيعٌ قَرِيبٌ مُّجِيبُ ٱلدَّعَوَاتِ

    ٱللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ ٱلْهُدَىٰ وَٱلتُّقَىٰ وَٱلْعَفَافَ وَٱلْغِنَىٰ

    اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْبَلَاءِ وَالْمِحَنِ، وَمِنَ السُّوءِ وَالْفِتَنِ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، وَأَسْأَلُكَ السَّلَامَةَ فِي الدِّينِ وَالدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ

    اللَّهُمَّ اجْعَلْ خَيْرَ عُمُرِي آخِرَهُ، وَخَيْرَ عَمَلِي خَوَاتِمَهُ، وَخَيْرَ أَيَّامِي يَوْمَ أَلْقَاكَ

    رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ ٱلْخَاسِرِينَ

    رَبَّنَا آتِنَا فِي ٱلدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي ٱلْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ ٱلنَّارِ

    Leave a Reply

    Your email address will not be published. Required fields are marked *