TUGAS NABI DAN RASUL MENURUT AL-QUR’AN DAN SUNNAH

Oleh: M. Danusiri (Wakil Ketua PDM Kota Semarang)

ketidaktahuan nama-nama Rasulullah, kemustahilannya, posisinya, dan peran sesungguhnya berakibat salah pola keberagamaannya, yaitu: iman, sikap, maupun beramal atas ajaran autentiknya. Sebagian umat Islam, justru para tokoh tetap nekat beramal bukan atas dasar ajarannya dengan berbagai alasan pembenaran.

Berikut beberapa contoh kesalahan dalam beramal dalam kaitannya dengan Rasulullah:

  1. Berdoa kepada Rasulullah:

Aziz bin Malik terlanjur berzina, kemudian menemui Rasulullah:

فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ طَهِّرْنِي فَقَالَ وَيْحَكَ ارْجِعْ فَاسْتَغْفِرْ اللَّهَ وَتُبْ إِلَيْهِ

(Wahai Rasulullah, sucikanlah diriku.” Rasulullah menjawab: Celaka kamu! Pulang dan mintalah ampun kepada Allah, dan bertaubatlah kepada-Nya). Adegan ini terulang tiga kali. adegan ini juga pada seorang perempuan. maksud kontek hadis ini untuk dirajam. tetapi Rasulullah salah pengertian, yaitu agar disucikan doasanya. itulah sebabnya beliau menyuruh agar beristighfar kepada Allah. Intinya, Nabi tidak punya hak mengampuni dosa. Setelah berdialog lebih lama, ternyata Aziz bin Malik berzina. Sejauh mungkin Rasulullah menghindari pelaksanaan hukuman. Dalam posisi tidak ada alternatiif lain barulah hukum rajam dilaksanakan (HR. Muslim: 3207).

  1. Dalam kegiatan mujahadah terkandung permohonan kepada Rasulullah. demikian rumusan doanya:

اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَـيِّدِنَا مُحَمَّدٍ قَدْ ضَـاقَتْ حِـيْلَتِيْ أَدْرِكْـنِيْ يَا رَسُـوْلَ اللهِ ×١٠٠

Ya Allah, limpahkanlah rahmat kepada junjungan kami Baginda Muhammad, sungguh begitu sempit daya upayaku, maka temuilah diriku, Ya Rasulallah. (100x). formula ini diucapkan 100 kali, penggalan sesuah shalawat, jelas-jelas memohon kepada Rasulullah (yang sudah wafat itu) agar menemuinya.

  1. Menjadikan Rasulullah sebagai perantara dalam berdoa dan beliau marah:

يَا رَسُولَ اللَّهِ جُهِدَتْ الْأَنْفُسُ وَضَاعَتْ الْعِيَالُ وَنُهِكَتْ الْأَمْوَالُ وَهَلَكَتْ الْأَنْعَامُ فَاسْتَسْقِ اللَّهَ لَنَا فَإِنَّا نَسْتَشْفِعُ بِكَ عَلَى اللَّهِ وَنَسْتَشْفِعُ بِاللَّهِ عَلَيْكَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَيْحَكَ أَتَدْرِي مَا تَقُولُ وَسَبَّحَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَمَا زَالَ يُسَبِّحُ ثُمَّ قَالَ وَيْحَكَ إِنَّهُ لَا يُسْتَشْفَعُ بِاللَّهِ عَلَى أَحَدٍ مِنْ خَلْقِهِ شَأْنُ اللَّهِ أَعْظَمُ مِنْ ذَلِكَ وَيْحَكَ أَتَدْرِي مَا اللَّهُ إِنَّ عَرْشَهُ عَلَى سَمَاوَاتِهِ لَهَكَذَا وَقَالَ بِأَصَابِعِهِ مِثْلَ الْقُبَّةِ

Seorang Arab badui mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan bertanya, “Wahai Rasulullah, jiwa-jiwa telah berat, keluarga telah lemah, harta berkurang, dan binatang ternak telah binasa. Maka mintalah hujan kepada Allah untuk kami, sesungguhnya kami meminta syafaat dengan perantaramu kepada Allah dan dengan perantara Allah kepadamu.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam lalu bersabda: “Celaka kamu! Tidakkah kamu tahu apa yang telah kamu ucapkan?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kemudian bertasbih kepada Allah, dan beliau masih saja bertasbih. Kemudian beliau bersabda lagi: “Celaka kamu! Sesungguhnya Allah tidak boleh dijadikan sebagai perantara atas seorang pun dari hamba-Nya, Allah lebih agung dari untuk sekedar dijadikan sebagai wasilah tersebut. Celaka kamu! Tidak tahukah kamu bagaimana Allah itu? Sungguh, Arsy-Nya ada di (HR. Abu Dawud no. 4101).

BACA JUGA:   Membangun Peradaban Digital Islami: Dari "Learning by Prompting" hingga "Jihad Digital"

 

Separo dari kandungan hadis ini menunjukkan berdoa kepada Rasulullah dengan perantara Allah. Separo lainnya Rasulullah diminta menjadi wasilah dalam berdoa kepada Allah. Reaksi Rasulullah marah besar kemudian disusul bertasbih berulang-ulang, tanda pengagungan kepada Allah. Nah, jelaslah bahwa berwasilah kepada seseorang, apalagi orangnya sudah mati, dalam berdoa hukumnya haram mutlak.

Memang wasilah itu perlu karena Islam tidak mengajarkan magical power sim salabim langsung jadi. Tafsiran Kun fayakun bagi Allah bukan dalam pengertian sak jleg sak nyet jadi, melainkan berproses dan pasti terjadi. Wasilah yang dimaksud bukan kepada ruh siapapun, melainkan kelaziman intrinsik, umpama kepingin kaya wasilahnya bekerja keras dan cerdas. Kepingin punya anak, wasilahnya menikah. Suami-istri normal organ reproduksinya. Kepingin jadi dokter, wasilahnya kuliah di fakultas kedokteran hingga Lulus dan memperoleh sertifikat dokter.

 

  1. Di akhirat Rasulullah tidak memilki kekuasaan mutlak menyelamatkan seseorang, [kecuali syafaat atas dasar izin Allah].

قَالَ يَا مَعْشَرَ قُرَيْشٍ أَوْ كَلِمَةً نَحْوَهَا اشْتَرُوا أَنْفُسَكُمْ لَا أُغْنِي عَنْكُمْ مِنْ اللَّهِ شَيْئًا يَا بَنِي عَبْدِ مَنَافٍ لَا أُغْنِي عَنْكُمْ مِنْ اللَّهِ شَيْئًا يَا عَبَّاسُ بْنَ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ لَا أُغْنِي عَنْكَ مِنْ اللَّهِ شَيْئًا وَيَا صَفِيَّةُ عَمَّةَ رَسُولِ اللَّهِ لَا أُغْنِي عَنْكِ مِنْ اللَّهِ شَيْئًا وَيَا فَاطِمَةُ بِنْتَ مُحَمَّدٍ سَلِينِي مَا شِئْتِ مِنْ مَالِي لَا أُغْنِي عَنْكِ مِنْ اللَّهِ شَيْئًا

Beliau berseru: “Wahai Kaum Quraisy” atau ucapan semacamnya, peliharalah diri kalian karena aku tidak dapat membela kalian sedikitpun di hadapan Allah. Wahai Bani ‘Abdi Manaf, aku tidak dapat membela kalian sedikitpun di hadapan Allah. Wahai ‘Abbas bin ‘Abdul Muthallib aku tidak dapat membela kamu sedikitpun di hadapan Allah. Wahai Shofiyah bibi Rasulullah, aku tidak dapat membela kamu sedikitpun di hadapan Allah. Wahai Fathimah putri Muhammad, mintalah kepadaku apa yang kamu mau dari hartaku, sungguh aku tidak dapat membela kamu sedikitpun di hadapan Allah. (HR. Bukhari: 2548, 3264, Muslim: 303, 305, Darimi: 2616).

BACA JUGA:   Sebab Runtuhnya Khilafah Islamiyah

 

Kesimpulannya, beriman, besikap, dan beramal menyangkut pribadi Rasulullah harus atas dasar petunjuknya, bukan dengan semangat membara dan nafsu rindu menggebu. Justru bisa menjadi sesat karenanya. Menurut Alquran, tidak kurang dari 33 ayat menunjukkan bahwa tugas Nabi dapat dirumuskan menjadi dua hal besar,pertama basyiran, busyra, mubsyiran, mubsyirat (memberi kabar gembira) bagi yang mentaati ajarannya. Puncak kegembiraan adalah ridha Allah dan surga balasannya.  Kedua nadhiran (memberi kabar peringatan keras dan menakutkan bagi yang menolaknya: kaum kuffar, munafiqun, musyrikun, dhalimun, dhallun). Puncak kekerasan yang diterima adalah azab neraka yang kekal abadi.

Wallahu A’lamu bi shawab.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *