ANTARA MENGIRIM PAHALA DAN BERDOA UNTUK ORANG YANG TELAH MENINGGAL

Oleh: M. Danusiri (Wakil Ketua PDM Kota Semarang)

1. Pengertian Dasar

Kata mengirim mengandung pengertian gamblang bahwa aku memiliki sesuatu. Sesuatu itu saya berikan kepada orang lain tetapi tidak langsung melainkan menggunakan perantara atau kurir. Sesuatu yang dikirmkan bisa barang kongkrit seperti kado atau barang abstrak seperti kirim salam. Baik yang mengirim, perantara, maupun yang dikirimi masih-sama-sama hidup.

Jika mengirim sesuatu itu kepada yang orang yang sudah meninggal, pahala umpamanya, persoalan langsung muncul dan sangat krusial. Sebagian memandangnya serbagai amal shalih sebagian lainnya memandangnya sebagai bid’ah, atau lebih sopan “tidak ada tuntunannya dari Rasulillah”,  karena memang tidak ada dalil autentik dari Alquran maupun as-Sunnah al-maqbûlah.

Sebagian besar kaum muslimin di negeri ini melakukan pengiriman pahala kepada orang yang sudah meninggal dengan media tahlilan, shalawatnariyahan, manakiban, berjanjenan, mujahadahan, dan yasinan. Sering muncul klaim di kalangan mubalighnya dari kelompok ini, wong mati kok ora dislameti kui koyo matine kucing (Orang meninggal yang tidak diselamati itu seperti matinya kucing).

Siapa kurir pahala? Malaikatatkah? Tidak ada satu kalimat pun baik dari Alquran m

Orang meninggal yang dikirimi paket pahala mulai dari: ruh Nabi Muhammad, ruh para sahabat, Malaikatull-Muqarrabin, ruh Tabiin, ruh Tabiut Tabiin, ruh para Syuhada’, ruh Shalihin, ruh Muṣannifin (pengarang kitab), ruh para syekh sufi seperti syekh Abdul Qadir Jaelani, ruh seluruh penduduk kubur muslimin baik laki-laki maupun muslimat, ruh yang berada di lautan maupun di daratan, ruh yang berada di bumi bagian barat-timur-utara-selatan, mereka itu yang sudah mati maupun yang masih hidup, ruh Pendiri kampung (Cikal bakal atau Danyang diarabkan menjadi al-Muassisul qaryah), selanjutnya khusus ruh leluhur biologis di sebut namanya satu persatu terus berlanjut baik ke arah atas: orangtua, kakek-nenek, buyut dan ke arah bawah: anak, cucu, cicit, kerabat dan seterusnya).

Dalil tradisi tahlilan lengkap dengan pengiriman pahala tidak diketemukan baik dari Rasulullah maupun ayat-ayat Alquran. Ketika istri Rasulullah wafat, bunda Khatijah, tidak ada rekam sejarah bahwa beliau mengirim pahala kepadanya. Ketika Rasulullah wafat, tidak ada riwayat Abu Bakar mentahlili beliau. Katika Abu Bakar wafat, tidak ada cerita bahwa Umar bin Khatab mentahlili Abu Bakar. Ketika Umar wafat tidak ada khabar bahwa Usman bin Affan mentahlilinya. Ketika Usman bin Affan wafat, Ali bin Abi Thalib tidak mentahlilinya. Ketika Ali wafat Hasan maupun Husein tidak mentahlili bapaknya. Ketika Hasan dan Husein wafat, Muawiyah bin Abu Saufyan tidak mentahlili keduanya. Ketika Muawiyah wafat, Yazid bin Muawiyah tidak menyelenggarakan tahlilan untuk bapaknya. Ketika Yazid meninggal, Umar bin Abdul Aziz penggantinya sebagai khalifah tidak mentahlilinya. Jadi, tahlilan lengkap dengan pengiriman pahala itu merupakan perkara baru yang tidak ditemukan di era awal-awal Islam.

Pahala amal shalih hanya didapatkan oleh pelakunya. Sejak awal Nabi diutus sebagai rasul. Beliau berseru sebagaimana dalam riwayat hadis-hadis berikut (1):

حَدَّثَنَا أَبُو الْيَمَانِ أَخْبَرَنَا شُعَيْبٌ عَنْ الزُّهْرِيِّ قَالَ أَخْبَرَنِي سَعِيدُ بْنُ الْمُسَيَّبِ وَأَبُو سَلَمَةَ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ أَنَّ أَبَا هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَامَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حِينَ أَنْزَلَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ { وَأَنْذِرْ عَشِيرَتَكَ الْأَقْرَبِينَ } قَالَ يَا مَعْشَرَ قُرَيْشٍ أَوْ كَلِمَةً نَحْوَهَا اشْتَرُوا أَنْفُسَكُمْ لَا أُغْنِي عَنْكُمْ مِنْ اللَّهِ شَيْئًا يَا بَنِي عَبْدِ مَنَافٍ لَا أُغْنِي عَنْكُمْ مِنْ اللَّهِ شَيْئًا يَا عَبَّاسُ بْنَ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ لَا أُغْنِي عَنْكَ مِنْ اللَّهِ شَيْئًا وَيَا صَفِيَّةُ عَمَّةَ رَسُولِ اللَّهِ لَا أُغْنِي عَنْكِ مِنْ اللَّهِ شَيْئًا وَيَا فَاطِمَةُ بِنْتَ مُحَمَّدٍ سَلِينِي مَا شِئْتِ مِنْ مَالِي لَا أُغْنِي عَنْكِ مِنْ اللَّهِ شَيْئًا تَابَعَهُ أَصْبَغُ عَنْ ابْنِ وَهْبٍ عَنْ يُونُسَ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ

BACA JUGA:   Risalah Berdoa

Artinya:

Telah bercerita kepada kami Abu al-Yaman telah mengabarkan kepada kami Syu’aib dari az- Zuhriy berkata telah bercerita kepadaku Sa’id bin al-Musayyab dan Abu Salamah bin ‘Abdur Rahman bahwa Abu Hurairah radliallahu ‘anhu berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berdiri ketika turun QS asy-Syu’ara’ ayat 214, artinya: (Berilah peringatan kepada keluarga-keluargamu terdekat), Beliau berseru: Wahai Kaum Quraisy, atau ucapan semacamnya, Peliharalah dirimu semua karena aku tidak dapat membela kamu semua sedikitpun di hadapan Allah. Wahai Bani ‘Abdi Manaf, aku tidak dapat membela kalian sedikitpun di hadapan Allah. Wahai ‘Abbas bin ‘Abdul Muthallib aku tidak dapat membela kamu sedikitpun di hadapan Allah. Wahai Shafiyah bibi Rasulullah, aku tidak dapat membela kamu sedikitpun di hadapan Allah. Wahai Fathimah putri Muhammad, mintalah kepadaku apa yang kamu mau dari hartaku, sungguh aku tidak dapat membela kamu sedikitpun di hadapan Allah”. Hadis ini ditelusuri oleh Ashbagh dari Ibnu Wahb dari Yunus dari Ibnu Syihab. (HR. Bukhari: 2548).

Hadis (2)

حَدَّثَنَا أَبُو الْيَمَانِ أَخْبَرَنَا شُعَيْبٌ أَخْبَرَنَا أَبُو الزِّنَادِ عَنْ الْأَعْرَجِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ يَا بَنِي عَبْدِ مَنَافٍ اشْتَرُوا أَنْفُسَكُمْ مِنْ اللَّهِ يَا بَنِي عَبْدِ الْمُطَّلِبِ اشْتَرُوا أَنْفُسَكُمْ مِنْ اللَّهِ يَا أُمَّ الزُّبَيْرِ بْنِ الْعَوَّامِ عَمَّةَ رَسُولِ اللَّهِ يَا فَاطِمَةُ بِنْتَ مُحَمَّدٍ اشْتَرِيَا أَنْفُسَكُمَا مِنْ اللَّهِ لَا أَمْلِكُ لَكُمَا مِنْ اللَّهِ شَيْئًا سَلَانِي مِنْ مَالِي مَا شِئْتُمَا

Artinya:

Telah bercerita kepada kami Abu al-Yaman telah mengabarkan kepada kami Syu’aib telah mengabarkan kepada kami Abu az-Zanad dari al-A’raj dari Abu Hurairah radliallahu ‘anhu bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Wahai Bani ‘Abdu Manaf, belilah jiwa-jiwa kalian (peliharalah) dari siksa Allah, wahai Bani ‘Abdul Muthallib, belilah jiwa-jiwa kalian (peliharalah) dari siksa Allah. Wahai ibunda az-Zubair bin al-‘Awwam, bibi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, wahai Fathimah binti Muhammad belilah jiwa-jiwa kalian berdua (peliharalah) dari siksa Allah. Aku tidak berkuasa melindungi kalian berdua di hadapan Allah sedikitpun dan mintalah hartaku mana yang kalian suka (HR. Bukhari: 3264).

Hadis (3)

حَدَّثَنَا الْحَكَمُ بْنُ نَافِعٍ عَنْ شُعَيْبٍ عَنْ الزُّهْرِيِّ قَالَ أَخْبَرَنِي سَعِيدُ بْنُ الْمُسَيَّبِ وَأَبُو سَلَمَةَ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ أَنَّ أَبَا هُرَيْرَةَ قَالَ قَامَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حِينَ أَنْزَلَ اللَّهُ تَعَالَى { وَأَنْذِرْ عَشِيرَتَكَ الْأَقْرَبِينَ } فَقَالَ يَا مَعْشَرَ قُرَيْشٍ اشْتَرُوا أَنْفُسَكُمْ مِنْ اللَّهِ لَا أُغْنِي عَنْكُمْ مِنْ اللَّهِ شَيْئًا يَا بَنِي عَبْدِ مَنَافٍ لَا أُغْنِي عَنْكُمْ مِنْ اللَّهِ شَيْئًا يَا عَبَّاسُ بْنَ عَبْدِ الْمُطَلِّبِ لَا أُغْنِي عَنْكَ مِنْ اللَّهِ شَيْئًا يَا صَفِيَّةُ عَمَّةَ رَسُولِ اللَّهِ لَا أُغْنِي عَنْكِ مِنْ اللَّهِ شَيْئًا يَا فَاطِمَةُ بِنْتَ مُحَمَّدٍ سَلِينِي مَا شِئْتِ لَا أُغْنِي عَنْكِ مِنْ اللَّهِ شَيْئًا

Artinya:

Telah menceritakan kepada kami al-Hakam bin Nafi’ dari Syu’aib dari az-Zuhri ia berkata; Telah mengabarkan kepada kami Sa’id bin al-Musayyab dan Abu Salamah bin Abdurrahman bahwa Abu Hurairah berkata; Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berdiri ketika Allah menurunkan ayat: (Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat). Lalu beliau mengatakan: “Wahai sekalian orang-orang Quraisy, juallah diri kalian dari siksa Allah, karena aku tidak bisa menyelamatkan kalian sedikit pun dari siksa Allah. Wahai banu Abdu Manaf, aku tidak bisa menyelamatkan kalian sedikit pun dari siksa Allah. Wahai Abbas bin Abdul Muthallib, aku tidak bisa menyelamatkanmu sedikit pun dari siksa Allah. Wahai Shafiyyah bibi Rasulullah, aku tidak bisa menyelamatkanmu sedikit pun dari siksa Allah. Wahai Fathimah bintu Muhammad, mintalah kepadaku apa yang engkau kehendaki, karena aku tidak bisa menyelamatkanmu sedikit pun dari siksa Allah (HR. Darimi:  2616).

Hadis (4)

BACA JUGA:   Jadwal Imsakiyah Ramadan 1446 H

حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ وَزُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ قَالَا حَدَّثَنَا جَرِيرٌ عَنْ عَبْدِ الْمَلِكِ بْنِ عُمَيْرٍ عَنْ مُوسَى بْنِ طَلْحَةَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ لَمَّا أُنْزِلَتْ هَذِهِ الْآيَةُ { وَأَنْذِرْ عَشِيرَتَكَ الْأَقْرَبِينَ } دَعَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قُرَيْشًا فَاجْتَمَعُوا فَعَمَّ وَخَصَّ فَقَالَ يَا بَنِي كَعْبِ بْنِ لُؤَيٍّ أَنْقِذُوا أَنْفُسَكُمْ مِنْ النَّارِ يَا بَنِي مُرَّةَ بنِ كَعْبٍ أَنْقِذُوا أَنْفُسَكُمْ مِنْ النَّارِ يَا بَنِي عَبْدِ شَمْسٍ أَنْقِذُوا أَنْفُسَكُمْ مِنْ النَّارِ يَا بَنِي عَبْدِ مَنَافٍ أَنْقِذُوا أَنْفُسَكُمْ مِنْ النَّارِ يَا بَنِي هَاشِمٍ أَنْقِذُوا أَنْفُسَكُمْ مِنْ النَّارِ يَا بَنِي عَبْدِ الْمُطَّلِبِ أَنْقِذُوا أَنْفُسَكُمْ مِنْ النَّارِ يَا فَاطِمَةُ أَنْقِذِي نَفْسَكِ مِنْ النَّارِ فَإِنِّي لَا أَمْلِكُ لَكُمْ مِنْ اللَّهِ شَيْئًا غَيْرَ أَنَّ لَكُمْ رَحِمًا سَأَبُلُّهَا بِبَلَالِهَا و حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ عُمَرَ الْقَوَارِيرِيُّ حَدَّثَنَا أَبُو عَوَانَةَ عَنْ عَبْدِ الْمَلِكِ بْنِ عُمَيْرٍ بِهَذَا الْإِسْنَادِ وَحَدِيثُ جَرِيرٍ أَتَمُّ وَأَشْبَعُ

Artinya:

Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa’id dan Zuhair bin Harb keduanya berkata, telah menceritakan kepada kami Jarir dari Abdul Malik bin Umair dari Musa bin Thalhah dari Abu Hurairah dia berkata, “Ketika turun ayat: ‘(Berilah peringatan kepada kaum kerabatmu yang terdekat) ‘ (Qs. asy-Syu’ara`: 214). Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyeru kaum Quraisy hingga mereka semua berkumpul. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, kemudian beliau berbicara secara umum dan secara khusus. Beliau bersabda lagi: ‘Wahai Bani Ka’ab bin Luaiy, selamatkanlah diri kamu dari Neraka. Wahai Bani Murrah bin Ka’ab, selamatkanlah diri kamu dari Neraka. Wahai Bani Abdul Syams, selamatkanlah diri kamu dari Neraka. Wahai Bani Abdul Manaf, selamatkanlah diri kamu dari Neraka. Wahai Bani Hasyim, selamatkanlah diri kamu dari Neraka. Wahai Bani Abdul Mutthalib, selamatkanlah diri kamu dari Neraka. Wahai Fatimah, selamatkanlah diri kamu dari Neraka. Sesungguhnya aku tidak memiliki (kekuatan sedikit pun untuk) menolak siksaan Allah kepadamu sedikit pun, selain kalian adalah kerabatku, maka aku akan menyambung tali kerabat tersebut.” Dan telah menceritakan kepada kami Ubaidullah bin Umar al-Qawariri telah menceritakan kepada kami Abu Awanah dari Abdul Malik bin Umair dengan sanad ini, namun hadis Jarir lebih lengkap. (HR. Muslim: 303, 305).

Jadi keluarga Nabi pun tidak ada jaminan memperoleh kiriman pahala amal shalih dari orang lain. Peluang selamat di akhirat kelak adalah beramal shalih atas dasar iman. Tidak kurang 45 ayat dalam Alquran menyebutkan bahwa orang selamat di akhirat itu karena ada kesatuan iman dan amal shalih. Jadi harus diusahakan secara pribadi. Bukan atas dasar kiriman orang.

2. Berdoa

Makna mengirim berbeda dari meminta yang bahasa Arabya ad-du’â’. Doa mengandung pengertian bahwa aku ingin memiliki sesuatu tetapi aku tidak memiliki alat tukar atau uang untuk bisa memilikinya. Jalan satu-satunya hanyalah menengadahkan tangan atau ngathung dalam Bahasa Jawa kepada yang memilikinya. Pemilik yang dibutuhkan hanya Allah. Itulah sebabnya pengertian berdoa pasti kepada Allah. Berikut beberapa hadis yang dapat dipahami sebagai doa untuk orang yang sudah meninggal:

BACA JUGA:   Laporan Analisis: Tren Konten Dakwah Digital Teratas di Indonesia (Analisis Satu Tahun Penuh)

a. Doa ampunan dan yang baik-baik di alam sesudah alam dunia:

اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لَهُ (لَهَا) وَارْحَمْهُ (هَا) وَعَافِهِ (هَا) وَاعْفُ عَنْهُ (هَا)، وَأَكْرِمْ نُزُلَهُ (هَا)، وَوَسِّعْ مَدْخَلَهُ (هَا)، وَاغْسِلْهُ (هَا) بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ، وَنَقِّهِ (هَا) مِنَ الذُّنُوبِ والْخَطَايَا كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ الْأَبْيَضُ مِنَ الدَّنَسِ، وَأَبْدِلْهُ (هَا) دَارًا خَيْرًا مِنْ دَارِهِ (هَا)، وَاَهْلًا خَيْرًا مِنْ اَهْلِهِ (هَا)، وَزَوْجًا خَيْرًا مِنْ زَوْجِهِ (هَا)، وَقِهِ (هَا) فِتْنَةَ الْقَبْرِ وَعَذَابِ النَّار

Artinya:

Ya Allah, ampuni dan rahmatilah dia. Selamatkanlah dan maafkanlah dia. Berilah kehormatan untuknya, luaskanlah tempat masuknya. Mandikanlah dia dengan air, salju, dan embun. Bersihkanlah dia dari kesalahan sebagaimana Engkau bersihkan baju yang putih dari kotoran. Gantikanlah baginya rumah yang lebih baik dari rumahnya, isteri yang lebih baik dari isterinya. Dan peliharalah ia (lindungilah) dari azab kubur dan azab neraka.

b. Doa ampunan untuk semua kelompok muslim-mukmin:

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِحَيِّنَا وَمَيِّتِنَا، وَشَاهِدِنَا وَغَائِبِنَا، وَصَغِيرِنَا وَكَبيرِنَا، وَذَكَرِنَا وَأُنْثَانَا اللَّهُمَّ مَنْ أَحْيَيْتَهُ مِنَّا فَأَحْيِهِ عَلَى الْإِسْلاَمِ، وَمَنْ تَوَفَّيْتَهُ مِنَّا فَتَوَفَّهُ عَلَى الإِيمَانِ

Artinya

Ya Allah, berilah ampunan kepada kami, yang hidup dan yang mati, yang hadir, yang ghaib, yang kecil, yang besar, yang laki-laki, yang perempuan. Ya Allah, barangsiapa yang Engkau hidupkan diantara kami, hendaklah Engkau hidupkan secara Islam, dan barangsiapa yang Engkau matikan di antara kami, hendaklah Engkau matikan dalam iman.

c. Hadis yang menjelaskan doa ampunan anak untuk orang tuanya:

حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا عَبْدُ الصَّمَدِ بْنُ عَبْدِ الْوَارِثِ عَنْ حَمَّادِ بْنِ سَلَمَةَ عَنْ عَاصِمٍ عَنْ أَبِي صَالِحٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الْقِنْطَارُ اثْنَا عَشَرَ أَلْفَ أُوقِيَّةٍ كُلُّ أُوقِيَّةٍ خَيْرٌ مِمَّا بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ الرَّجُلَ لَتُرْفَعُ دَرَجَتُهُ فِي الْجَنَّةِ فَيَقُولُ أَنَّى هَذَا فَيُقَالُ بِاسْتِغْفَارِ وَلَدِكَ لَكَ

Artinya:

Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abu Syaibah telah menceritakan kepada kami Abdush Shamad bin Abdul Warits dari Hammad bin Salamah dari ‘Ashim dari Abu Shalih dari Abu Hurairah dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda: “Satu Qinthar adalah dua belas ribu uqiyah, dan setiap satu uqiyah lebih baik dari pada apa yang ada di antara langit dan bumi.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda: “Sesungguhnya seseorang akan di angkat derajatnya di surga, lalu orang tersebut akan bertanya, ‘Bagaimana ini bisa terjadi? ‘ lalu dijawab, ‘Karena anakmu telah memohonkan ampun untukmu (HR. Ibnu Majah, 3650, Ahmad, 10202).

Hadis semakna dengan hadis di atas amat banyak sebagaimana terentri dalam himpunan kitab hadis digital Jawam’ul Kalim., hadtsSoft.

Jadi, Nabi hanya mengajarkan baik secara langsung maupun tidak langsung, seperti hadis di atas, adalah doa untuk orang yang sudah meninggal, khususnya orang tuanya. Nabi juga tidak mempraktikkan sedekah dengan mengatasnamakan orang yang sudah meninggal.

Wallâhu a’lamu bi ṣawâb.

Semarang, 17 Agustus 2025

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *